“Naomi masih muda, bagaimana bisa kau memutuskan keputusan sepihak seperti ini demi perusahaan?” Tanya seorang wanita dengan nada menyelak begitu marah. “Kau sudah kehilangan akal sehatmu Magnus, kau benar-benar gila!”
Rahang Magnus mengetat menahan amarah mendengarkan semua perkataan Cassandra usai di beritahu mengenai rencana Magnus yang akan menikahkan Naomi dengan seseorang.
“Aku bicara hanya untuk memberitahumu, bukan meminta izin darimu,” jawab Magnus masih berusaha bersikap tenang agar tidak menimbulkan keributan.
Kemarahan Cassandra kian memuncak, dia begitu merasa terhina mendengarkan jawaban Magnus yang tidak menghargainya. “Aku adalah ibunya. Ibu kandungnya! Apapun alasan yang kau berikan kepadaku, aku tetap akan menolaknya. Camkan itu Magnus.”
“Mall itu yang menghidupi Naomi, tempat itu juga yang sudah memberikan segalanya untuk Naomi. Kau pikir, aku rela menyerahkan puteriku untuk menikah dengan pria asing begitu saja? Seribu cara aku lakukan untuk mencari jalan keluar sebelum memutuskan ini semua. Ini adalah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan banyak karyawan, kehidupan Naomi, masa depan Naomi! Aku tidak rela Naomi hidup dalam kesusahan.”
“Kau yang tidak mau hidup dalam kesusahan, bukan Naomi! Kau melakukannya bukan demi masa depan Naomi, tapi demi dirimu sendiri!” Teriak Cassandra seraya menunjuk-nunjuk wajah Magnus.
“Diam Cassandra! Tutup mulutmu!” Magnus balas menunjuk wajah Cassandra tepat di depan matanya. Magnus menatap tajam menyiratkan kemarahan begitu dalam karena tuduhan Cassandra yang hanya bicara semaunya saja. “Kau tidak berhak berkata tidak tahu malu seperti itu, sementara kau sendiri rela meninggalkanku dan Naomi demi pria yang lebih kaya karena tidak mau hidup dalam kesusahan,” ucap Magnus dalam geraman.
Wajah Cassandra berubah pucat, wanita itu kehilangan muka di tengah-tengah pertengkaran mereka. Gigi Cassandra mengetat saling menekan, dia sangat tidak suka jika masa lalu keluarga yang hancur mereka terus menerus di kuak.
Cassandra menepis kasar tangan Magnus yang menunjuknya, “Tidak sepantasnya kau mengungkit-ngungkit masa lalu kita karena masalah Naomi sangat berbeda denganku. Ini masalah kebahagiaan Naomi dan masa mudanya yang akan terkekang karena rencana pernikahan bisnis yang kau inginkan.”
“Terserah apa katamu, Naomi harus menikah!”
“Persetan, aku akan membawa Naomi ke Beijing, aku dan suamiku masih mampu membahagiakan dia dan mengubah sifat manjanya karena didikan tidak becusmu,” ucap Cassandra dengan tajam.
Magnus membuang mukanya dan mendengus kasar, dia bertolak pinggang dan tertawa sumbang, menertawakan ketidak tahu maluan Cassandra yang semakin banyak berbicara, Cassandra semakin melukai harga diri Magnus yang sudah mengurus Naomi sejak kecil.
Tawa Magnus menghilang, Magnus kembali melihat Cassandra dengan tatapan mencemooh. “Sekarang kau mau membicarakan masalah mendidik Naomi? Mengacalah Cassandra, kau meninggalkan Naomi sejak dia berusia tiga tahun!”
Suara adu mulut di antara Magnus dan Cassandra kian terdengar, keduanya saling tetap mempertahankan pendapat pribadi mereka masing-masing karena merasa menjadi paling benar dalam memilih masa depan untuk puteri mereka, Naomi.
Tanpa Cassandra dan Magnus sadari, sedari tadi Naomi mendengarkan semua percakapan mereka, Naomi mendengarkan rencana Magnus yang akan menikahkan dia dengan pria asing untuk keperluan bisnis, Naomi juga mendengar keinginan Cassandra yang ingin membawanya pergi ke Beijing dan tinggal bersama keluarga barunya.
Semua rencana Cassandra dan Magnus tidak ada satupun yang bisa menenangkan hati Naomi, semuanya hanya membuat Naomi ketakutan.
Naomi segara berlari pergi menuju kamarnya dan mengunci pintu.
Tubuh Naomi luruh jatuh ke lantai, gadis itu terdiam menatap kosong dinding kamarnya, wajahnya pias karena terlalu terkejut usai mendengarkan percakapan kedua orang tuanya. Ini bukanlah hal yang ingin Naomi dari mulut orang tuanya.
Naomi turun ke bawah karena dia mendengar kabar dari kepala pelayan bahwa ibunya datang dari China, gadis itu begitu senang bukan main karena sudah lebih dari satu tahun mereka tidak bertemu. Naomi pikir Cassandra datang untuk menemuinya dan menghabiskan waktu bersama dalam beberapa hari.
Sayangnya, apa yang Naomi harapkan tidak demikian.
Naomi di suguhkan pertengkaran memuakan di antara Cassandra dan Magnus.
“Hiks..” Air mata luruh terjatuh membasahi pipi Naomi, gadis itu merangkak naik ke atas ranjang, menghabiskan waktunya untuk menangis di bawah selimut.
Naomi kecewa karena Magnus ingin menikahkan Naomi dengan pria yang sama sekali tidak Naomi kenal, jangankan wajahnya, namanya saja Naomi tidak tahu. Naomi juga kecewa karena Cassandra mau membawanya pergi padahal Cassandra tahu jika suami barunya tidak menyukai Naomi.
Naomi sama sekali tidak setuju dengan rencana Cassandra maupun Magnus. Keduanya tidak membuat Naomi tenang, mereka hanya membuat Naomi taktut.
Tangisan Naomi kian keras, pikirannya terus memaki semua kejadian-kejadian sial yang telah terjadi pada keluarganya.
Semua kekacauan yang terjadi hari ini tidak terlepas dari kejadian beberapa bulan yang lalu di pusat perbelanjaan milik Magnus.
Gedung pusat perbelanjaan itu berdiri lebih dari dua puluh tahun lamanya, tempat itu menjadi salah satu pusat perbelajaan yang paling ramai di kunjungi banyak orang di kota. Mirisnya, karena kekuatan kontruksi yang mulai tidak kokoh, terjadilah sebuah kecelakaan.
Pagar dan sisi lantai tujuh roboh pada saat banyak orang berada di sana berdesakan untuk menonton. Robohnya lantai itu menimbulkan kecelakaan besar yang menewaskan lebih dari lima belas orang, tidak terhitung lagi ada berapa puluh orang yang harus terluka parah dan mengalami kecacatan.
Karena kecelakaan itu, kini pusat perbelanjaan itu di tutup dan di periksa, pemeriksaan yang berjalan lebih dari sebulan akhirnya mengumumkan jika pusat perbelajaan itu harus melakukan perombakan besar-besaran jika ingin mendapatkan izin kembali di buka.
Magnus membutuhkan biaya yang sangat besar, dia juga harus membayar konpensasi pada banyak orang korban kecelakaan. Sialnya, banyak brand dan produk besar menarik diri dari pusat perbelajaan, para investorpun ikut mulai menarik diri.
Lebih sialnya lagi, Magnus memiliki banyak tunggakan di bank yang membuat dia tidak bisa mengajukan pinjaman lagi. Banyak asset dan uang cadangan yang Magnus gunakan untuk menutupi semua kerugian, sayangnya itu tidak cukup sama sekali.
Karena hal itulah, kini Magnus dibuat merana memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk mempertahankan pusat perbelanjaan itu.
Suara ketukan di pintu terdengar beberapa kali membuat Naomi terduduk seraya mengusap wajahnya yang kini basah oleh air mata.
“Naomi sayang, ini ibu. Keluarlah, ibu ingin bertemu,” Cassandra memanggil Naomi.
“Aku mengantuk, Ibu pulang saja!” jawab Naomi dengan sisa-sisa segukannya.
“Tapi Naomi.”
“Pulang saja!” Naomi berteriak dan kembali menangis di balik selimutnya.
Naomi sakit hati karena kedua orang tuanya tidak melibatkan Naomi untuk membicarakan masa depannya, mentang-mentang karena Naomi manja dan kurang pintar, mereka selalu berpikir uang adalah satu-satunya hal yang bisa membuat Naomi bahagia dan tidak memberikan Naomi kesempatan untuk memilih.
Cassandra yang berada di depan pintu terdiam, wanita itu menyadari jika Naomi sudah mengetahui sesuatu. Tidak seperti biasanya Naomi menolak bertemu dengannya, dengan berat hati Cassandra meletakan beberapa kotak hadiah yang di bawanya di depan pintu.
“Naomi sayang, ibu meletakan oleh-oleh untukmu di depan pintu. Ibu akan berada di sini selama dua hari saja, besok datanglah ke apartement ibu dan kita akan makan siang bersama untuk merayakan kelulusanmu. Selamat malam Naomi.”
Naomi tidak menyahut, gadis itu masih menangis dalam kesendiriannya.
To Be Continued..
Waktu telah berlalu, malam kian larut, Naomi masih diam terjaga sibuk dengan pikirannya sendiri yang memikirkan apa yang akan terjadi dengan masa depannya nanti bila ayahnya berhasil membuat Naomi menikah bisnis? Seperti apa pria yang di jodohkan dengan Naomi? Bagaimana jika pria yang akan menikahi Naomi itu sudah tua dan berkepribadian kasar? Mustahil seorang pria kaya dan memiliki banyak uang memilih menikah bisnis yang sama sekali tidak menguntungkan. Bahkan, jika pria yang akan menikah dengan Naomi adalah pria kaya dan tampan. Kepribadian Pria itu patut di pertanyakan. Naomi beranjak dari ranjangnya, gadis itu terlihat begitu gelisah memikilkan hal-hal buruk yang kemungkinan akan terjadi dengan masa depannya jika menikah muda. Naomi tidak rela! Dia tidak mau! Apa yang harus dia lakukan sekarang? Jika Naomi menolak permintaan Magnus, akankah Magnus menyetujuinya? Tapi agaimana jika Magnus menolak permintaannya? Segelintir pertanyaan terus bermunculan di kepala Naomi hingga akh
“Magnus, jawab aku!” teriak Cassandra. Langkah Magnus terhenti, pria paruh baya itu kembali berbalik dan menatap sengit Cassandra menunjukan ketidak sukaannya. “Kau tidak berhak bertanya tentang Naomi.” “Aku ibunya! Aku berhak tahu kondisi Naomi!” Cassandra berteriak semakin keras. “Ibu katamu? Apa kau sedang bercanda denganku?” Suara napas Cassandra terdengar kasar, pertanyaan Magnus dan tatapannya yang merendahkan membuat amarah Cassandra semakin tersulut. “Aku tahu kau tidak suka aku dekat-dekat dengan Naomi, apa pantas kau tetap bersikap egois seperti sementara anak kita pergi entah ke mana sekarang?” lirih Cassandra terdengar begitu sedih. “Naomi adalah urusanku, jangan ikut campur.” “Mengapa kau begitu tega padaku Magnus? Aku berhak tahu apa yang terjadi pada puteriku sekarang.” Magnus berdecih jijik. “Apa sekarang kau mengakui Naomi puterimu?” “Magnus, seburuk apapun aku, aku ibunya,” jawab Cassandra tidak tahan. Wajah Magnus mengeras tampak begitu marah. “Seorang ibu
Axel Morgan, dia adalah seorang cucu konglomerat pemilik dua maskapai penerbangan di kota North Emit. Kehidupan Axel sedang berada dalam kegoyahan setelah paman tertuanya yang selama ini meminpin perusahaan meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil bersama isteri dan anaknya.Axel, dia yang memiliki hak waris atas semua kekayaan keluarga Morgan sedang di hadapkan situasi yang sedikit sulit.Semua itu di karenakan Axel belum menikah.Semua orang mengusik posisi Axel meski mereka tahu bahwa Axel sudah lebih dari lima tahun lamanya Axel juga bekerja di maskapai penerbangan, mendedikasikannya pada pekerjaan, membuktikan kinerjanya yang baik.Beberapa petinggi meragukan peminpin yang belum menikah, semua itu di sebabkan karena Kakek Axel terdahulu, yaitu Willson dan juga ayah Axel, yaitu Gillbert.Willson adalah seorang pria yang sangat kompeten dalam meminpin, dia juga sangat pandai berbicara dan mengatur banyak pekerjaan. Kehebatan Willson dalam bekerja membuat maskapai penerbangan yang d
“Apa urusannya denganmu? Kenapa ingin tahu?” tanya balik Naomi dengan ketus.Masih dengan senyuman ramahnya Jamal menunjuk ke atas, tepatnya ke jalan penyebrangan yang tidak jauh dari posisi mereka. “Dalam satu tahun ini, sudah ada tiga orang yang duduk di sini dan menangis sepertimu, lalu mereka melompat dari atas sana untuk mengakhiri hidup mereka.”Bulu kuduk Naomi meremang merasakan ketakutan yang begitu kuat. “Aku kesulitan mencari apartement,” pada akhirnya Naomi memberitahu masalahnya.“Lalu?”“Aku butuh apartement murah namun bagus,” jawab Naomi malu.Jamal bersedekap, meneliti barang bawaan Naomi dan penampilannya yang tidak menunjukan bahwa Naomi adalah gadis biasa. Jamal pun berkata, “Kebetulan aku tinggal di sini, di apartement Luxury itu” Jamal menunjuk sebuah gedung apartement di sisi pantai.Mata Naomi berbinar seketika seakan keputus asaannya sirna hanya dengan mendengar jawaban Jamal. Naomi sangat berharap jika melalui orang asing yang baru beberapa menit dia kenal i
“Bagaimana keada’anya?” Tanya Axel sambil bersedekap, pria itu berdiri di sisi jendela melihat keluar klinik.“Pergelangan tangannya terkilir dan bengkak, lututnya terluka, kaki kirinya di gips karena cedera, ada retakan di tulangnya. Butuh dua bulan, agar akan sembuh total,” jawab Adela sambil menuliskan resep obat. “Kau menabraknya? Apa ada saksi?” Tanya Adela seraya memberikan selembar resep obat kepada Axel.“Aku harap tidak ada saksi,” bisik Axel dengan serius.“Kau harus mengurusnya dan bertanggung jawab dengan baik Axel, jangan menambah masalahmu dengan lari dari tanggung jawab.”“Aku tahu.”Axel langsung pergi keluar dari ruangan Adela begitu mendapatkan resep obatnya.Axel pergi menemui Naomi, apapun yang terjadi, dia harus menyelesaikan masalah ini secepatnya dan membuat gadis cerewet itu tutup mulut.Pergerakan kecil Naomi yang kembali terbangun dari pingsannya membuat Axel semakin mendekat dan berdiri di sisi ranjangnya, pria itu memasang ekspresi dingin memperhatikan gera
Wajah Axel mengeras menahan amarah, pria itu bersedekap menatap Naomi dengan penuh permusuhan, teriakan kencang Naomi berhasil membuat Axel mendapatkan tatapan penuh penghakiman dari orang-orang di sekitarnya.“Apa sebenarnya maumu?” tanya Axel dengan geraman.“Kau tidak lihat tangan dan kakiku?” Naomi menunjuk kakinya yang di gips dan tangannya yang terbungkus terlihat bengkak. “Aku baru datang ke kota ini seorang diri membawa ransel besar dan koper besar tanpa tujuan dan tanpa sanak keluarga. Setelah menabrakku, kau akan meninggalkanku begitu saja? Aku tidak bisa mengurus diriku sendiri, bahkan berjalanpun aku kesulitan. Setidaknya bertanggung jawablah” desak Naomi. “Hey bocah kecil, aku sudah bertanggung jawab membawamu ke klinik dan memberikanmu uang konpensasi, jika kau membutuhkan lebih dari ini kau tidak ada bedanya dengan memerasku,” ucap Axel dengan sengit.“Tapi itu tidak cukup! Aku mengalami kerugian besar.”Axel menyeringai jahat, pria itu tampak jengkel mendengar celoteh
“Naomi tidak ada, kami terakhir kali berkomunikasi satu minggu lalu,” kata Jaden setelah mendengarkan semua cerita Magnus.“Kupikir dia datang padamu,” ungkap Magnus terlihat kecewa dan sedih.“Saya sungguh tidak tahu,” jawab Jaden terlihat bingung dan ikut dibuat khawatir.“Jaden, apa kau bisa membantuku mencari Naomi?” tanya Magnus terdengar putus asa. “Tidak perlu membawanya pulang, hanya perlu memastikan bahwa Naomi baik-baik saja.”Jaden terdiam dalam kebingungan, sulit untuk Jaden menolak permintaan Magnus apalagi Naomi juga sangat berarti untuknya. “Paman, saya sedang di promosikan menjadi direktur, untuk waktu dekat saya tidak bisa meminta cuti,” jawab Jaden dengan berat hati.Magnus menghela napasnya dengan kesulitan. “Baiklah, tidak apa-apa,” ujar Magnus dengan senyuman memaksakan.“Paman” Jaden mendorong segelas air agar Magnus bisa sedikit lebih tenang. Usai Magnus kembali terlihat tenang, Jadenpun kembali melanjutkan ucapannya. “Mengapa Naomi pergi dari rumah?”Magnus t
Butuh waktu lebih dari sepuluh menit Axel berkendara sampai akhirnya kini dia berada di depan klinik. Dengan terburu-buru Axel berlari keluar dari mobilnya dan segera memasuki klinik.Kedatangan Axel hanya di sambut seorang perawat, ranjang tempat dimana gadis itu terbaring kini sudah kosong, sang perawat memberitahukan jika gadis itu sudah pergi beberapa menit yang lalu.Terburu-buru Axel berlari keluar klinik, pandangan pria itu mengendar dan menatap tajam ke setiap penjuru arah sampai akhirnya kini pandangannya terpaku pada sosok gadis itu yang kini duduk di di bangku kayu tengah sibuk menangis seperti anak kucing yang tersesat dan tidak tahu kemana arah pulang.Gadis itu terlihat bersedih dan kebingungan dengan keadaannya sekarang, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, dia juga tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.Axel menarik napasnya dalam-dalam, pria itu terasadar, dia akan menjadi pria yang begitu jahat jika tidak kembali lagi untuk menemuinya di sini dan meninggal