Share

03

Penulis: Fikul 07
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-23 19:55:26

"Ada apa? Apa ada masalah dengan mereka?" Tanya Nenek Neli yang penasaran dengan raut wajah Dokter Alvin.

Pria yang baru saja memeriksa kondisi Alona dan calon si jabang bayi. Menghela nafas. "Ada kemungkinan Ibu dan janin di dalam kandungannya tidak akan tertolong, selain karena usia kandungan yang belum siap untuk melahirkan di tambah mereka bukanlah Vampir murni, membuat racun yang di minum oleh ibunya membuat kondisi mereka jatuh ke kondisi kritis, " terangnya.

Nenek Neli terdiam sejenak, ia kemudian menoleh ke arah Alona yang tengah tertidur akibat obat bius yang di berikan oleh dokter Alvin. Beruntung, saat kejadian pria itu sedang menuju ke rumahnya untuk melakukan pemeriksaan rutin.

Jika tahu akan seperti ini, seharusnya ia mengurung wanita itu. Bahkan, jika perlu, dia seharusnya diikat agar tidak melakukan hal bodoh. Bila sudah seperti ini, apa yang harus ia katakan pada tuannya?

"Apa tak ada cara lain untuk menyelamatkan mereka?" Tanya Nenek Neli memastikan.

"Tidak ada, tapi mungkin aku bisa menyelamatkan salah satu dari mereka," Jawab Dokter Alvin.

"Kalau begitu, selamatkan saja bayinya," ucap Nenek Neli tanpa ragu, "aku yakin tuanku pasti akan menyetujui keputusanku."

"Siapa bilang aku akan menyetujui keputusanmu? Apa kamu sudah bosan hidup?"

Seketika tubuh Nenek Neli membeku setelah mendengar suara yang begitu mengintimidasi. Ia perlahan menoleh dan terkejut mendapati tuannya yang tampak tidak senang sama sekali, bahkan tatapannya terlihat ingin sekali mencincang tubuhnya.

Tanpa sadar, Nenek Neli meneguk salivanya kemudian langsung membungkuk bersama dokter Alvin yang sama-sama ketakutan.

Pria misterius itu berjalan dengan penuh kharisma. Kedua matanya menatap sedih pada sosok ibu hamil yang tengah terbaring tak berdaya. Hatinya terasa sangat sakit melihatnya seperti itu.

"Dokter Alvin," panggilnya.

"Iya tuanku."

"Jika aku memberikan darahku pada wanita itu, apakah kamu bisa menyelamatkan mereka?" Ujar pria itu tiba-tiba.

Mendengar ucapan Sang Tuan, membuat keduanya sangat terkejut, terutama Nenek Neli yang menentang keras akan hal itu. Wanita tua itu terus menyarankan untuk menyelamatkan si jabang bayi saja dan membiarkan Alona mati.

Tapi, tiba-tiba, tubuhnya di buat melayang dengan sebuah tangan besar yang mencekik kuat lehernya, kedua bola mata Nenek Neli terbeliak, ia terkejut dengan serangan tiba-tiba yang di lakukan oleh tuannya.

"Tu--an," nafas Nenek Neli semakin menyempit, kedua matanya menatap memohon, agar dirinya di ampuni.

Akan tetapi, hati pria misterius itu tampak tidak tergerak sedikit pun melihat penderitaan yang tengah di alami oleh Nenek Neli.

"Arrgh!!" Jerit kesakitan yang berasal dari dalam ruang persalinan, membuat pria misterius itu segera melepas cengkeramannya, lalu berlari menghampiri Alona. Dengan lembut, dia menggenggam tangan rapuh itu dengan erat. kemudian menoleh pada Dokter Alvin dan memintanya untuk menyelamatkan keduanya apapun yang terjadi.

Tak lama kemudian, suara tangis bayi yang baru lahir pun pecah, , tangisannya menggema, memenuhi seisi ruangan.

"Tuan, selamat atas kelahiran tuan muda. Saya yakin dia akan tumbuh tampan dan berkarisma seperti Anda," ucap Dokter Alvin dengan penuh suka cita sembari menyerahkan bayi kecil di tangannya pada Sang Tuan.

Meski membutuhkan banyak waktu, Dokter Alvin akhirnya berhasil menyelamatkan ibu dan anak itu dengan susah payah.

Walaupun Sang Tuan itu tidak memperlihatkan raut kebahagiaanya, namun semua orang tahu bahwa " Tuan " itu sangat bahagia karena bisa melihat pangeran kecilnya.

Setelah menatap wajah putranya sejenak, pria misterius itu berjalan, kemudian menyerahkan bayinya pada Nenek Neli yang tengah duduk di pojokan yang sejak tadi hanya terdiam memperhatikan.

"Neli."

"Iya Tuanku."

"Karena kamu adalah pengikut setiaku, maka kali ini aku akan mengampunimu dengan syarat: kamu harus menjaga mereka untukku. Jangan biarkan mereka terluka sedikit pun! Jika terjadi sesuatu pada mereka sedikit pun, maka kamu akan tahu akibatnya."

Air mata Nenek Neli keluar begitu saja, membasahi kedua pipinya, ia kemudian bersujud berterima kasih atas kesempatan kedua yang diberikan oleh tuannya. Wanita itu berjanji akan menjaga mereka dengan mempertaruhkan jiwa raganya.

"Bagus, kalau begitu ambillah, anggaplah dia sebagai cucumu sendiri. Lalu, jangan biarkan siapapun tahu bahwa anak ini lahir. "

Setelah memberikan bayinya pada Nenek Neli, pria misterius itu pun kemudian pergi menghilang begitu saja seperti hembusan angin.

****

"Kamu sudah sadar?" Tanya Nenek Neli pada Alona yang baru saja tersadar dari tidur panjangnya.

"Bagaimana dengan anakku?" Jawab Alona dengan sebuah pertanyaan.

Nenek Neli tersenyum lembut, ia kemudian membantu Alona bangkit, menyusun beberapa bantal agar wanita itu bisa duduk sembari bersandar dengan nyaman. Setelah selesai, ia kemudian menyerahkan bayi di pangkuannya pada Alona sembari memuji ketampanan bayi itu.

Alona tersenyum lalu menganggukkan kepalanya setuju, bayi laki-lakinya adalah bayi paling tampan yang belum pernah dilihatnya.

Tiba-tiba ia menyesal karena selalu mencoba mencelakakannya. Jika saja Nenek Neli tidak menyelamatkannya, mungkin roh nya akan gentayangan karena perasaan bersalahnya.

"Ngomong-ngomong, apa kamu sudah memiliki nama untuknya?" Tanya Nenek Neli tiba-tiba.

Alona terdiam berpikir sejenak, sebelumnya ia tak pernah berniat untuk melahirkan seorang bayi, jadi dia belum menentukan nama untuk bayinya ini. Namun, tiba-tiba sebuah nama terlintas dalam benaknya.

"Karena dia bagaikan Matahari di dalam hidupku, maka aku ingin menamainya ELIOS."

"ELIOS? Nama yang indah, sangat sesuai dengan bayimu," puji Nenek Neli dengan senyum ramah-tamahnya.

Menyadari bahwa ada yang aneh dengan sikap nenek tua di depannya, Alona tak bisa mengernyitkan dahinya. Pasalnya, wanita itu sangat dingin dan juga jutek, bahkan selama tinggal di rumah wanita tua itu, ia tak pernah melihatnya tersenyum sedikit pun.

Namun, melihat perubahan senyum ramah yang diberikannya, membuat Alona berpikir bahwa dirinya masih terjebak dalam dunia mimpi.

"Kenapa melihatku seperti itu? Apa kamu sangat mengagumi kecantikan wanita tua ini?" Tanya Nenek Neli yang sadar bahwa sejak tadi dirinya tengah diperhatikan.

"Bukan. Maaf, tapi apa aku sungguh hidup?" Tanya Alona.

"Aw!" Tiba-tiba Alona menjerit kesakitan ketika Nenek Neli mencubit pahanya dengan keras begitu saja. Alhasil, Elios yang tengah tertidur pun terbangun akibat suara jeritan dari Alona.

"Apa yang kamu lakukan?!" Tanya Alona dengan nada kesal sembari mencoba menenangkan putranya kembali.

"Bukankah kamu ingin memastikan bahwa kamu ini sudah sadar apa belum?" Tanya Nenek Neli dengan wajah tanpa dosanya.

Alona pun hanya bisa terdiam tak bisa berkata-kata. Bagaimana bisa wanita tua itu bersikap tidak bersalah seperti itu? Dasar wanita tak berperasaan!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   147

    flashback" Mama, menurut mu aku bisa sekuat ayah? " Tutur Elios.Alona menolehkan kepalanya sedikit, menatap putranya yang terduduk di sampingnya di tepi danau, hembusan angin menerpa wajah mereka yang damai. Entah apa yang terjadi pada putranya hingga membuatnya tiba-tiba bertanya seperti ini, tapi Alona tidak terkejut sedikit pun karena ia sudah menduga bahwa akan ada pertanyaan seperti ini dari putranya. Sejujurnya Alona tidak begitu yakin dan juga tidak peduli putranya bisa sekuat ayahnya atau tidak, selama mereka bahagia, itu sudah lebih cukup, " entahlah, mungkin kamu bisa melampauinya. " Jawab Alona sambil tersenyum penuh arti.Elios menoleh menatap wajah ibunya, merasa tidak puas dengan jawaban yang di berikan oleh sang ibu, padahal dirinya sudah serius bertanya tapi wanita di sampingnya malah menganggap pertanyaannya adalah lelucon." Mama aku serius! " Ujar Elios dengan wajah serius.Alona tiba-tiba tergelak lalu mencubit kedua pipi putranya yang menurutnya ekspresin

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   146

    " Maaf mengganggu reuni kalian, tapi kita harus segera membunuh monster itu sebelum dia membunuh kita semua, " ujar Enes Tikta.Mendengar hal tersebut, ketiga pria itu pun langsung tersadar lalu menghentikan reuni antara guru dan kedua murid itu. Enes Tikta benar, sekarang bukanlah saatnya untuk reuni, bertukar rasa rindu apalagi membuat perhitungan pada salah satu muridnya yang sudah minta di hukum, karena itulah alasannya menyelamatkannya, tapi ia harus menyampingkan keinginannya itu karena di depan mereka ada musuh nyata yang harus mereka bereskan terlebih dahulu sebelum monster itu membunuh mereka semua. Akan tetapi membereskannya akan sangat sulit dan membutuhkan banyak waktu, mengingat rencana Enes Tikta yang merupakan mantan jendral nomor satu di bangsa vampir, hancur dalam hitungan menit saja.Jika rencana sang jendral no satu saja tidak bisa membunuh monster itu, lalu apa yang harus mereka lalukan sekarang?Apakah sungguh tak ada cara lain untuk mengalihkan perhatiannya

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   145

    Elios termenung melihat bagaimana monster itu merusak formasi yang sudah mereka rencanakan matang-matang hanya dalam hitungan detik saja hingga sebuah tangan besar menarik tangannya hingga tubuhnya membentur tanah cukup keras dan membuatnya langsung tersentak tersadar dari lamunannya. Ia menolehkan kepalanya dan seketika kedua bola matanya terbeliak ketika mendapati Tomi di sampingnya dan juga Lipe, keadaan keduanya tidak bisa di bilang baik tapi juga tidak terlalu buruk, kedua pakaian mereka compang camping dengan darah yang sudah kering. Melihat bahwa keduanya baik-baik saja, Elios sangat senang sekali dan tanpa sadar memeluk kedua pria itu dengan erat sambil menangis bahagia.Tomi dan Lipe saling terdiam lalu membuang muka satu sama lain." Belum satu tahun aku pergi dan kamu sudah cengeng seperti ini. Memalukan. " Ujarnya dengan dingin, tapi dari sorot matanya tak bisa di bohongi, dia, terlihat bahagia.Sebelumnya. . . . Saat Tomie menusuknya dari belakang, Lipe begitu marah da

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   144

    Sementara itu, Elios dan lainnya bersiap untuk menyerang monster itu dan setelah mengalahkannya mereka akan mencari keberadaan Tomi kembali.Menurut sang tetua, monster itu bukan berasal dari alam melainkan hasil penelitian dan eksperimen yang gagal ratusan tahun yang lalu. Seperti yang diketahui, dulu semua ras berlomba-lomba membangun pasukan yang kuat.Karena para Goblin tidak memiliki leluhur yang kuat seperti Noblesse, mereka memutuskan untuk membuat leluhur mereka sendiri dan menciptakan Era Goblin di mana merekalah yang akan berkuasa menguasai alam semesta ini.Tak peduli berapa ratus hewan yang menjadi bahan percobaan, semuanya gagak total, ada yang hanya bertahan tiga detik ada pula yang tidak bertahan sama sekali karena tak kuat menahan efek dari penggabungan tubuh dan darah dari jenis hewan yang berbeda.Kendati begitu, mereka tak menyerah begitu saja, hingga mereka akhirnya berhasil menciptakan monster yang kuat dan mengerikan, tubuh kulitnya sekeras baja beton yang berasa

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   143

    " Carles! Dimana kamu?! " Terdengar suara teriakan seroang pria dari kejauhan. Sontak membuat Zaiden dan yang lainnya spontan menoleh ke arah suara itu berasal. Sedangkan anak laki-laki itu terlihat senang mendengar suara itu dan langsung berlari begitu saja.Tak lama kemudian, sesosok pria tinggi muncul dari balik semak-semak dengan seorang wanita di sampingnya, raut kedua orang itu terlihat sangat khawatir, tapi kekhawatiran itu berubah menjadi kelegaan ketika mereka menemukan apa yang mereka cari.Akan tetapi, di detik berikutnya tubuh mereka tertegun menatap sosok pria yang tak asing di mata mereka. Suasana pun berubah menjadi sangat canggung, ketiganya terdiam dan saling menatap satu sama lain. Hingga. . ." Teresa? Regas?! Apa ini benar kalian? " Kata-kata itu spontan keluar dari mulut Zaiden yang menganga, ia tak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua mata kepalanya sendiri, dua orang yang paling ia benci, kini berdiri tepat di depan matanya sendiri.Tunggu? Jika mereka b

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   142

    Sementara itu Zaiden dan bala tentaranya malah mendapatkan masalah ketika mereka salah memilih jalan dan malah berujung tersesat di hutan belantara padahal mereka tengah buru-buru untuk menyelamatkan tuan putri mereka.Namun, insiden ini sungguh tidak terduga sama sekali lebih parahnya lagi tak ada satupun dari mereka yang mengenali tempat ini sama sekali.Zaiden pun merasa sangat frustasi sekaligus merasa sangat bersalah karena gagal melindungi putrinya, sekarang, apa yang harus ia lakukan? Jika terus seperti ini, takutnya hal buruk sudah menimpa putrinya. " Yang mulia!!! Ada hewan buas! Lari!! " Pekik salah satu seorang prajurit, pria itu berlari berlumuran darah dengan ekspresi ketakutan di wajahnya, tak berselang lama seekor beruang berukuran besar datang dan membunuh pria itu dengan cakarnya yang kuat.Sontak, hal ini pun membuat semua pasukan panik dan berlari berhamburan menyelamatkan diri dari terkaman hewan buas itu, kendati begitu ada banyak korban yang berjatuhan.Karena h

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status