Share

02

Penulis: Fikul 07
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-20 20:48:24

Setelah pergi meninggalkan pasangan baru itu, di sepanjang jalan. Alona terus menitikkan air matanya. Sakit hati yang diterimanya terlalu berat untuk di tanggung oleh hatinya yang rapuh itu. Padahal, Zaiden dulu sangat mencintai dirinya bahkan saat orang tuanya menentang kisah cinta mereka, pria itu dengan teguh mempertahankannya. Lalu apa yang membuatnya berubah hanya dalam tiga hari? Kemana perginya janji yang selalu diucapkannya? Janji, bahwa dia tak akan pernah melepaskannya apapun yang terjadi, apakah semua itu hanyalah omong kosong belaka?

'Dewa, kenapa kamu begitu kejam padaku? Apa salahku hingga Engkau memperlakukan ku seperti ini?' batin Alona sembari terus berjalan. Akan tetapi. . .

Boom!!

Tiba-tiba, tubuh Alona di buat terbang hingga punggungnya mengenai pohon yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

Uhuk! Darah segar pun kembali keluar dari mulutnya, Alona kemudian mendongakkan kepalanya dan mendapati sosok sang Ayah yang tengah berdiri di depan pintu rumah dengan raut wajah yang terlihat sangat murka, dibalik punggungnya terdapat ibu tirinya yang terlihat tersenyum puas menatap kondisi Alona yang sangat mengkhawatirkan.

"Masih berani kamu pulang ke rumah! Bagaimana bisa aku memiliki anak yang tak tahu malu sepertimu?! Ibumu di atas sana pasti sangat kecewa dengan dirimu! Enyah kamu dari rumahku! Mulai saat ini, kamu bukan anakku lagi," ucap sang Ayah lalu menutup pintu rumah dengan cukup keras.

Tubuh Alona tertegun sejenak, menatap pintu rumah yang sudah tidak terbuka lagi untuknya, bahkan Ayah kandungnya sendiri juga sudah tak menginginkan akan kehadirannya lagi.

Kepala Alona menunduk, kedua tangannya mengepal dengan erat. Apakah tak ada satu pun di dunia ini yang menginginkan dirinya lagi? Jika demikian, mengapa ia harus terlahir ke dunia ini jika pada akhirnya semua membuangnya layaknya sampah yang tidak berguna?

Seakan langit pun ikut serta tak menginginkan kehadirannya, hujan pun turun membasahi seluruh tubuhnya, rasa perih menjalar ke seluruh setiap kali tetesan air hujan itu mengenai luka ditubuhnya namun semua rasa perih itu tak sebanding dengan luka hati yang tengah ia rasakan.

Kepala Alona mendongkak, menatap pintu rumah itu sesaat, berharap sang Ayah akan membuka kembali pintu itu. Namun sayangnya, tak peduli seberapa lama ia menunggu hingga tubuhnya menggigil kedinginan, pintu itu tak pernah terbuka sedikit pun.

Menyadari bahwa Sang Ayah sangat serius dengan ucapannya, Alona pun memutuskan pergi dan tak akan kembali lagi ke rumah itu.

Tanpa disadari kedua kakinya membawa Alona ke sebuah jurang yang bernama Jurang Kematian, dimana tempat itu merupakan tempat paling terkutuk di kerjaan Vampir, yang mana tempat itu merupakan tempat pembuangan mayat Vampir karena sebuah perang pada masa silam.

Alona terdiam, menatap ke bawah jurang yang terdapat sebuah sungai yang mengalir dengan deras, Ia kemudian mendongkak menatap langit, menikmati tetesan air hujan yang jatuh ke wajahnya yang penuh luka itu.

"Mama, jika aku pergi menyusulmu hari ini, apakah kamu akan menyambutku di sana? Ataukah kamu akan memperlakukanku seperti Ayah, mengusirku dan memutuskan hubungan darah denganku?" Ungkapnya dengan pedih sembari menggenggam sebuah kalung giok biru peninggalan sang ibu.

"Mama, kenapa aku terlahir? Jika saja kamu tak melahirkanku, mungkin kamu tak akan berada di sana." Alona pun mulai terisak, dadanya semakin terasa lebih sesak, bahkan kedua kakinya terasa mati rasa dan sudah tak mampu menahan berat tubuhnya lagi.

Alona pun duduk bersimpuh sembari terisak menangis dengan sekencang-kencang. Setelah puas meluapkan semua kekesalan dan juga kekecewaannya, Alona kemudian bangkit kembali, dengan tatapan kosong ia menjatuhkan tubuhnya ke dalam jurang.

****

Cahaya sinar mentari mengintip masuk melalui sela-sela tirai yang kemudian diikuti oleh suara cuitan burung yang berasal dari balik jendela. Alona yang merasa terganggu pun langsung terbangun dari tidurnya. Ia terdiam sejenak dan berpikir bahwa dirinya telah mengalami mimpi buruk yang sangat panjang.

"Tapi, di mana ini?" Tanya Alona pada dirinya sendiri yang baru tersadar bahwa ia berada di tempat yang asing.

"Akhirnya kamu bangun juga!"

Alona terlonjak kaget ketika mendengar suara wanita yang begitu asing di telinganya, ia kemudian menoleh dan mendapati seorang wanita paruh baya yang mengenakan pakaian sederhana namun terkesan elegan.

"Siapa kamu?! Dan kenapa aku di sini?! Apa kamu menculikku?" Tanya Alona dengan nada mengintimidasi.

Meski begitu, wanita tua itu tampak tidak bergeming sedikit pun. Dengan anggun, dia menuangkan teh pada sebuah cangkir. Kemudian, wanita tua itu berjalan menghampiri Alona dan memberikannya secangkir teh.

"Untuk apa aku menculik setengah Vampir sepertimu? Tidak berguna, kecuali jika kamu berhasil melahirkan bayi di dalam kandunganmu. Mungkin, itu lain cerita," ucap wanita itu.

" Tunggu? Aku hamil? Jangan bercan. . . " ucapan Alona terhenti ketika menyadari bahwa perutnya sedikit buncit dari biasanya. Ia kemudian bertanya pada wanita di depannya. " Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa hamil? Aku bahkan belum. . . Tunggu, apa mimpi itu nyata? Berapa lama aku tertidur?"

"Jika iya, memangnya kenapa? Apa kamu akan mencoba bunuh diri lagi? "

"Tentu saja, untuk apa aku hidup? "

"Sayangnya, hal itu tak akan pernah terjadi lagi karena selama bayi itu ada di dalam kandunganmu, maka selama itu kamu tak akan bisa mati seberapa keras kamu mencobanya. Hal ini sudah dibuktikan oleh kamu yang sudah tertidur selama tiga bulan lamanya. "

Seakan petir menyambar, Alona pun terdiam mendengar perkataan wanita tua di depannya.

Kendati begitu, Alona tak langsung mempercayai dengan ucapan wanita tua didepannya yang baru saja dilihatnya, ia kemudian mencoba beberapa teknik bunuh diri. Namun, semuanya selalu gagal total, entah itu karena talinya yang tiba-tiba menjadi rapuh atau benda tajam yang tiba-tiba berubah menjadi benda tumpul.

Hal ini membuatnya sangat frustasi, menyadari bahwa ucapan wanita tua itu ada benarnya

****

Tak terasa usia kandungannya sudah mencapai tujuh bulan.

Meski ucapan wanita tua itu ada benarnya, namun Alona tak pernah menyerah, ia tak akan membiarkan anaknya lahir ke dunia yang kejam dan berjanji akan membawanya ke tempat dimana mereka tak akan mengalami deskriminasi seperti yang dialaminya.

Beberapa menit yang lalu, Alona telah meminum racun serangga dengan dosis yang cukup tinggi, ia menyakini bahwa kandungan racun dalam cairan itu pasti akan memberinya efek samping.

Dan benar saja, beberapa menit kemudian, perut Alona tiba-tiba terasa sangat sakit dan rasa mulas yang begitu luar biasa, tak lama kemudian, darah mengalir diantara kedua kakinya.

Alona meringis kesakitan dan tiba-tiba merasa bersalah kemudian merasa takut jika terjadi sesuatu dengan bayi didalam kandungannya.

"Tolong!" Alona berteriak. Dia menyesal dan berharap bayinya dapat diselamatkan--apa pun yang terjadi

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   147

    flashback" Mama, menurut mu aku bisa sekuat ayah? " Tutur Elios.Alona menolehkan kepalanya sedikit, menatap putranya yang terduduk di sampingnya di tepi danau, hembusan angin menerpa wajah mereka yang damai. Entah apa yang terjadi pada putranya hingga membuatnya tiba-tiba bertanya seperti ini, tapi Alona tidak terkejut sedikit pun karena ia sudah menduga bahwa akan ada pertanyaan seperti ini dari putranya. Sejujurnya Alona tidak begitu yakin dan juga tidak peduli putranya bisa sekuat ayahnya atau tidak, selama mereka bahagia, itu sudah lebih cukup, " entahlah, mungkin kamu bisa melampauinya. " Jawab Alona sambil tersenyum penuh arti.Elios menoleh menatap wajah ibunya, merasa tidak puas dengan jawaban yang di berikan oleh sang ibu, padahal dirinya sudah serius bertanya tapi wanita di sampingnya malah menganggap pertanyaannya adalah lelucon." Mama aku serius! " Ujar Elios dengan wajah serius.Alona tiba-tiba tergelak lalu mencubit kedua pipi putranya yang menurutnya ekspresin

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   146

    " Maaf mengganggu reuni kalian, tapi kita harus segera membunuh monster itu sebelum dia membunuh kita semua, " ujar Enes Tikta.Mendengar hal tersebut, ketiga pria itu pun langsung tersadar lalu menghentikan reuni antara guru dan kedua murid itu. Enes Tikta benar, sekarang bukanlah saatnya untuk reuni, bertukar rasa rindu apalagi membuat perhitungan pada salah satu muridnya yang sudah minta di hukum, karena itulah alasannya menyelamatkannya, tapi ia harus menyampingkan keinginannya itu karena di depan mereka ada musuh nyata yang harus mereka bereskan terlebih dahulu sebelum monster itu membunuh mereka semua. Akan tetapi membereskannya akan sangat sulit dan membutuhkan banyak waktu, mengingat rencana Enes Tikta yang merupakan mantan jendral nomor satu di bangsa vampir, hancur dalam hitungan menit saja.Jika rencana sang jendral no satu saja tidak bisa membunuh monster itu, lalu apa yang harus mereka lalukan sekarang?Apakah sungguh tak ada cara lain untuk mengalihkan perhatiannya

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   145

    Elios termenung melihat bagaimana monster itu merusak formasi yang sudah mereka rencanakan matang-matang hanya dalam hitungan detik saja hingga sebuah tangan besar menarik tangannya hingga tubuhnya membentur tanah cukup keras dan membuatnya langsung tersentak tersadar dari lamunannya. Ia menolehkan kepalanya dan seketika kedua bola matanya terbeliak ketika mendapati Tomi di sampingnya dan juga Lipe, keadaan keduanya tidak bisa di bilang baik tapi juga tidak terlalu buruk, kedua pakaian mereka compang camping dengan darah yang sudah kering. Melihat bahwa keduanya baik-baik saja, Elios sangat senang sekali dan tanpa sadar memeluk kedua pria itu dengan erat sambil menangis bahagia.Tomi dan Lipe saling terdiam lalu membuang muka satu sama lain." Belum satu tahun aku pergi dan kamu sudah cengeng seperti ini. Memalukan. " Ujarnya dengan dingin, tapi dari sorot matanya tak bisa di bohongi, dia, terlihat bahagia.Sebelumnya. . . . Saat Tomie menusuknya dari belakang, Lipe begitu marah da

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   144

    Sementara itu, Elios dan lainnya bersiap untuk menyerang monster itu dan setelah mengalahkannya mereka akan mencari keberadaan Tomi kembali.Menurut sang tetua, monster itu bukan berasal dari alam melainkan hasil penelitian dan eksperimen yang gagal ratusan tahun yang lalu. Seperti yang diketahui, dulu semua ras berlomba-lomba membangun pasukan yang kuat.Karena para Goblin tidak memiliki leluhur yang kuat seperti Noblesse, mereka memutuskan untuk membuat leluhur mereka sendiri dan menciptakan Era Goblin di mana merekalah yang akan berkuasa menguasai alam semesta ini.Tak peduli berapa ratus hewan yang menjadi bahan percobaan, semuanya gagak total, ada yang hanya bertahan tiga detik ada pula yang tidak bertahan sama sekali karena tak kuat menahan efek dari penggabungan tubuh dan darah dari jenis hewan yang berbeda.Kendati begitu, mereka tak menyerah begitu saja, hingga mereka akhirnya berhasil menciptakan monster yang kuat dan mengerikan, tubuh kulitnya sekeras baja beton yang berasa

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   143

    " Carles! Dimana kamu?! " Terdengar suara teriakan seroang pria dari kejauhan. Sontak membuat Zaiden dan yang lainnya spontan menoleh ke arah suara itu berasal. Sedangkan anak laki-laki itu terlihat senang mendengar suara itu dan langsung berlari begitu saja.Tak lama kemudian, sesosok pria tinggi muncul dari balik semak-semak dengan seorang wanita di sampingnya, raut kedua orang itu terlihat sangat khawatir, tapi kekhawatiran itu berubah menjadi kelegaan ketika mereka menemukan apa yang mereka cari.Akan tetapi, di detik berikutnya tubuh mereka tertegun menatap sosok pria yang tak asing di mata mereka. Suasana pun berubah menjadi sangat canggung, ketiganya terdiam dan saling menatap satu sama lain. Hingga. . ." Teresa? Regas?! Apa ini benar kalian? " Kata-kata itu spontan keluar dari mulut Zaiden yang menganga, ia tak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua mata kepalanya sendiri, dua orang yang paling ia benci, kini berdiri tepat di depan matanya sendiri.Tunggu? Jika mereka b

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   142

    Sementara itu Zaiden dan bala tentaranya malah mendapatkan masalah ketika mereka salah memilih jalan dan malah berujung tersesat di hutan belantara padahal mereka tengah buru-buru untuk menyelamatkan tuan putri mereka.Namun, insiden ini sungguh tidak terduga sama sekali lebih parahnya lagi tak ada satupun dari mereka yang mengenali tempat ini sama sekali.Zaiden pun merasa sangat frustasi sekaligus merasa sangat bersalah karena gagal melindungi putrinya, sekarang, apa yang harus ia lakukan? Jika terus seperti ini, takutnya hal buruk sudah menimpa putrinya. " Yang mulia!!! Ada hewan buas! Lari!! " Pekik salah satu seorang prajurit, pria itu berlari berlumuran darah dengan ekspresi ketakutan di wajahnya, tak berselang lama seekor beruang berukuran besar datang dan membunuh pria itu dengan cakarnya yang kuat.Sontak, hal ini pun membuat semua pasukan panik dan berlari berhamburan menyelamatkan diri dari terkaman hewan buas itu, kendati begitu ada banyak korban yang berjatuhan.Karena h

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status