Share

Skandal Cinta Nona Bangsawan
Skandal Cinta Nona Bangsawan
Penulis: Fikul 07

01

Penulis: Fikul 07
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-08 17:05:01

Di bawah temaramnya sinar rembulan, Alona terlihat berpakaian compang-camping dan berjalan tertatih-tatih. Dia menyusuri sepinya jalanan seorang diri. Tampak jelas bercak merah memenuhi leher putih pucatnya.

Selama perjalanan, ada banyak pasang mata yang melihat ke arahnya dengan berbagai tatapan. Ada yang menatapnya iba, ada pula yang menatapnya jijik, seperti wanita murahan. Meski begitu, Alona tak peduli dengan semua pandangan yang mengarah padanya. Untuk saat ini, ia harus bergegas pergi ke gereja di mana sang kekasih tengah menunggunya untuk mengikat janji suci mereka berdua.

Setelah menempuh beberapa jam lamanya, tempat yang ia tuju sudah ada di depan mata. Alona berjalan setengah berlari menuju gereja tersebut, mengabaikan rasa sakit di bagian bawahnya.

Sayangnya, dalam hitungan detik, rasa bahagianya berubah menjadi kecewa ketika mendapati tak ada siapa pun di sana. Hanya ada bangku kosong dengan hiasan bunga yang menghiasi seluruh tempat itu.

"Zaiden!" seru Alona lantang, menghasilkan gema ke seluruh ruangan.

" Zaiden! Di mana kamu? Maaf, aku terlambat ke pesta pernikahan kita, aku tahu kamu pasti kecewa, tapi semua itu ada alasannya," ucap Alona lagi. Kali ini, mulai terdengar frustrasi.

"Zaiden, aku tahu kamu pasti marah, tapi bisakah kamu mendengar penjelasanku terlebih dahulu? Kumohon, keluarlah dan bicaralah padaku."

Alona terus berbicara dengan volume keras, berharap calon suaminya mendengar dan menghampirinya. Namun, respon yang diharapkannya tidak ada Alona pun memutuskan pergi dari tempat itu dan berniat pergi untuk mencari sang kekasih di kediamannya.

Saat kaki Alona berbalik, tiba-tiba pintu gereja terbuka begitu saja menampilkan sesosok pria dengan tubuh tinggi tegap dan garis rahang terpahat dengan indah.

Terlebih lagi, ia berdiri tepat di bawah sinar rembulan, membuat wajahnya terlihat sempurna layaknya seorang Dewa.

Mengetahui bahwa sang kekasih telah tiba, kedua sudut bibir Alona pun terangkat ke atas dan hendak menghampirinya. Akan tetapi, langkahnya terhenti ketika melihat tatapan sang pria yang menatapnya dengan tatapan benci dan juga jijik.

"Zaiden. . ." lirih Alona.

"Suamiku, ternyata kamu di sini! Aku sudah mencarimu ke mana-mana," ucap Theresa, adik dari Alona, mengenakan dress berwarna merah darah. Dress itu melekat erat hingga membentuk siluet tubuhnya yang indah.

"Tunggu, kenapa kamu memanggil Zaiden suamimu?! Dia ini calon suamiku," ucap Alona dengan tegas.

"Hahaha! Maaf, Kakakku sayang. Tapi, Kak Zaiden ini memang suamiku sekarang," kata Teresa dengan bangga, tangannya merengkuh tangan pria itu dengan intim.

Kedua mata Alona berkaca-kaca. Kedua telapak tangannya mengepal dengan erat, ia kemudian menatap wajah Zaiden dan memintanya untuk menjelaskan semuanya. Namun, pria itu malah membuang mukanya begitu saja.

"Kenapa? Bukankah kita sudah berjanji akan hidup bahagia bersama? Lalu, kenapa kamu menikahi adikku? Tolong, katakan bahwa semua ini adalah kebohongan." Alona pun bertanya dengan suara getirnya.

"Kalau begitu, katakan padaku lebih dulu. Ke mana kamu selama tiga hari ini? Jelaskan kenapa tanda menjijikan itu ada padamu?"

Secara tidak langsung, tangan Alona menutupi tanda bercak merah itu. Wajahnya berubah menjadi pucat pasi. "Zaiden, dengarkan aku! Ini hanyalah salah paham," ucapnya yang berusaha membela diri.

"Setelah semua bukti ini, kamu bilang salah paham?" timpal Teresa seraya menampilkan sebuah klip yang muncul dari tangannya. Klip itu memperlihatkan adegan Alona yang tengah bercumbu mesra di sebuah bar terkenal di kota Vampir

Seketika, kedua bola mata Alona terbeliak, menggelengkan kepalanya dengan keras. Ia yakin bahwa yang dicumbunya kala itu adalah Zaiden, bukan pria lain. Tapi, kenapa di dalam klip itu dirinya malah mencumbu pria lain?

"Aku mohon Zaiden, tolong percayalah padaku. Aku yakin, saat itu aku mencumbumu bukan pria lain."

"Sayang sekali, tapi pria itu bukanlah aku! Alona, aku sangat kecewa padamu! Kukira, cintamu tulus padaku, tapi ternyata aku salah menilaimu. Cintamu tak lebih hanya sebuah angin yang hanya mampir untuk sesaat."

Kepala Alona menggeleng dengan keras. Air matanya mulai mengalir membasahi kedua pipinya. Ia kemudian terduduk di lantai, memohon pada pria di depannya untuk mempercayainya. Alona bersumpah bahwa cintanya itu tulus dan suci.

Akan tetapi, seakan hati dan pintu maafnya sudah tertutup, pria itu memilih memalingkan wajahnya.

"Aku, Zaiden Maraham, sang penguasa kegelapan, memerintahkan engkau untuk enyah dari kerajaanku dan jangan pernah engkau menginjakkan kaki di sini lagi!" putusnya lalu berbalik meninggalkan Alona begitu saja.

Alona yang merasa tak terima, berusaha meraih kaki pria itu. Namun, sebelum tangannya menggapai kaki pria itu, tubuhnya tiba-tiba terpental hingga merubuhkan salah satu tiang gereja. Perempuan itu pun terbatuk dan memuntahkan banyak darah dari dalam mulutnya.

"Maafkan aku, tapi aku tak akan membiarkan tangan kotormu menyentuh suamiku," kata Teresa tersenyum miring, "kakakku tersayang, aku merasa kasihan padamu. Seharusnya, kamu tak menyia-nyiakan cinta Kak Zaiden yang putih nan tulus itu."

Teresa tersenyum penuh kemenangan. Ia pun bangkit menyusul sang suami yang sudah pergi keluar dari gereja.

Melihat itu, tubuh Alona bergetar. Ia mencoba keras untuk mengingat kenapa semua ini terjadi padanya, hingga sebuah ingatan terlintas dalam benaknya.

Alona akhirnya ingat sesuatu! Sebelum pernikahannya, adik tirinya itu mengajaknya ke toko perhiasan. Wanita licik itu memberinya sebuah air putih.

Seketika, kepalanya mendongkak. Kedua matanya berubah menjadi merah menyala. Tanpa aba-aba, ia langsung menyerang sang adik tiri. Tangan kanannya mencengkram leher sang adik tiri dengan kuat. Menyadari bahwa semua kemalangan yang menimpa dirinya adalah ulah orang tersebut.

"Kau! Kau sialan! Seharusnya, aku tak menuruti permintaanmu itu. Kau yang sesungguhnya paling hina," cerca Alona. Cengkraman tangannya semakin erat hingga membuat Teresa mulai kesulitan untuk bernafas.

Boom!

Tiba-tiba, tubuh Alona terhempas jauh, hingga tubuhnya membentur dinding samping gereja. Puluhan kursi pun dibuat hancur seketika.

Alona pun memuntahkan banyak darah dari dalam mulutnya lagi.

"Jangan sentuh istriku dengan tangan kotormu itu!" Zaiden membentak perempuan yang sempat dicintainya itu. Sorot mata Zaiden memperlihatkan rasa kecewa dan kebencian yang begitu mendalam.

Tubuh Alona pun tertegun sejenak.

Perlahan, ia bangkit dari posisinya, menatap dingin pada pasangan baru yang berdiri di seberangnya.

Tiba-tiba ia terkekeh. Sebenarnya, apa yang sedang dilakukannya? Untuk apa dia bersikap bodoh seperti ini? Dirinya tak pantas menjadi hinaan, termasuk untuk sang adik yang tak tahu malu itu!

Alona juga seharusnya mempercayai perkataan pria misterius itu: kekasihnya tak akan pernah berpihak padanya!

Andaikan saja dirinya menurut, mungkin dirinya tak akan menerima hinaan seperti ini.

Tangan Alona kemudian menyeka air matanya. Dengan susah payah, ia berhasil bangkit kembali sambil menahan semua rasa sakit yang menimpanya. Ia berjalan mendekati pasangan itu.

"Meski terlambat, aku ucapkan selamat atas pernikahan kalian!" Alona kemudian mengulurkan tangan kanannya. Namun, pasangan itu terlihat enggan untuk menjabatnya.

Alona terkekeh. "Maaf, aku lupa kalau tanganku ini sudah kotor. Kalau begitu, aku pergi, Yang mulia."

Alona pun berjalan melewati kedua pasangan itu dengan perasaan marah dan terluka. Ia bersumpah tak akan pernah membuka pintu hatinya lagi pada pria itu untuk selamanya!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   147

    flashback" Mama, menurut mu aku bisa sekuat ayah? " Tutur Elios.Alona menolehkan kepalanya sedikit, menatap putranya yang terduduk di sampingnya di tepi danau, hembusan angin menerpa wajah mereka yang damai. Entah apa yang terjadi pada putranya hingga membuatnya tiba-tiba bertanya seperti ini, tapi Alona tidak terkejut sedikit pun karena ia sudah menduga bahwa akan ada pertanyaan seperti ini dari putranya. Sejujurnya Alona tidak begitu yakin dan juga tidak peduli putranya bisa sekuat ayahnya atau tidak, selama mereka bahagia, itu sudah lebih cukup, " entahlah, mungkin kamu bisa melampauinya. " Jawab Alona sambil tersenyum penuh arti.Elios menoleh menatap wajah ibunya, merasa tidak puas dengan jawaban yang di berikan oleh sang ibu, padahal dirinya sudah serius bertanya tapi wanita di sampingnya malah menganggap pertanyaannya adalah lelucon." Mama aku serius! " Ujar Elios dengan wajah serius.Alona tiba-tiba tergelak lalu mencubit kedua pipi putranya yang menurutnya ekspresin

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   146

    " Maaf mengganggu reuni kalian, tapi kita harus segera membunuh monster itu sebelum dia membunuh kita semua, " ujar Enes Tikta.Mendengar hal tersebut, ketiga pria itu pun langsung tersadar lalu menghentikan reuni antara guru dan kedua murid itu. Enes Tikta benar, sekarang bukanlah saatnya untuk reuni, bertukar rasa rindu apalagi membuat perhitungan pada salah satu muridnya yang sudah minta di hukum, karena itulah alasannya menyelamatkannya, tapi ia harus menyampingkan keinginannya itu karena di depan mereka ada musuh nyata yang harus mereka bereskan terlebih dahulu sebelum monster itu membunuh mereka semua. Akan tetapi membereskannya akan sangat sulit dan membutuhkan banyak waktu, mengingat rencana Enes Tikta yang merupakan mantan jendral nomor satu di bangsa vampir, hancur dalam hitungan menit saja.Jika rencana sang jendral no satu saja tidak bisa membunuh monster itu, lalu apa yang harus mereka lalukan sekarang?Apakah sungguh tak ada cara lain untuk mengalihkan perhatiannya

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   145

    Elios termenung melihat bagaimana monster itu merusak formasi yang sudah mereka rencanakan matang-matang hanya dalam hitungan detik saja hingga sebuah tangan besar menarik tangannya hingga tubuhnya membentur tanah cukup keras dan membuatnya langsung tersentak tersadar dari lamunannya. Ia menolehkan kepalanya dan seketika kedua bola matanya terbeliak ketika mendapati Tomi di sampingnya dan juga Lipe, keadaan keduanya tidak bisa di bilang baik tapi juga tidak terlalu buruk, kedua pakaian mereka compang camping dengan darah yang sudah kering. Melihat bahwa keduanya baik-baik saja, Elios sangat senang sekali dan tanpa sadar memeluk kedua pria itu dengan erat sambil menangis bahagia.Tomi dan Lipe saling terdiam lalu membuang muka satu sama lain." Belum satu tahun aku pergi dan kamu sudah cengeng seperti ini. Memalukan. " Ujarnya dengan dingin, tapi dari sorot matanya tak bisa di bohongi, dia, terlihat bahagia.Sebelumnya. . . . Saat Tomie menusuknya dari belakang, Lipe begitu marah da

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   144

    Sementara itu, Elios dan lainnya bersiap untuk menyerang monster itu dan setelah mengalahkannya mereka akan mencari keberadaan Tomi kembali.Menurut sang tetua, monster itu bukan berasal dari alam melainkan hasil penelitian dan eksperimen yang gagal ratusan tahun yang lalu. Seperti yang diketahui, dulu semua ras berlomba-lomba membangun pasukan yang kuat.Karena para Goblin tidak memiliki leluhur yang kuat seperti Noblesse, mereka memutuskan untuk membuat leluhur mereka sendiri dan menciptakan Era Goblin di mana merekalah yang akan berkuasa menguasai alam semesta ini.Tak peduli berapa ratus hewan yang menjadi bahan percobaan, semuanya gagak total, ada yang hanya bertahan tiga detik ada pula yang tidak bertahan sama sekali karena tak kuat menahan efek dari penggabungan tubuh dan darah dari jenis hewan yang berbeda.Kendati begitu, mereka tak menyerah begitu saja, hingga mereka akhirnya berhasil menciptakan monster yang kuat dan mengerikan, tubuh kulitnya sekeras baja beton yang berasa

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   143

    " Carles! Dimana kamu?! " Terdengar suara teriakan seroang pria dari kejauhan. Sontak membuat Zaiden dan yang lainnya spontan menoleh ke arah suara itu berasal. Sedangkan anak laki-laki itu terlihat senang mendengar suara itu dan langsung berlari begitu saja.Tak lama kemudian, sesosok pria tinggi muncul dari balik semak-semak dengan seorang wanita di sampingnya, raut kedua orang itu terlihat sangat khawatir, tapi kekhawatiran itu berubah menjadi kelegaan ketika mereka menemukan apa yang mereka cari.Akan tetapi, di detik berikutnya tubuh mereka tertegun menatap sosok pria yang tak asing di mata mereka. Suasana pun berubah menjadi sangat canggung, ketiganya terdiam dan saling menatap satu sama lain. Hingga. . ." Teresa? Regas?! Apa ini benar kalian? " Kata-kata itu spontan keluar dari mulut Zaiden yang menganga, ia tak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua mata kepalanya sendiri, dua orang yang paling ia benci, kini berdiri tepat di depan matanya sendiri.Tunggu? Jika mereka b

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   142

    Sementara itu Zaiden dan bala tentaranya malah mendapatkan masalah ketika mereka salah memilih jalan dan malah berujung tersesat di hutan belantara padahal mereka tengah buru-buru untuk menyelamatkan tuan putri mereka.Namun, insiden ini sungguh tidak terduga sama sekali lebih parahnya lagi tak ada satupun dari mereka yang mengenali tempat ini sama sekali.Zaiden pun merasa sangat frustasi sekaligus merasa sangat bersalah karena gagal melindungi putrinya, sekarang, apa yang harus ia lakukan? Jika terus seperti ini, takutnya hal buruk sudah menimpa putrinya. " Yang mulia!!! Ada hewan buas! Lari!! " Pekik salah satu seorang prajurit, pria itu berlari berlumuran darah dengan ekspresi ketakutan di wajahnya, tak berselang lama seekor beruang berukuran besar datang dan membunuh pria itu dengan cakarnya yang kuat.Sontak, hal ini pun membuat semua pasukan panik dan berlari berhamburan menyelamatkan diri dari terkaman hewan buas itu, kendati begitu ada banyak korban yang berjatuhan.Karena h

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status