Share

03

"Ada apa? Apa ada masalah dengan mereka?" Tanya Nenek Neli yang penasaran dengan raut wajah Dokter Alvin.

Pria yang baru saja memeriksa kondisi Alona dan calon si jabang bayi. Menghela nafas. "Ada kemungkinan Ibu dan janin di dalam kandungannya tidak akan tertolong, selain karena usia kandungan yang belum siap untuk melahirkan di tambah mereka bukanlah Vampir murni, membuat racun yang di minum oleh ibunya membuat kondisi mereka jatuh ke kondisi kritis, " terangnya.

Nenek Neli terdiam sejenak, ia kemudian menoleh ke arah Alona yang tengah tertidur akibat obat bius yang di berikan oleh dokter Alvin. Beruntung, saat kejadian pria itu sedang menuju ke rumahnya untuk melakukan pemeriksaan rutin.

Jika tahu akan seperti ini, seharusnya ia mengurung wanita itu. Bahkan, jika perlu, dia seharusnya diikat agar tidak melakukan hal bodoh. Bila sudah seperti ini, apa yang harus ia katakan pada tuannya?

"Apa tak ada cara lain untuk menyelamatkan mereka?" Tanya Nenek Neli memastikan.

"Tidak ada, tapi mungkin aku bisa menyelamatkan salah satu dari mereka," Jawab Dokter Alvin.

"Kalau begitu, selamatkan saja bayinya," ucap Nenek Neli tanpa ragu, "aku yakin tuanku pasti akan menyetujui keputusanku."

"Siapa bilang aku akan menyetujui keputusanmu? Apa kamu sudah bosan hidup?"

Seketika tubuh Nenek Neli membeku setelah mendengar suara yang begitu mengintimidasi. Ia perlahan menoleh dan terkejut mendapati tuannya yang tampak tidak senang sama sekali, bahkan tatapannya terlihat ingin sekali mencincang tubuhnya.

Tanpa sadar, Nenek Neli meneguk salivanya kemudian langsung membungkuk bersama dokter Alvin yang sama-sama ketakutan.

Pria misterius itu berjalan dengan penuh kharisma. Kedua matanya menatap sedih pada sosok ibu hamil yang tengah terbaring tak berdaya. Hatinya terasa sangat sakit melihatnya seperti itu.

"Dokter Alvin," panggilnya.

"Iya tuanku."

"Jika aku memberikan darahku pada wanita itu, apakah kamu bisa menyelamatkan mereka?" Ujar pria itu tiba-tiba.

Mendengar ucapan Sang Tuan, membuat keduanya sangat terkejut, terutama Nenek Neli yang menentang keras akan hal itu. Wanita tua itu terus menyarankan untuk menyelamatkan si jabang bayi saja dan membiarkan Alona mati.

Tapi, tiba-tiba, tubuhnya di buat melayang dengan sebuah tangan besar yang mencekik kuat lehernya, kedua bola mata Nenek Neli terbeliak, ia terkejut dengan serangan tiba-tiba yang di lakukan oleh tuannya.

"Tu--an," nafas Nenek Neli semakin menyempit, kedua matanya menatap memohon, agar dirinya di ampuni.

Akan tetapi, hati pria misterius itu tampak tidak tergerak sedikit pun melihat penderitaan yang tengah di alami oleh Nenek Neli.

"Arrgh!!" Jerit kesakitan yang berasal dari dalam ruang persalinan, membuat pria misterius itu segera melepas cengkeramannya, lalu berlari menghampiri Alona. Dengan lembut, dia menggenggam tangan rapuh itu dengan erat. kemudian menoleh pada Dokter Alvin dan memintanya untuk menyelamatkan keduanya apapun yang terjadi.

Tak lama kemudian, suara tangis bayi yang baru lahir pun pecah, , tangisannya menggema, memenuhi seisi ruangan.

"Tuan, selamat atas kelahiran tuan muda. Saya yakin dia akan tumbuh tampan dan berkarisma seperti Anda," ucap Dokter Alvin dengan penuh suka cita sembari menyerahkan bayi kecil di tangannya pada Sang Tuan.

Meski membutuhkan banyak waktu, Dokter Alvin akhirnya berhasil menyelamatkan ibu dan anak itu dengan susah payah.

Walaupun Sang Tuan itu tidak memperlihatkan raut kebahagiaanya, namun semua orang tahu bahwa " Tuan " itu sangat bahagia karena bisa melihat pangeran kecilnya.

Setelah menatap wajah putranya sejenak, pria misterius itu berjalan, kemudian menyerahkan bayinya pada Nenek Neli yang tengah duduk di pojokan yang sejak tadi hanya terdiam memperhatikan.

"Neli."

"Iya Tuanku."

"Karena kamu adalah pengikut setiaku, maka kali ini aku akan mengampunimu dengan syarat: kamu harus menjaga mereka untukku. Jangan biarkan mereka terluka sedikit pun! Jika terjadi sesuatu pada mereka sedikit pun, maka kamu akan tahu akibatnya."

Air mata Nenek Neli keluar begitu saja, membasahi kedua pipinya, ia kemudian bersujud berterima kasih atas kesempatan kedua yang diberikan oleh tuannya. Wanita itu berjanji akan menjaga mereka dengan mempertaruhkan jiwa raganya.

"Bagus, kalau begitu ambillah, anggaplah dia sebagai cucumu sendiri. Lalu, jangan biarkan siapapun tahu bahwa anak ini lahir. "

Setelah memberikan bayinya pada Nenek Neli, pria misterius itu pun kemudian pergi menghilang begitu saja seperti hembusan angin.

****

"Kamu sudah sadar?" Tanya Nenek Neli pada Alona yang baru saja tersadar dari tidur panjangnya.

"Bagaimana dengan anakku?" Jawab Alona dengan sebuah pertanyaan.

Nenek Neli tersenyum lembut, ia kemudian membantu Alona bangkit, menyusun beberapa bantal agar wanita itu bisa duduk sembari bersandar dengan nyaman. Setelah selesai, ia kemudian menyerahkan bayi di pangkuannya pada Alona sembari memuji ketampanan bayi itu.

Alona tersenyum lalu menganggukkan kepalanya setuju, bayi laki-lakinya adalah bayi paling tampan yang belum pernah dilihatnya.

Tiba-tiba ia menyesal karena selalu mencoba mencelakakannya. Jika saja Nenek Neli tidak menyelamatkannya, mungkin roh nya akan gentayangan karena perasaan bersalahnya.

"Ngomong-ngomong, apa kamu sudah memiliki nama untuknya?" Tanya Nenek Neli tiba-tiba.

Alona terdiam berpikir sejenak, sebelumnya ia tak pernah berniat untuk melahirkan seorang bayi, jadi dia belum menentukan nama untuk bayinya ini. Namun, tiba-tiba sebuah nama terlintas dalam benaknya.

"Karena dia bagaikan Matahari di dalam hidupku, maka aku ingin menamainya ELIOS."

"ELIOS? Nama yang indah, sangat sesuai dengan bayimu," puji Nenek Neli dengan senyum ramah-tamahnya.

Menyadari bahwa ada yang aneh dengan sikap nenek tua di depannya, Alona tak bisa mengernyitkan dahinya. Pasalnya, wanita itu sangat dingin dan juga jutek, bahkan selama tinggal di rumah wanita tua itu, ia tak pernah melihatnya tersenyum sedikit pun.

Namun, melihat perubahan senyum ramah yang diberikannya, membuat Alona berpikir bahwa dirinya masih terjebak dalam dunia mimpi.

"Kenapa melihatku seperti itu? Apa kamu sangat mengagumi kecantikan wanita tua ini?" Tanya Nenek Neli yang sadar bahwa sejak tadi dirinya tengah diperhatikan.

"Bukan. Maaf, tapi apa aku sungguh hidup?" Tanya Alona.

"Aw!" Tiba-tiba Alona menjerit kesakitan ketika Nenek Neli mencubit pahanya dengan keras begitu saja. Alhasil, Elios yang tengah tertidur pun terbangun akibat suara jeritan dari Alona.

"Apa yang kamu lakukan?!" Tanya Alona dengan nada kesal sembari mencoba menenangkan putranya kembali.

"Bukankah kamu ingin memastikan bahwa kamu ini sudah sadar apa belum?" Tanya Nenek Neli dengan wajah tanpa dosanya.

Alona pun hanya bisa terdiam tak bisa berkata-kata. Bagaimana bisa wanita tua itu bersikap tidak bersalah seperti itu? Dasar wanita tak berperasaan!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status