Share

2. Alam Baka

Liu Kai perlahan membuka kedua matanya saat mendengar sayup-sayup seseorang yang tengah berbicara padanya.

"Liu Kai, mati di usia 25 tahun, yang disebabkan oleh pembunuhan berencana. Hal itu membuatmu menjadi Roh Spesial, sebab belum saatnya kau mati, tapi kau sudah berada di alam Baka."

Selamat datang di Alam Baka, aku adalah Wigen, Malaikat Maut yang akan menuntun jiwamu melewati sidang-sidang di pengadilan Neraka dan membantumu bereinkarnasi kembali."

Kai tampak tak perduli dengan Wigen yang tengah berbicara padanya, Kai hanya termenung melihat sekitar. Kedua bola mata Kai berkeliling, ia masih berada di antara rasa percaya dan tidak percaya bahwa dirinya telah mati.

Kai melihat sebuah dunia yang di dominasi warna jingga, tanah berwarna merah, langit yang selalu mendung bercampur dengan warna jingga yang menjadi penerangan dunia tersebut.

Kai juga melihat antrian panjang di depan tiga gerbang besar berwarna emas, yang ia yakini adalah antrian jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal, yang akan memasuki dunia kematian.

Wigen kembali berbicara pada Kai. "Itu antrian untuk roh-roh biasa, mereka semua mati sebab sudah saatnya mereka mati, namun kau adalah roh spesial, sebab kau mati karena dibunuh dan belum waktunya bagimu untuk mati. Kau akan langsung memasuki gerbang ketiga menuju pengadilan neraka tanpa harus mengantri."

Kai menangkap beberapa kata dari Wigen yang menyebutkan 'Belum waktunya bagimu untuk mati'. Kai menatap tajam ke arah Wigen. "Jika belum waktunya aku mati, kenapa aku di sini?!" Kai menarik kerah baju Wigen.

Wigen membelalakkan matanya. "Ka-kau? Bagaimana bisa kau menyentuh seorang malaikat maut? Belum pernah ada roh yang bisa menyentuh malaikat maut sebelumnya."

Kai menggeram, ia kembali mengancam sosok malaikat maut yang memakai jubah berwarna hitam dan kedua bola mata hitam menyeluruh di hadapannya. "Kau! Kembalikan aku ke duniaku sekarang juga! Atau aku akan membunuhmu!"

Wigen mulai kehilangan kesabarannya, ia menepis kedua tangan Kai dan mendorong Kai ke belakang.

"Apa kau gila?! Bagaimana bisa aku mengembalikanmu ke dunia!!"

Kai mengepalkan kedua tangannya, lalu berlari ke arah Wigen sambil melompat dan memberikan pukulan keras yang telak mengenai wajah Wigen.

Wigen jatuh tersungkur menghantam tanah, lalu menatap Kai dengan geram. "Jika saja tak ada peraturan yang melarang malaikat menggunakan kekuatannya di Alam Baka, aku pasti sudah melenyapkan kau!"

"Diam kau! Kau yang mengambil nyawaku, mengapa kau tak bisa mengembalikanku ke duniaku?!" Kai menunjuk-nunjuk wajah Wigen.

Suara Kai yang keras dan lantang mengundang perhatian seluruh malaikat maut yang ada di sana, yang tengah mendampingi jiwa-jiwa manusia yang mengantri di depan gerbang pertama.

Seorang malaikat maut wanita yang mengenal dekat Wigen langsung datang menghampirinya. "Wigen, kau tidak apa-apa?!" Gadis tersebut menoleh ke arah Kai dengan tatapan tajamnya. "Kau!! Berani sekali kau memukul malaikat maut!!"

"Diam kau! Aku akan membunuh kalian semua jika kalian tak mengembalikan aku ke duniaku!" ancam Liu Kai.

"Akan ku bunuh kau!" seru gadis tersebut dan berniat menghajar Kai, namun tangannya ditarik oleh Wigen. "Jangan Lian Hua, kau akan mendapat masalah nantinya."

Perkataan Wigen mampu menghentikan niat Lian Hua yang ingin menghajar Liu Kai. Tepat setelah itu, sebuah lingkaran berbentuk mata berwarna kuning muncul dari atas kepala Liu Kai dan terbang ke langit mengikuti pergerakan Kai.

"Gawat! Dewa Agung sudah mengetahuinya! Mundur Lian Hua!" seru Wigen, lalu melompat mundur menjauhi Liu Kai.

Sesaat kemudian tanah bergetar, ratusan tentara Alam Baka berbentuk manusia batu dengan ukuran manusia muncul dari dalam tanah dan mengepung Liu Kai.

Walau dikepung oleh ratusan tentara Alam Baka, tak membuat Kai gentar, ia malah mengangkat kedua tinjunya dan bersiap menghadapi ratusan tentara tersebut.

Kai dengan sigapnya menghindari setiap serangan tentara batu yang menggunakan pedang yang juga terbuat dari batu, lalu memberikan serangan balik ke arah tentara batu tersebut.

Setiap satu pukulan yang dilayangkan Kai, mampu menghancurkan satu tentara Alam Baka menjadi serpihan kecil.

Wigen dan Lian Hua membuka lebar kedua matanya, mereka belum pernah sekali pun melihat Roh yang sangat kuat, yang mampu melawan tentara Alam Baka.

Setelah beberapa saat bertarung, Kai berhasil menghancurkan seluruh tentara Alam Baka yang ada, ia mampu melakukan hal itu, sebab Roh tak bisa kelelahan.

Kai kembali menatap Wigen dan Lian Hua. "Sudah kukatakan! Kembalikan aku ke duniaku!" seru Kai, lalu berlari mengarah ke Wigen.

Tiba-tiba malaikat maut lainnya datang dan memberikan tendangan telak ke arah perut Kai, membuat Kai terpental jauh dan menghantam tanah dengan kerasnya.

"Mugen! Kau tidak perlu sampai turun tangan!" seru Wigen.

"Senior Mu! Kau akan terkena masalah!" Lian Hua menambahkan.

Mugen merupakan saudara dari Wigen, ia adalah Malaikat Maut terkuat yang berada di alam Baka.

Liu Kai berdiri dengan menggeram hebat, ia kemudian berlari ke arah Mugen dan memberikan pukulan terbaiknya. Kai dan Mugen kemudian beradu serangan.

Kekuatan keduanya berimbang, walau mereka sudah bertukar puluhan pola serangan. Hal tersebut kembali membuat Wigen dan Lian Hua terkejut.

"Ba-bagaimana dia bisa mengimbangi senior Mugen?" tanya Lian Hua dengan keterkejutannya.

"Roh Spesial memang benar-benar kuat, sebab semasa hidupnya, seluruh latihan serta teknik yang ia pelajari mampu membuat jiwanya menjadi semakin kuat seiring waktu." Wigen juga tak kalah terkejut.

Seiring waktu berjalan, tubuh Kai semakin lama semakin berubah mengerikan, kedua bola matanya menjadi merah menyala, tubuhnya menghitam, giginya berubah menjadi taring tajam, rambutnya memanjang dan berwarna putih, serta dua tanduk mulai muncul di atas kepalanya.

"Gawat! Ia hampir berubah menjadi Roh Pendendam!" seru Mugen, lalu meningkatkan pola serangannya untuk mencegah Liu Kai.

Saat Mugen dan Liu Kai tengah bertarung, tiba-tiba tanah kembali bergetar, lalu seluruh jiwa manusia serta malaikat maut yang berada di sana bersujud kepada sosok yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

"Ra-raja Yeomra, ka-kau tidak perlu sampai jauh-jauh datang ke sini..." Wigen bersujud dengan seluruh tubuh gemetar.

Raja Yeomra datang ke gerbang Alam Baka untuk melihat kekacauan yang terjadi, ia membawa serta dua pengawalnya, yang juga terbuat dari batu, namun dengan ukuran raksasa serta mata merah menyala.

Raja Yeomra merupakan Dewa Agung yang tak lain adalah Dewa diatas Dewa. Raja Yeomra kemudian berteriak lantang. "Beraninya kau!!!!"

"Kau! Berani sekali kau mengacau di Alam Baka! Akan kulenyapkan kau!!" seru Raja Yeomra, kemudian menghentakkan ujung tongkatnya ke tanah.

Seketika tubuh Kai melayang di udara tanpa bisa ia kendalikan, wujudnya kembali berubah seperti semula. Kai menggertakkan giginya, saat tubuhnya seolah-olah tidak lagi dalam kendalinya.

Raja Yeomra kemudian menyuruh dua pengawalnya untuk memegang kedua tangan Kai. Masing-masing pengawal Raja Yeomra langsung memegang tiap tangan Kai.

Kekuatan kedua pengawal batu raksasa tersebut tak dapat diimbangi Kai, membuat kedua tangannya nyaris tak bergerak sedikit pun.

Raja Yeomra kembali menghentakkan tongkatnya ke tanah. Kali ini sebuah bayangan hitam muncul dari dalam tanah dan menyelimuti tubuh Kai, hampir seluruhnya, hanya tinggal bagian kepala Kai yang masih terlihat.

"Lenyaplah kau untuk selamanya!" seru Raja Yeomra.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status