Beberapa detik kemudian–"Lu gila!" Metta terdengar kesal di sana.
"Gue ... gue nggak bisa ngendaliin perasaan gue, Met," lirih Nabila. Wajahnya tertunduk lesu."Lu di situ cuma nolongin dan sekaligus ngambil keuntungan dari mereka! Lu sendiri yang bilang ini cuma demi uang! Lagi pula udah gue bilang, pernikahan kalian juga itu ... aaah! Dari awal gue bilang semua udah nggak benar. Tapi lu nekat!" omel Metta.Sejak awal Metta tidak pernah setuju dengan keputusan yang diambil Nabila untuk menjadi seorang ibu pengganti. Karena jelas melanggar ketentuan agama. Kemudian walaupun mendengar Nabila menikah, ia sama sekali tidak mendukung hal itu. Namun, Nabila tetap tidak mau mendengarkan. Ia bersikukuh ingin mengubah nasib, katanya."Lu kok, malah marah-marah gini sih, Mett, sama gue?" Nabila menyatukan alisnya, entah mengapa ia menjadi kesal sebab diomeli oleh Metta. Apa gadis itu lupa, dengan uang itu juga ia bisa membayar biaya rumah sakit ibunya."Gue ngekhawatirin lu, Nab. Elu di negeri orang sendiri. Lu jangan bikin masalah di rumah tangga orang! Jangan sampai lu punya pikiran mau jadi pelakor!" tegas Metta."Enak aja, pelakor-pelakor. Gue nikah, Met!" Hati Nabila semakin panas mendengar ocehan sahabatnya itu."Tap–""Lu nggak perlu ngekhawatirin gue, Metta!" potong Nabila, "dari dulu gue udah biasa hidup sendiri. Karena itu juga gue bisa sampe di sini. Bisa di titik ini! Gue sekarang udah nggak kekurangan lagi. Apa salahnya gue jatuh cinta, hah?! Apa gue nggk boleh berharap untuk dicintai?!!" cecar Nabila tak mau kalah.Belum sempat Metta menyahut lagi ...."Wajar, dong! Dia tampan, body-nya oke, baik, perhatian. Bahkan selama hidup gue, gue nggak pernah dapat perhatian sebegitu besar dari siapa pun! Baru sekarang gue ngerasain itu, Mett! Dan lu ... gue nggak butuh nasehat lu lagi! Gue nggak butuh ceramah lu!" Nabila langsung menutup sambungan teleponnya, lantas melempar ponsel itu ke atas kasur. Wajahnya memerah karena emosi. Ia benar-benar kesal kepada Metta kali ini.***"Hi, Babe!" sapa Veronica kepada sang suami."Hi! How are you, Babe? Sudah selesai pameran busananya?" tanya Zack kepada Veronica yang menghubunginya lewat panggilan video saat ini.Sudah sepuluh hari Veronica berada di Paris. Wanita itu cuma beberapa kali saja menghubungi Zack. Veronica memang berpesan kepada sang suami agar tidak menghubunginya, biar dialah yang menghubungi. Alasannya adalah kesibukan yang tidak dapat diprediksi di sana.Akan tetapi memang, selama Veronica masih memberi kabar dalam tiga harian, Zack tidak mempermasalahkan hal itu. Dia sangat memahami bahwa ini mimpi sang istri sejak lama. Ia selalu berusaha menjadi suami yang baik. Ia tidak mau mengganggu pekerjaan istrinya."Sudah," jawab Veronica singkat dengan senyuman lebar. "Aaah, aku senaaaang sekali. Sukseeeess! Hahaha ...!"Zack tersenyum semringah melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah sang istri. Walaupun selama ini Zack memang merasa kurang senang dengan apa yang dikerjakan istrinya. Hal itu karena ia sebenarnya ingin Veronica di rumah saja, fokus menjadi istri dan ibu dari anak-anak mereka kelak. Toh, apa yang ia hasilkan dari pekerjaannya sudah cukup untuk kehidupan mereka. Bahkan lebih dari cukup. Ia memimpin sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang perdagangan perlengkapan rumah tangga. Dari furniture, sampai ke pernak-pernik kecil pelengkap desain interior. Jadi, Veronica sebenarnya tidak perlu lagi mencari uang.Akan tetapi, beberapa kali ia sampaikan hal itu, hanya memicu ketidaksenangan pada Veronica. Pernah suatu saat mereka bertengkar karena membicarakan hal tersebut. Akhirnya Zack mengalah, ia berpikir, ia akan bahagia jika melihat sang istri bahagia. Ya, seperti saat ini. Senyuman penuh kebahagiaan Veronica mengundang pula kebahagiaan untuknya."Kamu nggak lagi sibuk, 'kan, aku nelepon jam segini?" tanya Veronica karena mengingat Zack masih berada di kantornya sekarang.Zack sedikit mencebik dan melirik arloji di tangan kanannya. "No problem untuk sepuluh menit ke depan," ujar lelaki itu singkat."Ooh, oke! By the way, Apa kabar anak kita, Babe?" tanya Veronica dengan senyum yang masih setia di bibir berlipstik merahnya."Kita hubungi Nabila aja ya ...," ajak Zack. Kemudian pria itu menambahkan Nabila ke percakapan mereka.Beberapa hari ini, sejak kejadian di dapur, Zack seakan menjaga jarak kepada Nabila. Lelaki itu sarapan dengan cepat dan tidak pernah lagi membelai atau mengecup perut wanita muda itu.Zack mulai melihat dan menyadari gelagat Nabila yang seperti mempunyai perasaan lebih kepadanya. Ia tidak ingin itu terjadi karena sangat mencintai Veronica. Ia tidak mau memberi harapan kepada wanita mana pun. Ia menikahi Nabila itu juga hanya karena sang istri memaksanya. Yaitu hanya demi mereka mendapatkan seorang keturunan dari rahim wanita muda itu.Zack tidak menyadari. Sebenarnya Nabila cukup kesal dengan sikap pria itu yang kini berubah dingin."Hai, Nabila! Apa kabar?" sapa Veronica dengan mengembangkan senyuman di bibirnya."Hai juga, Kak Ve. Alhamdulillah aku baik," jawab Nabila dengan mengulas selarik senyum.Zack juga mengukir senyum kecil di bibirnya. Ia berusaha bersikap normal di hadapan semua orang. Namun, kecanggungan itu tertangkap oleh Nabila."Baby boy gimana kabarnya juga? Baik aja, 'kan?" lanjut Veronica semringah."Iya, Kak. Alhamdulillah, sudah semakin aktif, dia–""Sorry, Sir. Mr. Lee waiting for you."Terdengar suara seorang wanita dari ruang kerja Zack. Pembicaraan mereka terjeda."Oh, okey, Suzan. Thanks," ucap Zack. Ternyata yang barusan adalah suara Suzan, sekretarisnya.Sang sekretaris pun pamit dan berbalik keluar ruangan bosnya."Hi, Ladies. Sorry, ada klien. Aku ke room meeting dulu," pamit Zack menyela percakapan kedua istrinya itu.Veronica mengisyaratkan kiss bye dari seberang sana. Sementara Nabila, ia hanya mengangguk pelan menjawab pria itu.Zack pun memutuskan saluran teleponnya. Tinggallah Veronica dan Nabila yang masih berada di saluran video call tersebut."Kamu tidak merasa bosan, 'kan, di rumah?" tanya Veronica basa-basi kepada Nabila."Nggak, Kak. Cuma aku–"Cerita Nabila terputus dikarenakan ada bunyi bell dari ruangan hotel Veronica dan wanita berlipstik merah itu langsung meminta Nabila menunggu. Ponsel Veronica dari tadi memang sudah diletakkan di atas sebuah meja, mengarah ke pintu kamar. Jadi, Nabila bisa melihat kakak madunya yang melangkah menuju ke arah pintu di sana.Deg!Ketika Veronica membuka pintu kamarnya, Nabila sontak terkejut bukan kepalang. Ia melihat seorang laki-laki langsung saja mengarahkan wajahnya ke arah Veronica hendak mencium bibir seraya memeluk pinggang istri Zack itu dengan sangat mesra. "Let's play again, Darling!".Next"Tuan Andrew ...?" lirih Nabila pada diri sendiri. Ia terdiam, napasnya seakan tersekat melihat keakraban ... oh, tidak! Itu bukan keakraban biasa, melainkan suatu kemesraan!Veronica tampak refleks mendorong tubuh Andrew. Ia lalu berlari menuju ponsel yang mana panggilan video masih terhubung dengan Nabila. "Nanti lagi, Nabila!" Veronica memutus sambungan video call-nya.Nabila masih tergamang dengan apa yang ia saksikan barusan. 'Kak Ve .... Apa mungkin dia ...?' Wanita muda itu mengernyitkan dahi. Netranya masih menatap lekat ke arah layar ponsel di hadapannya yang lamban menggelap. Pikirannya menerka kalau ada hubungan terlarang antara Veronica dengan Andrew. Ya, tidak salah lagi. Ketika di butik beberapa waktu lalu, ia juga pernah memergoki Veronica dengan pria itu dalam posisi yang sangat dekat.Waktu itu Andrew merangkul pinggang Veronica hingga tubuh mereka kian rapat tanpa jarak. Kakak madunya tersebut juga terlihat kaget, ketika tiba-tiba Nabila masuk ke dalam ruangannya sa
Selama ini Nabila tidak pernah menyentuhnya secara langsung seperti ini, sebab biasanya dirinyalah yang duluan memulai. Namun, ia berusaha bersikap normal dan hanya bisa terdiam tanpa menolak apa yang dilakukan Nabila terhadapnya."Kamu kelihatan capek banget hari ini," ujar Nabila sambil terus memijat pria itu."Ah, iya. Beberapa hari ini di perusahaan sedang banyak proyek yang mesti aku kerjakan." Zack tersenyum kaku. Beberapa hari ini Zack memang berusaha menghindar dari Nabila sejak sikap aneh wanita muda itu muncul ketika ia membantu membersihkan matanya dari tumpahan tepung di dapur hari itu.Nabila mengitari sofa, kemudian mendaratkan bokongnya tepat di sebelah Zack. Namun, tiba-tiba pria itu bangkit. "Aku mau mandi dulu. Setelah itu mau tidur," ucapnya seraya hendak melangkah pergi menuju ke kamarnya. Zack sengaja ingin menghindar dari Nabila."Tunggu!" Nabila meraih pergelangan tangan pria di hadapannya.Zack menoleh ke arah wanita manis yang mengenakan piyama satin berwarna
"Apa kita akan menyiapkan makan malam di sini?" tanya Nabila basa-basi meskipun yang sebenarnya ia sama sekali tidak mengharapkan Veronica kembali. Ia menjadi membenci wanita itu sejak melihat kejadian di kamar hotel tersebut waktu itu."Aaah ... kamu benar!" seru Zack, "kita siapkan makan malam spesial buat Veronica!" Pria tampan itu tampak sangat antusias.Nabila kembali tersenyum palsu di hadapan Zack. "Oke," sahutnya singkat."Kita belanja habis ini!" ajak Zack dengan penuh semangat."Kamu nggak ke kantor?" tanya Nabila heran. Ini hari Jum'at, mestinya Zack harus ke kantor."Pekerjaan sudah banyak yang beres. Aku nanti bilang ke Suzan kalau tidak pergi ke kantor hari ini.""Oke. Terserah kamu," sahut Nabila dengan bibir yang setia tersenyum.Usai sarapan, keduanya pun pergi ke sebuah supermarket. Mereka memilah dan memilih bahan-bahan makanan yang akan mereka masak untuk menyambut kedatangan Veronica.***"Sorry, Babe, tadi batre hapeku kehabisan daya. Pesawatnya juga delay dua ja
Betapa terkejutnya Nabila menerima perlakuan intim seperti saat ini. Namun, ia benar-benar tidak dapat menolak. Bukankah hal seperti ini yang selalu ia idam-idamkan di dalam kesendiriannya selama ini?Dua detik. Tiga detik. Empat detik.Zack begitu intens memainkan bibir yang belum pernah dijamah seorang pria mana pun itu. Nabila pun kian terlena.Setelahnya, seakan tersadar, sang pria pun langsung meng-cut aktivitasnya. "So–sorry ...," lirih pria itu dengan mata yang berlari ke sana kemari. Entah mengapa ia malah menjadi gugup seperti itu.Nabila terpaku. Diam membisu. Hanya detak jantungnya yang seakan memburu. Bahkan napasnya terasa tersekat, hatinya tak ingin semua berlalu begitu saja.Zack lantas bangkit dan gegas melangkah ke luar kamar Nabila dan menutup pintunya tanpa berkata-kata lagi. Meninggalkan Nabila dalam ketermanguan. Ya, wanita muda itu seakan tidak percaya apa yang baru saja terjadi. Zack ... Zack yang sangat mencintai dan sangat memuja Veronica baru saja mencium bi
Sebelumnya wanita muda itu terbiasa melihat kemesraan mereka. Namun, rasanya kini ia benar-benar tidak rela Zack berlaku manis kepada wanita yang ia tahu telah mengkhianati suaminya tersebut."I miss you too," sahut Veronica sembari menyambut kecupan sang suami.Keduanya tidak sadar, ada sepasang mata dan sepasang telinga yang mengawasi kegiatan intim mereka dengan hati yang panas terbakar.Akhirnya Nabila memutuskan untuk kembali masuk ke kamarnya. Ia benar-benar muak dengan pemandangan yang ada di depannya itu. Sebelum-sebelumnya ia memang sudah terbiasa melihat kemesraan kedua kekasih tersebut dengan sembunyi-sembunyi. Ia dulu berharap Zack bisa memberi hati juga kepada dirinya dan membagi menjadi dua. Untuk Veronica sebagian, untuknya sebagian. Ia tidak mengharap Zack memberi seluruh hati kepadanya seorang.Akan tetapi, tidak untuk saat ini. Semenjak ia mengetahui kalau Veronica bermain api di luar sana. Wanita tersebut telah mengkhianati cinta tulus seorang Zack. Ia sungguh-sung
Tiba-tiba terdengar suara seorang anak kecil dari sebelah Nabila. Ternyata ada gadis kecil yang berusia sekitar empat tahun yang kini duduk di sampingnya di bangku panjang itu. Bocah tersebut terlihat sangat lucu. Matanya yang bulat besar menatap lekat ke arah perut wanita muda di sampingnya.Suara kecil nan lucu itu menarik Nabila dari lamunan. Ia refleks menoleh ke arah datangnya suara. Kedua ujung bibirnya serta-merta terangkat ke atas. "Yes, there is a baby in here," jawab Nabila sambil membelai kembali perutnya."How the baby out of it?"Nabila terdiam sesaat ketika pertanyaan polos itu terlontar begitu saja dari mulut kecil makhluk lucu itu. Sedetik kemudian, ia tertawa. "Kamu lucu sekali, Sayang ...," tuturnya sambil mencubit kecil dagu gadis mungil berpipi gembil tersebut.Gadis kecil itu menautkan alis pirangnya. Bertambah imutlah di mata Nabila."Merry ... you are here! I was looking for you over there ...."T
"Mmm ... sorry, Nabila ...." Zack tiba-tiba tersadar ketika sudut matanya melihat reaksi Nabila yang seperti ketakutan dengan sikapnya. Ya, memang baru kali ini ia merasa sangat kesal seperti ini kepada Veronica. "Eng ... nggak apa-apa, Zack," sahut Nabila dengan raut wajah tidak seperti biasanya. Degup jantungnya berdebar kencang karena terkejut dengan sikap Zack kali ini. Wanita muda itu langsung bangkit dan menuju ke arah dapur, lalu meraih sebuah sapu dan pengki.Ketika Nabila kembali dan hendak membersihkan beling-beling kaca gelas yang berserakan, tiba-tiba sapu di pegangannya disambar oleh Zack. "Sini! Biar aku yang bersihkan!" Pria itu pun langsung menyapu kekacauan yang telah ia perbuat.Nabila terpaku di sana. Pengki yang berada di tangan kirinya pun kini telah berpindah ke tangan pria di hadapannya.Seakan tersadar dari lamunan, Nabila lalu menyingkir tidak mau menghalangi Zack yang sedang membersihkan lantai. Ia kemudian kembali duduk
Entah mengapa seketika saja Nabila merasa takut dan berusaha mendorong keras pria tersebut. Tidak seperti waktu itu, ia menikmati sentuhan bibir sang pria. Namun, kali ini ia justru menjadi ciut. Karena sang pria melakukannya dengan cukup kasar.Zack melepas sejenak tautan bibir mereka karena tubuhnya sedikit tersentak ke belakang karena dorongan keras dari Nabila. Namun, kemudian ia kembali merapat dan menautkan kembali bibir mereka. Awalnya masih dengan kasar. Sehingga Nabila kelabakan. Ia merasa sedikit trauma, teringat pernah dilecehkan oleh Alex, adik angkatnya. Namun, karena menyadari ketidaknyamanan Nabila, dengan perlahan Zack pun mulai melembutkan gerakannya, sehingga pada akhirnya wanita muda itu berubah turut menikmati tautan intens tersebut. Zack mengangkat tubuh Nabila ke atas meja makan dan terus mencumbu wanita muda di hadapannya. Mereka seakan hanyut dalam arus gairah membara di sana.Kemudian Zack menggendong wanita muda itu dan