Share

05

Alona pov.

Jika tahu akan seperti ini, Alona tak akan membawa Elios pergi ke pasar, tapi nasi sudah menjadi bubur, kini perasaanya menjadi tak tenang karena belum menemukan keberadaan Elios dimana pun, terlebih lagi hari sudah hampir senja.

Mau meminta tolong pun ia tak tahu harus pada siapa, sebab Paman Jensen pun tiba-tiba menjadi sulit untuk di temui.

Padahal saat sedang memilih sayuran putranya itu masih ada di samping, namun setelah membayar, putranya sudah menghilang begitu saja.

" Elios, dimana kamu?! " Teriak Alona dengan kencang, sesekali ia menanyakan pada orang sekitar tentang keberadaan putranya, namun tak ada satu pun di antara mereka yang melihat atau pun tahu dimana keberadaan putranya.

Tak terasa, hari sudah mulai gelap, tetapi ia masih belum menemukan Elios dimana pun.

Alona yang mulai putus asa pun hanya bisa berjongkok sembari menangis dengan kencang layaknya seorang gadis yang kehilangan cintanya.

" Mama, kenapa kamu menangis di tempat seperti ini? "

Kepala Alona mendongkak, tubuhnya tertegun melihat sosok anak kecil laki-laki yang tengah berdiri didepannya yang terlihat sangat mirip sekali dengan putranya.

" Elios? " Gumamnya.

" Mama, apa kamu baik-baik saja? " Tanya Elios kembali.

Alona pun langsung menangkup kedua pipi bocah lelaki itu, menatapnya dengan seksama memastikan bahwa bocah lelaki di depannya ini adalah benar putranya.

" Kamu sungguh Elios?! "

" Twentwuu swajwa, mwemwangnya ada anak laki-laki lwain yang twampwan swepwerti aku ini? "

Sorot mata Alona berubah terharu, ia kemudian langsung menarik putranya kedalam pelukannya.

" Kemana saja kamu selama ini? Kenapa kamu membuat Mama mu secemas ini? Apa kamu ingin membunuh ku? " Alona menangis terisak-isak tanpa ingin melepaskan putranya, seakan takut jika putranya akan menghilang lagi.

" Alona, Maaf, sebenarnya ini salah Paman karena telah mengajak Elios pergi tanpa sepengetahuan dirimu. Kami berdua hanya ingin membeli hadiah untuk ulang tahun mu? " Sela paman Jensen yang sejak tadi berdiri terdiam di depan mereka dengan raut wajah menyesal.

Alona kemudian mendongkak, dahinya mengernyit sembari menatap pria yang 10 tahun lebih tuanya darinya. " Apa maksud paman? " Tanyanya.

Pria itu tidak menjawab, melainkan menyuruh Alona untuk melepaskan Elios terlebih dahulu.

Meski tidak mengerti apa yang di maksudkan, namun Alona dengan patuh menuruti permintaan pria di depannya.

Di detik berikutnya, Alona menatap bingung dengan sikap malu-malu Elios yang belum pernah di lihatnya.

Perlahan, bocah lelaki itu mengeluarkan sebuah jepit berbentuk kupu-kupu berwarna biru dari balik saku celananya, lalu memasangkannya ke kepala sang ibu yang sangat berantakan lalu kemudian berkata: " Maaf, seharusnya aku tak membuat Mama khawatir, dan juga selamat ulang tahun, Mama ku yang cantik, " kemudian memeluk sang ibu dengan penuh cinta.

Alona terdiam sejenak, lalu kemudian tersenyum membalas pelukan anaknya " Terima kasih Elios, Mama sangat menyukainya, tapi lain kali jangan buat Mama khawatir seperti ini lagi, oke? "

Elios pun mengangguk lucu lalu memeluk ibunya kembali.

Dari kejauhan, seorang pria misterius tengah berdiri sembari menatap mereka dari kejauhan..

Setibanya di depan rumah.

Nenek Neli terkejut melihat penampilan Alona yang terlihat sangat kacau, ia kemudian bertanya-tanya apa yang telah menimpanya?

Namun, Alona hanya tersenyum sembari bergurau sembari mengatakan bahwa dirinya telah di permainkan oleh seekor tikus kecil lucu.

Dahi Nenek Neli mengernyit, tak mengerti dengan apa yang di katakan oleh ibu satu anak itu, namun ia tak ingin ambil pusing kemudian langsung menyuruh mereka untuk segera masuk kedalam rumah.

Setelah merayakan pesta kejutan ulang tahun Alona kecil-kecilan, Elios kemudian meminta Izin pada ibunya untuk pergi mengunjungi rumah Paman Jensen dengan alasan ia ingin memperbaiki salah satu mainannya yang rusak.

Namun, Alona melarangnya dengan tegas, selain sudah malam, ia juga masih trauma dengan kejadian tadi.

Elios pun merengut, namun tetap mematuhi perkataan ibunya tanpa melawan sedikit pun.

Keesokan paginya, Elios langsung bergegas keluar dari rumah, pergi menuju rumah Paman Jensen yang berada di samping rumahnya.

Setibanya di depan rumah pria itu, ia langsung berjalan masuk ke dalam rumah dan langsung mencari keberadaan dari pria itu.

" Paman Jensen! Dimana kamu?! " Seru Elios.

" Paman ada di ruang bawah tanah! Kemarilah EL! " Jawab Paman Jensen.

Elios kemudian berlari menuju ruang bawah tanah di mana pria itu berada.

Seakan tak memiliki waktu lagi, Elios langsung bertanya tentang pria yang telah menyelamatkannya itu.

Flashback.

Saat itu, setelah menyadari bahwa dirinya telah kehilangan ibunya, Elios kemudian mencoba mencari sang ibu namun tiba-tiba ia di hadang oleh empat orang yang memakai jubah berwarna putih biru dengan sebuah corak menyerupai salib di belakang punggung mereka.

Tanpa sadar, kaki Elios mundur beberapa langkah.

Saat hendak lari, tiba-tiba salah satu dari mereka memukul bagian belakang lehernya dan membuatnya jatuh pingsan.

Saat tersadar, tubuhnya sudah di ikat dan ada setidaknya sepuluh orang di sekelilingnya yang tengah merapalkan sebuah mantra. Tak lama kemudian salah satu dari mereka kemudian berjalan mendekat dengan sebuah pisau tajam di tangannya dan berniat untuk menusuk jantungnya.

Elios pun menangis ketakutan, memejamkan kedua matanya sembari berteriak meminta tolong, berharap ibunya bisa mendengar suaranya dan datang menyelamatkannya.

Saat pisau itu berada beberapa mili lagi dari kulit Elios, tiba-tiba tubuh orang itu terpental hingga tubuhnya menabrak dinding dan membuat sebuah retakan besar.

Mereka pun sangat terkejut, tak lama kemudian, muncul dua orang misterius dengan bola mata yang merah menyala, salah satunya memiliki tubuh tinggi besar.

Orang-orang berjubah putih kembali terkejut akan kedatangan dua tamu yang tak di undang itu, tapi, di detik berikutnya, mereka kemudian langsung menyerang dua pria misterius itu secara bersamaan.

Akan tetapi, tubuh mereka langsung di buat terbang oleh pria berbadan besar itu, lalu pria yang satunya lagi mengulurkan tangannya, dari telapak tangannya muncul sebuah benda berwarna merah yang kemudian langsung menyerang dan menghancurkan tubuh mereka semua hingga hancur tak bersisa.

Setelah selesai menghabisi semuanya, salah satu Pria misterius yang berbadan kecil itu berjalan mendekat ke arah Elios, kemudian melepaskan semua ikatan di tubuh bocah lelaki itu hanya dalam sekali hempasan tangan.

" Elios, Kamu tidak apa-apa? Maaf, aku terlambat, " kata pria itu dengan nada menyesal.

Elios menggelengkan kepalanya dan menjawab bahwa dirinya baik-baik saja. " Terima kasih, paman siapa? Kenapa paman tahu nama ku? "

Pria misterius itu tersenyum, menatap Elios dengan lembut. Tangannya terulur mengusap puncak kepalanya, dia kemudian berkata kembali. " Semua itu tidak penting, karena sekarang kita harus segera pergi dan kembali pada Mama mu. Tapi sebelum itu, bisakah kamu merahasiakan paman dan juga kejadian ini pada Mama mu? "

Tanpa ragu sedikit pun Elios langsung menganggukkan kepalanya.

Pria misterius itu sekali lagi tersenyum, ia kemudian meminta paman Jensen untuk membawanya kembali

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status