Share

04

Author: Fikul 07
last update Last Updated: 2022-09-24 22:02:24

Meski Elios terlahir prematur, namun kondisinya bisa di bilang sehat seperti bayi normal pada umumnya, begitu pula dengan ibunya, Alona, meski membutuhkan waktu sedikit lama untuk sembuh total, namun ia bersyukur karena dirinya dan juga bayinya bisa melewati maut bersama-sama.

Namun, Alona tak pernah menduga bahwa kekuatannya akan menghilang setelah melahirkan Elios, kini dirinya tampak seperti manusia pada umumnya, lemah dan tak berdaya. Bahkan untuk luka gores kecil pun ia harus menunggu selama satu minggu sampai hilang tak berbekas tak seperti saat dirinya masih setengah vampir, meski tak sekuat Vampir murni tetapi kekuatan regenerasinya cukup cepat dibandingkan manusia pada umunya.

Kendati begitu, walaupun kekuatannya telah menghilang, namun Alona sangat senang atas kelahiran putranya, akan tetapi pikirannya mulai tak tenang, ia berpikir untuk pergi meninggalkan tempat itu, tapi ia tak tahu cara untuk melindungi putranya jika suatu hari mereka bertemu dengan orang jahat.

" Tinggallah di sini bersama ku. Aku berjanji akan melindungi kalian, " ujar Nenek Neli tiba-tiba dari belakang tubuh Alona, seakan tahu tentang kegelisahan yang ada di dalam pikiran ibu anak satu itu.

Tubuh Alona sedikit tersentak, kemudian menatap Nenek Neli yang tengah berjalan ke arahnya dengan sebuah nampan berisikan makanan berupa nasi dengan lauk pauknya.

Tatapan Alona tak lepas dari sosok Nenek Neli yang tengah menata makanan di atas meja yang berada di sisi ranjang, ia selalu merasa bahwa ada yang aneh dengan wanita tua itu, pasalnya tatapan sinisnya serta sikapnya yang ketus itu tiba-tiba hilang sejak Elios lahir.

Sekarang, wanita tua itu tak lagi menatapnya dengan sinis, melainkan menatapnya dengan tatapan hangat layaknya seorang ibu yang mencintai putri dan cucu kandungnya sendiri, bahkan sikap ketusnya itu telah berubah menjadi sikap penyayang. Membuat Alona berpikir bahwa suatu hari wanita itu akan mengambil putranya, maka dari itu, setiap hari dirinya selalu memikirkan berbagai rencana untuk lari dari rumah ini.

" Kenapa kamu menjadi baik? Bukankah sejak awal kamu tak menyukai ku? Lantas apa yang membuat mu berubah? " Tanya Alona tiba-tiba.

Nenek Neli tersenyum, setelah selesai menata makanan di atas meja, ia kemudian berjalan kemudian terduduk di samping Alona, menatap bayi laki-laki di pangkuannya yang tengah tertidur pulas.

" Oh iya? Benarkah? Aku merasa bahwa tak ada yang berubah dengan diriku, sejak dulu aku memang seperti ini, baik dan juga perhatian, " jawab Nenek Neli dengan santainya sembari menatap gemas pada Elios yang tengah tertidur

Dahi Alona mengernyit, ia kemudian menjauhkan bayinya dari Nenek Neli sembari meningkatkan kewaspadaannya.

Nenek Neli hanya terdiam dengan sikap kewaspadaan yang Alona berikan padanya setiap kali dirinya ingin memegang bayi itu, namun ia tak ambil hati, baginya hal itu bukanlah sesuatu yang perlu di besar-besarkan, ia kemudian bangkit dari posisi duduknya, berjalan menuju pintu. Tetapi, saat berada tepat di depan pintu langkahnya terhenti, tanpa menoleh ia kemudian berkata: " Jika kamu ingin pergi dari sini, silahkan, tapi apa kamu yakin? Dengan fisik mu yang lemah tanpa kekuatan, mampukah kamu menghindari marabahaya di luar sana? Ku beritahu satu hal, saat kamu sampai di dalam hutan, hati-hati dengan langkah mu jangan sampai terluka karena aroma darah mu akan mengundang seekor AUL, " lalu pergi sembari menutup pintu dengan lembut.

Setelah wanita tua itu pergi, Alona tiba-tiba menjadi sangat kesal, ia merasa bahwa wanita itu seperti tengah meremehkan kemampuannya, ia kemudian membulatkan hatinya untuk pergi malam ini juga, dan membuktikan bahwa ia mampu menjaga diri dan juga bayinya.

.

.

Malam pun tiba, sesuai dengan rencananya selama ini, Alona diam-diam berjalan keluar meninggalkan rumah itu bersama dengan Elios. Dari Awal, semua rencananya berjalan mulus, hingga dirinya tiba di depan hutan yang Nenek Neli bicarakan. Tanpa sadar ia meneguk salivanya dengan kasar, tiba-tiba ia menjadi takut, pasalnya, bagaimana jika monster Aul yang di bicarakan wanita tua itu muncul di hadapannya? Bahkan dengan berlari sekuat tenaga pun, ia ragu masih bisa hidup. Haruskan ia kembali?

Namun, Alona langsung menggelengkan kepalanya kemudian menguatkan pendiriannya bahwa ia mampu melewati hutan tersebut dan meyakini bahwa dirinya tak akan bertemu dengan monster apapun.

Bermodalkan nekad dan meneguhkan pendiriannya, Alona kemudian berjalan masuk kedalam hutan secara perlahan menyusuri gelapnya hutan dengan cahaya temaram rembulan yang menyinari setiap langkah kakinya.

Awalnya semua terasa biasa saja dan berjalan lancar seperti sebelumnya, namun semakin berjalan ke dalam hutan, suasananya berubah semakin menakutkan dan mencekam, bahkan buluk kuduknya tak berhenti berdiri.

Tak ingin berlama-lama di tempat yang menyeramkan itu, Alona pun memutuskan untuk mempercepat langkahnya, tapi sayangnya, di tengah perjalanannya kakinya menginjak tanaman berduri hingga membuatnya meringis kesakitan, darah pun keluar dari sela goresan itu.

Dengan tergesa-gesa, Alona langsung merobek bajunya kemudian membalut kakinya yang terluka, namun tak lama kemudian, dari kejauhan terdengar suara lolongan serigala.

Seketika Pupil Alona mengecil, menyadari bahwa suara itu merupakan milik Aul yang merupakan monster serigala yang dibicarakan oleh Nenek Neli.

Tanpa membuang waktu, ia langsung berlari sekuat tenaga membiarkan luka di kakinya begitu saja, berharap mereka bisa lolos dari kejaran monster Aul.

Namun sayangnya, monster yang haus akan darahnya berlari lebih cepat dari pada dirinya yang tengah terluka.

Kini monster itu tengah berdiri di hadapannya dengan mulut terbuka lebar yang memperlihatkan deretan gigi yang tajam serta air liur yang terus menetes kebawah menatap Alona dengan tatapan lapar.

Tubuh Alona menggigil ketakutan, perlahan ia mundur ke belakang, kemudian berlari, akan tetapi, tubuhnya terhempas hingga punggungnya mengenai salah satu pohon yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri sebelumnya.

Kendati begitu, Alona masih kuat untuk berdiri, ia kemudian mencoba untuk kembali berlari. Tapi sayangnya, baru saja ia berlari beberapa langkah saja, kakinya malah tersandung oleh akar pohon dan membuatnya jatuh telungkup.

Alona kembali meringis kesakitan di bagian lutut kaki kanan serta telapak tangan kiri. Tapi ia pantang menyerah, kemudian mencoba bangkit kembali, namun sayangnya kaki kanannya sulit untuk di gerakkan.

Melihat mangsanya sudah tak berdaya lagi, Monster itu tersenyum, kemudian berjalan secara perlahan mendekati mangsanya dan bersiap untuk mencabik-cabik mangsa di depannya.

Namun, tiba-tiba sebuah cahaya merah muncul dan membakar tangan siluman itu, hingga membuatnya mundur kemudian menghilang dalam kegelapan.

Sedangkan Alona sudah jatuh pingsan tanpa mengetahui siapa yang telah menolongnya.

Lima tahun kemudian.

Alona, Elios, serta Paman Jensen, tetangga baru mereka. Tengah berjalan menuju ke sebuah pasar untuk membeli keperluan hidup serta membeli barang pesanan Nenek Neli.

Elios yang sudah lama tidak berjalan-jalan, sangat kegirangan, ia tak berhenti berjingkrak-jingkrak di sepanjang jalan hingga membuatnya mendapat teguran dari sang ibu.

Kendati begitu, ia tak peduli. Lagi pula siapa suruh mengurungnya di dalam kamar hanya karena dirinya memukul anak salah satu tetangga hingga berdarah karena telah menghinanya karena tak memiliki seorang ayah.

Salahkan saja mereka, karena memilih orang yang salah, lagi pula bukan salahnya jika Ayahnya sudah pergi ke surga lebih dulu.

" Elios! Jangan pergi jauh-jauh atau Mama akan meninggalkan mu, " bentak Alona yang mulai kesal dengan tingkah putranya yang tak bisa diam bagaikan cacing kepanasan.

Wajah Elios pun merengut, ia memajukan bibirnya sembari melipat kedua tangannya di dada kemudian terdiam berdiri menunggu ibunya yang tengah asyik memilah sayuran, padahal ia tak suka dengan sayuran.

Saat tengah bosan, tiba-tiba di depan matanya melintas seekor kupu-kupu yang cantik, membuat Elios terpana kemudian tanpa sadar mengikuti kemana terbangnya kupu-kupu tersebut, akan tetapi tak lama kemudian ia tersadar bahwa dirinya telah terpisah dengan ibunya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   147

    flashback" Mama, menurut mu aku bisa sekuat ayah? " Tutur Elios.Alona menolehkan kepalanya sedikit, menatap putranya yang terduduk di sampingnya di tepi danau, hembusan angin menerpa wajah mereka yang damai. Entah apa yang terjadi pada putranya hingga membuatnya tiba-tiba bertanya seperti ini, tapi Alona tidak terkejut sedikit pun karena ia sudah menduga bahwa akan ada pertanyaan seperti ini dari putranya. Sejujurnya Alona tidak begitu yakin dan juga tidak peduli putranya bisa sekuat ayahnya atau tidak, selama mereka bahagia, itu sudah lebih cukup, " entahlah, mungkin kamu bisa melampauinya. " Jawab Alona sambil tersenyum penuh arti.Elios menoleh menatap wajah ibunya, merasa tidak puas dengan jawaban yang di berikan oleh sang ibu, padahal dirinya sudah serius bertanya tapi wanita di sampingnya malah menganggap pertanyaannya adalah lelucon." Mama aku serius! " Ujar Elios dengan wajah serius.Alona tiba-tiba tergelak lalu mencubit kedua pipi putranya yang menurutnya ekspresin

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   146

    " Maaf mengganggu reuni kalian, tapi kita harus segera membunuh monster itu sebelum dia membunuh kita semua, " ujar Enes Tikta.Mendengar hal tersebut, ketiga pria itu pun langsung tersadar lalu menghentikan reuni antara guru dan kedua murid itu. Enes Tikta benar, sekarang bukanlah saatnya untuk reuni, bertukar rasa rindu apalagi membuat perhitungan pada salah satu muridnya yang sudah minta di hukum, karena itulah alasannya menyelamatkannya, tapi ia harus menyampingkan keinginannya itu karena di depan mereka ada musuh nyata yang harus mereka bereskan terlebih dahulu sebelum monster itu membunuh mereka semua. Akan tetapi membereskannya akan sangat sulit dan membutuhkan banyak waktu, mengingat rencana Enes Tikta yang merupakan mantan jendral nomor satu di bangsa vampir, hancur dalam hitungan menit saja.Jika rencana sang jendral no satu saja tidak bisa membunuh monster itu, lalu apa yang harus mereka lalukan sekarang?Apakah sungguh tak ada cara lain untuk mengalihkan perhatiannya

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   145

    Elios termenung melihat bagaimana monster itu merusak formasi yang sudah mereka rencanakan matang-matang hanya dalam hitungan detik saja hingga sebuah tangan besar menarik tangannya hingga tubuhnya membentur tanah cukup keras dan membuatnya langsung tersentak tersadar dari lamunannya. Ia menolehkan kepalanya dan seketika kedua bola matanya terbeliak ketika mendapati Tomi di sampingnya dan juga Lipe, keadaan keduanya tidak bisa di bilang baik tapi juga tidak terlalu buruk, kedua pakaian mereka compang camping dengan darah yang sudah kering. Melihat bahwa keduanya baik-baik saja, Elios sangat senang sekali dan tanpa sadar memeluk kedua pria itu dengan erat sambil menangis bahagia.Tomi dan Lipe saling terdiam lalu membuang muka satu sama lain." Belum satu tahun aku pergi dan kamu sudah cengeng seperti ini. Memalukan. " Ujarnya dengan dingin, tapi dari sorot matanya tak bisa di bohongi, dia, terlihat bahagia.Sebelumnya. . . . Saat Tomie menusuknya dari belakang, Lipe begitu marah da

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   144

    Sementara itu, Elios dan lainnya bersiap untuk menyerang monster itu dan setelah mengalahkannya mereka akan mencari keberadaan Tomi kembali.Menurut sang tetua, monster itu bukan berasal dari alam melainkan hasil penelitian dan eksperimen yang gagal ratusan tahun yang lalu. Seperti yang diketahui, dulu semua ras berlomba-lomba membangun pasukan yang kuat.Karena para Goblin tidak memiliki leluhur yang kuat seperti Noblesse, mereka memutuskan untuk membuat leluhur mereka sendiri dan menciptakan Era Goblin di mana merekalah yang akan berkuasa menguasai alam semesta ini.Tak peduli berapa ratus hewan yang menjadi bahan percobaan, semuanya gagak total, ada yang hanya bertahan tiga detik ada pula yang tidak bertahan sama sekali karena tak kuat menahan efek dari penggabungan tubuh dan darah dari jenis hewan yang berbeda.Kendati begitu, mereka tak menyerah begitu saja, hingga mereka akhirnya berhasil menciptakan monster yang kuat dan mengerikan, tubuh kulitnya sekeras baja beton yang berasa

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   143

    " Carles! Dimana kamu?! " Terdengar suara teriakan seroang pria dari kejauhan. Sontak membuat Zaiden dan yang lainnya spontan menoleh ke arah suara itu berasal. Sedangkan anak laki-laki itu terlihat senang mendengar suara itu dan langsung berlari begitu saja.Tak lama kemudian, sesosok pria tinggi muncul dari balik semak-semak dengan seorang wanita di sampingnya, raut kedua orang itu terlihat sangat khawatir, tapi kekhawatiran itu berubah menjadi kelegaan ketika mereka menemukan apa yang mereka cari.Akan tetapi, di detik berikutnya tubuh mereka tertegun menatap sosok pria yang tak asing di mata mereka. Suasana pun berubah menjadi sangat canggung, ketiganya terdiam dan saling menatap satu sama lain. Hingga. . ." Teresa? Regas?! Apa ini benar kalian? " Kata-kata itu spontan keluar dari mulut Zaiden yang menganga, ia tak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua mata kepalanya sendiri, dua orang yang paling ia benci, kini berdiri tepat di depan matanya sendiri.Tunggu? Jika mereka b

  • Skandal Cinta Nona Bangsawan   142

    Sementara itu Zaiden dan bala tentaranya malah mendapatkan masalah ketika mereka salah memilih jalan dan malah berujung tersesat di hutan belantara padahal mereka tengah buru-buru untuk menyelamatkan tuan putri mereka.Namun, insiden ini sungguh tidak terduga sama sekali lebih parahnya lagi tak ada satupun dari mereka yang mengenali tempat ini sama sekali.Zaiden pun merasa sangat frustasi sekaligus merasa sangat bersalah karena gagal melindungi putrinya, sekarang, apa yang harus ia lakukan? Jika terus seperti ini, takutnya hal buruk sudah menimpa putrinya. " Yang mulia!!! Ada hewan buas! Lari!! " Pekik salah satu seorang prajurit, pria itu berlari berlumuran darah dengan ekspresi ketakutan di wajahnya, tak berselang lama seekor beruang berukuran besar datang dan membunuh pria itu dengan cakarnya yang kuat.Sontak, hal ini pun membuat semua pasukan panik dan berlari berhamburan menyelamatkan diri dari terkaman hewan buas itu, kendati begitu ada banyak korban yang berjatuhan.Karena h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status