Share

Bab 08. Lantai Pertama, Lapis Ke Empat

Mendengar suara dari dua wanita yang mulutnya terbekap tersebut, membuat Zhu Lian buru-buru mendatangi mereka.

“Maafkan aku, nona-nona. Aku barusan … wow …!” Zhu Lian berkata-kata. Lucu. Dia sempat bersuara tanda kagum. Karena, melihat kemolekan tubuh para pendekar perempuan yang ada di hadapannya.

Kocak dan canggung sejurus. Jika saja ada orang yang melihat Zhu Lian dan kedua wanita tersebut, bisa-bisa menyangka bakal terjadi hal-hal yang tidak senonoh di antara mereka.

Sang adam bertelanjang dada di hadapan dua perempuan yang terikat dalam keadaan telanjang bulat. Pun, mereka berada dalam posisi mengangkang.

Sorot mata wanita-wanita itu bagai berharap agar Zhu Lian segera bertindak. Meski begitu, kulit wajah kedua gadis itu juga memerah. Karena, merasa malu pastinya. Maklum. Yang berdiri di hadapan mereka adalah seorang pria jangkung bertubuh atletis nan tampan berhidung bangir.

Rambut Zhu Lian memiliki potongan bergaya poni. Juga, bak tertata acak dengan sembarangan. Sedangkan ia memiliki wajah berbentuk persegi nan manis. Meski begitu, paras Zhu Lian tidak ketinggalan kesan jantannya.

Sempat kaku sedetik, Zhu Lian kembali berucap, “Euh … maksudku: wah …, begitu. Baiklah. Kalian berdua harus segera dilepaskan!”

Menggunakan mata tombak para Goblin, Zhu Lian melepaskan dua wanita itu dari tali-tali yang mengikat tangan dan kaki mereka. Setelahnya, para pendekar wanita tersebut memanfaatkan baju yang ditinggalkan para Goblin itu sebagai busana mereka.

Zhu Lian berkenalan dengan dua perempuan yang ia selamatkan. Yang berambut panjang mencapai punggung memperkenalkan diri dengan nama Camar Putih. Sedangkan nama wanita yang rambutnya hanya mencapai pundak adalah Bangau Jambon.

Terkadang, para pendekar memang memiliki nama julukan yang diberikan oleh perguruan atau sekte mereka.

“Bagaimana bisa kalian berhadapan dengan para Goblin ini, Nona-nona?” tanya Zhu Lian.

Kikuk sejurus. Ia berusaha untuk tidak terus memperhatikan bentuk tubuh dari dua sosok sintal yang ada di hadapannya. Bukan apa-apa. Dua-duanya hanya membuat busana sederhana nan minim dari pakaian yang ditinggalkan para Goblin. Sementara, bentuk tubuh mereka elok-elok.

“Kami adalah para Ronin, Kak,” jawab Bangau Jambon.

Tidak semua petualang bergabung bersama sebuah sekte. Sebagian dari mereka beroperasi secara independen. Mereka itulah yang disebut dengan Ronin.

“Oh, begitu rupanya. Apakah kalian tengah mencari bahan tertentu?” Zhu Lian kembali bertanya. Karena biasanya, para Ronin bertualang untuk mencari item spesifik yang dibutuhkan klien mereka.

“Ya, benar. Itulah kenapa kami berhadapan degan para Goblin ini. Kami tidak tahu, kepala sukunya juga ada. Sebab biasanya, kepala suku Goblin memiliki ilmu sihir. Kami lengah. Sehingga, kami ditaklukkan oleh dia,” jelas Camar Putih.

“Kak, maaf. Sudah jelas. Kakaklah yang mengalahkan para Goblin tersebut. Tetapi, bolehkah kami yang mengambil testikelnya? Sebab, bagian itulah yang dicari oleh klien kami,” pinta Bangau Jambon.

Peraturan di dunia petualangan Menara Nirwana. Pendekar yang berhasil menaklukkan makhluk tertentu, berhak untuk mengambil organ-organ mereka. Terkecuali, jika si pendekar merelakan jarahannya itu dipinta. Atau bisa saja, dibeli oleh orang lain.

Pada saat mendengar permintaan Bangau Jambon, ekspresi Zhu Lian agak berubah. Ia merasa sedikit jijik pada saat gadis yang usianya kemungkin berada di bawah dirinya itu meminta testikel Goblin.

Lagi pula, salah satu yang tersisa dari makhluk-makhluk itu memang adalah bagian dari organ vital mereka.

“Iya, Kak. Kami mohon. Kakak bisa mengambil organ tubuh yang lain. Kalung Kepala Suku Goblin dan tongkatnya itu pasti memiliki harga yang tinggi. Begitu juga mata tombak hasil tempaan mereka. Tapi tolong, izinkan kami mendapatkan testikel mereka,” giliran Camar Putih memohon.

“Euh … sebetulnya …, aku juga tidak berniat untuk mengambil testikel para Goblin itu. Silahkan, kalian boleh mengambil organ mereka tersebut semuanya,” Zhu Lian berujar ditutup seutas senyum ramah.

“Terima kasih, Kak! Tidak perlu khawatir, kami akan membayar Kakak untuk organ-organ itu!” semangat Bangau Jambon.

Memanfaatkan tas-tas milik para Goblin, Zhu Lian dan kedua teman barunya mengumpulkan hasil jarahan ketiganya. Setelah, itu, Zhu Lian mengantar kedua perempuan belia tersebut menuju perkemahan mereka.

“Apakah Kakak berasal dari sekte tertentu?” Camar Putih bertanya pada Zhu Lian.

“Jangan-jangan, Kakak ini berasal dari Thousand Rainbows, Golden Lotus atau sekte-sekte besar lain. Kakak datang dari Precious City, kah?” cecar Bangau Jambon.

“Oh, tidak, tidak. Aku memang berasal dari Precious City. Tapi bukan dari sekte di sana atau sekte manapun di kota ini. Jika memang begitu, kalian pasti sudah melihat aku mengenakan atribut dengan logo perkumpulan pendekar petualang tertentu, bukan?” Zhu Lian berkelit.

“Lantas, mengapa Kakak bisa ada di ‘lapisan ke empat’ dari lantai pertama Menara Nirwana ini?”

Sontak, kepala Zhu Lian menoleh ke arah Camar Putih karena apa yang diperkatakan wanita muda itu.

“Apa …? Jadi sebenarnya … kami berada di lapisan 4 …?!”

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Hari Anto
mantap lanjut ceritanya
goodnovel comment avatar
Ahmad Yusuf
seru tapi koin nya kurang
goodnovel comment avatar
Riska Widiantoj
koin lagi....parah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status