"Joy ... Joya," teriak Fajar karena kesal ditinggalkan Joya setelah mereka memadu kasih di rumah panggung.
"Apa?" tanya Joya sambil berbalik dan menatap Fajar yang memeluknya. "Apa sih?"
"Kamu kok ninggalin aku?" tanya Fajar kesal karena ditingalkan Joya. "Aku bangun kamu udah nggak ada? Ngapain kamu di sini?"
Fajar kesal karena Joya meninggalkannya di rumah panggung dan malah asik di depan tukang penjual kumang.
Joya memutar bola matanya kesal, "Suka-suka aku lah mau di mana-mana juga. Bukan urusan kamu," ucap Joya kesal.
"Urusan aku, ayo pulang," pinta Fajar sambil menarik paksa Joya untuk meninggalkan penjual kumang tersebut.
"Fa
"Hina."Deg ...."Walaupun dia lakuin itu semua karena terpaksa?" tanya Joya sambil menatap Fajar."Hina ... sekali hina yah hina. Ngapain jual diri buat uang, aku nggak ngomongin Szasza yah, itu urusan Szasza sama Byan aku nggak mau ikut campur sama sekali. Tapi, kalau aku mending nggak usah.""Berarti ak—""Kamu nggak hina.""Kenapa?" tanya Joya bingung, menurutnya dia sama saja dengan wanita-wanita itu."Joy ... kita lakuin ini buat kesenangan, bahkan aku yakin kamu nggak mau ngelakuin sama aku seandainya kamu nggak suka sama aku kan?" tanya Fajar sambil menatap Joya.
Seharian ini Joya kabur-kaburan dari Fajar, pokoknya dia nggak mau dekat-dekat dengan Fajar. Dan Joya berhasil melakukannya, Joya seperti bermain petak umpet dengan Fajar ini.Pokoknya Joya nggak mau ketemu Fajar! Joya membungkuk dan mencoba masuk ke dalam kamarnya. Ini sudah malam dan Joya butuh tidur, makanya Joya harus pulang ke kamar.Dilihatnya situasi di dalam kamar dan mendapati Fajar yang sudah tertidur di kasur. Dengan cepat Joya menghela napasnya, melihat Fajar tidur membuat dirinya bebas untuk bergerak, dia bisa melakukan apa pun juga. Contohnya mandi dengan tenang.Selesai mandi dan berbenah, Joya naik ke kasur sepelan mungkin. Dia tidak mau membangunkan Fajar. Saat sudah menyentuh kepalanya di bantal ...."Darimana kamu?"
Plak ...."Bangsat kamu, Jar," teriak Joya sambil menampar pipi Fajar dengan keras."Joya sakit, kamu kenapa?" tanya Fajar yang kebingungan. Fajar benar-benar tidak sadar dengan apa yang di ucapkan Naomi di telepon, saking menikmati pelepasannya di bagian inti Joya yang nikmat."Kamu kenapa?" tanya Joya kesal sambil mengambil ponsel Fajar dan menyerahkannya."Hai ... masih ada orang?" tanya Naomi."Apa?" Fajar berteriak di depan layar ponselnya.Joya berusaha untuk melepaskan tubuhnya dari tubuh Fajar. Dia ingin menjauh dari lelaki sinting yang sudah menikmati tubuhnya namun, menghamili orang lain. Tapi, Fajar menekan tubuh Joya, membuat Joya kesusahan untuk terlepas dari Fajar."Hai ... Love, kapan pulang? Udah sama lontenya? Pulang cepet aku hamil," ucap Naomi.Fajar terdiam mendengar perkataan Naomi, pikirannya langsung kabur. Fajar berjuang mengingat kapan terakhir kali mereka berhubungan, seingatnya dia tidak melakukan pel
“Joy ...,” panggil Fajar.Joya menulikan kupingnya, hampir sepanjang perjalanan dari pulau hingga bandara Joya mengunci bibirnya. Dia tidak mau menjawab apa pun pertanyaan yang diajukan oleh Fajar. Fajar berkali-kali mengajaknya berbincang bahkan Fajar beberapa kali mencuri ciuman dan memeluk Joya. Tapi, Joya diam tak bergerak.“Joy, ayo dong jangan gini terus,” pinta Fajar saat mereka baru duduk di kursi pesawat terbang.Bungkam, Joya malas berbicara dengan Fajar. Dia muak. Joya tahu bila dia berbicara sepatah kata saja pasti akan keluar semua kata kebun binatang dan makian paling kasar yang ada di muka bumi ini.“Joy, jawab dong.”“Maaf menggangu mau minum apa?” tanya Pramugari yang menawarkan minum.“Air putih aja,” ucap Joya sambil tersenyum tulus pada pramugari itu dan mengambil botol minuman.Fajar langsung kesal saat melihat betapa ramah dan manisnya Joya menjawab pert
“Joy kenapa?” tanya Szasza sambil membantu Joya memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil.“Nggak papa, Sza.” Joya berkata sambil memberikan senyuman palsu terbaiknya, walaupun Joya tahu kalau Szasza tidak akan mempan diberikan senyuman palsunya itu.“Please Joy, jangan nipu aku. Aku tahu kamu lagi sedih, kita temenan bukan baru sebulan dua bulan.” Szasza menahan Joya untuk menutup pintu mobil. “Joy.”“Nggak papa sudah kamu anterin dulu Byan makan. Kasian dia kalau nggak ada kamu,” ucap Joya yang tahu kalau Byan adalah tipe pria yang membutuhkan perhatian dari kekasihnya. Amarahnya bisa meledak bila Szasza tidak mematuhi semua keinginannya.“Joy aku ikut ya, aku temenin kamu,” ucap Szasza khawatir dengan keadaan Joya yang benar-benar semberaut.“Nggak usah, aku nggak mau kamu berantem sama Byan cuman gara-gara aku. Aku nggak mau ya.” Joya mengingatkan Szasza betapa
Brak ... Brak ... Brak .... Rendalina dan Naomi saling tatap saat mendengar suara gedoran keras di pintu kamarnya. “Siapa?” bisik Naomi yang langsung dijawab Rendalina dengan mengangkat kedua bahunya. Brak ... Brak ... Brak .... “Buka,” pinta Naomi pada Rendalina. “Ih ... nggak mau, takut,” jawab Rendalina dengan suara lekongnya. “Buka cepet ih ... cepet buka atau gue potong burung lo?!” ancam Naomi. “Ih ... mau deh di potong biar ilang.” “Pakai gunting rumput,” tambah Naomi sambil menahan tawanya karena melihat Rendalina menyerngit. Dengan pasrah Rendalina berjalan ke arah pintu dan membukanya. Saat terbuka dia melihat sosok Fajar yang sedang melihat dirinya dengan tatapan siap membunuh. “Fajar?” “Mana Naomi?” tanya Fajar geram. “Mana dia?” Rendalina mundur beberapa langkah ke belakang, Fajar adalah lelaki yang sangat Rendalina takuti, ganteng sih. Cuman kasar. “Jar,” panggil Nao
“Kamu hamil?” teriak Tresno saat mengetahui anak gadisnya itu hamil.“Iya Pih,” jawab Naomi takut-takut. Setelah kepergian Fajar, akhirnya Naomi memutuskan untuk mengungkapkan kehamilannya itu pada Tresno. Naomi yakin Tresno bisa memaksa Fajar untuk menikahinya.“Iya Pih, aku hamil.” Naomi langsung mengeluarkan semua bakat aktingnya, dia harus membuat Tresno mencari Fajar dan memaksanya untuk menikahi dirinya dengan cara apa pun juga.“Siapa, siapa bapaknya?” tanya Tresno.“Fajar Pih, ini anak Fajar tapi, Fajar nggak mau tanggung jawab Pih.”“Lah kenapa?”“Dia bilang ini bukan anaknya, aku nggak terima padahal Fajar sering lakuin sama aku, ini anak Fajar Pih,” isak Naomi sambil memeluk Liby.Liby hanya bisa mengelus putri semata wayangnya itu, harinya yang tenang hancur seketika saat melihat anaknya tadi berlari dan menangis meraung mengatakan dirinya
Kring ... Kring ....Fajar yang sedang tertidur terbangun dan dengan cepat mengangkat ponselnya, “Halo?”“Fajar kamu di mana?”Fajar mengucek matanya dan menatap layar ponselnya, napasnya terhenti saat melihat nama Tresno di sana. “Apa?”“Kamu di mana?”“Urusannya apa sama hidup kamu?” tanya Fajar ketus, peduli setan dengan hidup keluarga Naomi.“Fajar, saya serius. Di mana kamu?” tanya Tresno geram dengan perkataan dan intonasi suara Fajar yang sangat menyebalkan.“Penthouse, kenapa? Mau apa? Ngantuk saya mau tidur,” ucap Fajar sambil mematikan sambungan ponselnya dan menyimpannya di samping nakas.Kepala Fajar sakit bukan main, tidur jam enam subuh dan bangun jam sepuluh pagi benar-benar membuat Fajar gila. Semalaman Ia menelepon Joya tapi, hasilnya nihil Joya sama sekali tidak mengangkat teleponnya.Kring ... Kring ... Kring .