LOGIN
Di sebuah goa yang tak diketahui lokasi pastinya, seorang pria tampak terikat pada kedua tangannya oleh rantai yang diselimuti api merah menyala. Panasnya begitu kuat hingga batu di sekelilingnya meleleh.
Pria itu bernama Liu Kai, ia merupakan seorang ahli bela diri yang berhasil mencapai puncak kejayaan dengan menjadi pendekar terkuat di seluruh daratan. Namun kini, sang legenda hanya bisa menunduk tak berdaya, tubuhnya terikat dan auranya nyaris lenyap. Perlahan, matanya terbuka. Pandangannya kabur, samar-samar ia melihat empat orang tengah berdiri di hadapannya dengan senyum kemenangan di wajah mereka. Saat pandangannya telah kembali pulih, ia bisa melihat dengan jelas, ia segera mengenali sosok yang amat dibencinya. "Fangzheng! Keparat! Bagaimana kau bisa selamat dari ledakan kematian yang ku buat?!" Liu Kai mencoba menggerakkan tangannya berusaha melepaskan diri, namun kedua tangannya nyaris tak dapat bergerak. Fangzheng, seorang pendekar aliran hitam dan orang terkuat nomor dua di daratan, terkekeh sombong. Dulu, Fangzheng pernah berhadapan dengan Liu Kai dan kalah telak dalam duel yang mengguncang dunia, namun entah bagaimana ia berhasil lolos dari teknik kematian terkuat milik Liu Kai. Liu Kai kemudian menatap rantai yang membelenggu kedua tangannya. Rantai diselimuti api berwarna merah yang tampak hidup, seperti mahluk buas yang terus melahap energinya. "Segel Api Neraka?!" gumamnya lirih. Fangzheng menyeringai. "Benar! Jangan buang-buang tenagamu! Sebab kau tak akan pernah bisa melepaskan diri dari segel terkuat itu! Hahaha!" Tawa Fangzheng menggema, diikuti ketiga rekannya, yang juga merupakan para Pemimpin Sekte Aliran Hitam. Liu Kai membuka lebar kedua matanya, mengabaikan tawa dan cemoohan keempat orang itu, ia tiba-tiba teringat sesuatu yang sangat penting. "Huilin! Di mana Huilin?! Apa yang kalian lakukan pada istriku?!" Fangzheng menatap Kai dengan senyum licik. "Istrimu? Apakah kau yakin? Baiklah akan ku panggilkan dia.” Ia menoleh ke arah pintu goa dan berseru. “Huilin! Masuklah!" Langkah ringan terdengar mendekat. Dari balik kegelapan, muncul seorang wanita berparas menawan, berpakaian indah dan berwajah lembut. Ia berjalan pelan lalu berdiri di hadapan Liu Kai. Liu Kai menatap gadis itu dengan mata berbinar. "Sayang... Syukurlah kau selamat..." Ekspresi wajah gadis itu perlahan berubah. Tatapannya dingin, senyum tipis di bibirnya berubah menjadi tawa lantang. "Hahaha! Sayang? Sungguh menyedihkan! Akulah orang yang menjebakmu, membuatmu tak sadarkan diri hingga kau bisa dengan mudahnya tersegel di sini." Liu Kai masih tidak mempercayai hal yang ia dengar, ia masih meyakini bahwa gadis yang ia lihat sekarang ini bukanlah istri yang dicintainya. "Huilin... Sayang... Kau-" "Berhenti memanggilku sayang!” potongnya dengan tajam. “Kau pikir aku benar-benar mencintaimu?! Aku hanya menjebakmu dengan pura-pura membutuhkan bantuan dan mendekatimu!” Huilin lalu mencibir. "Aku tak menyangka seorang pendekar yang dijuluki Dewa Kematian bisa lemah hanya karena cinta!” Ia memandang Kai dengan jijik. “Sudahlah! Apapun itu rencana kami akhirnya berhasil! Kami akan menyingkirkan kau dari dunia ini dan kembali menguasai dunia! Hahaha!" "Huilin..." Liu Kai berbicara dengan lirih, untuk yang pertama kali dalam hidupnya ia meneteskan air matanya. Wanita yang selama ini dicintainya dan yang paling ia percayai ternyata mengkhianatinya sekejam ini. Liu Kai menutup matanya, mencoba menahan air matanya yang terus menerus menetes. Ia mulai merasa bahwa dunia ini sangat tidak adil, baru saja ia mendapatkan kebahagiaan, semua itu langsung direnggut dengan kejam dari dirinya. Liu Kai lalu menatap kosong ke tanah, dan pikirannya melayang pada hari sebelum semua ini terjadi. ** Sehari Sebelumnya. Sepasang kekasih tampak sedang menikmati masa-masa indah mereka di sebuah padang rumput yang hijau. Mereka berdua tengah berbaring sambil berpegangan tangan menikmati keindahan langit malam yang dihiasi dengan bulan purnama serta ratusan bintang yang bersinar terang. Mereka adalah Liu Kai dan Huilin, pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan pada hari itu. Liu Kai, 23 tahun, wajahnya cukup tampan, dengan alis yang tebal, dagu yang lancip serta rambut hitam lurus, sedangkan istrinya bernama Huilin, 21 tahun, memiliki paras yang cantik serta bentuk tubuh yang padat dan berisi. "Huilin, sekarang kita telah resmi menjadi sepasang suami istri, jantungku berdebar kencang saat membayangkan bagaimana jadinya malam pertama kita..." Liu Kai menatap istrinya dengan senyum menggoda. Huilin tertawa kecil, wajahnya memerah. "Hihi, tidak perlu buru-buru, malam masih panjang." Liu Kai kemudian memposisikan tubuhnya di atas tubuh Huilin dengan bertumpu pada kedua tangannya. Wajah kedua insan tersebut hanya berjarak sejengkal, kedua mata mereka saling memandang satu sama lain. "Kau sangat cantik, aku tidak menyangka akan jatuh cinta padamu saat pandangan pertama." Kai membelai lembut wajah Huilin sambil menatapnya penuh arti. "Aku juga merasa sangat beruntung saat kau menyelamatkan diriku. Aku juga mencintaimu." Huilin menatap lekat kedua bola mata Kai. "Aku sangat bahagia bisa bertemu dan memilikimu." Liu Kai menutup matanya dan mendekatkan bibirnya pada bibir Huilin bersiap untuk mencium istrinya. Huilin meletakkan jari telunjuknya pada ujung bibir Kai. "Ssshh... Tahan dulu, aku ingin kita melakukannya di ranjang." Huilin mencubit mesra pinggang Kai. Kai tampak riang dan sedikit tersipu. "Baiklah, kalau begitu kita langsung saja pulang ke rumah!" "Kau ini!" Huilin tertawa kecil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Mereka berdua kemudian meninggalkan padang rumput, lalu melangkah menuju kediamannya sambil berpegangan tangan dan tertawa bahagia. Sesampainya di rumah, Kai langsung menggendong Huilin menuju kamarnya dan langsung merebahkan Huilin di kasur. "Kau sungguh tidak sabaran sayang." Huilin tertawa kecil, lalu turun dari ranjang, "Mau ke mana?" tanya Kai yang penasaran. "Aku akan menyiapkanmu sup ayam ginseng terlebih dahulu, agar malam pertama kita berlangsung lama dan sama-sama mencapai puncak kepuasan." Huilin menutup mulutnya dengan tangan kanannya sambil menatap Kai dengan genitnya. "Ide bagus! Baiklah, aku akan mandi terlebih dahulu." Kai tampak girang, ia berjalan menuju kamar mandi sambil bersenandung. Begitu pintu kamar mandi ditutup, senyum di wajah Huilin memudar. "Malam pertama apa! Kau sungguh menjijikkan." Huilin kemudian berlalu menuju dapur dan membuatkan sup ayam ginseng, Ia diam-diam mengambil dua botol kecil dari balik jubah, lalu menuangkannya ke dalam sup. Cairan itu menimbulkan asap tipis sebelum menghilang. *** Kembali ke Goa… "A-aku kira hubungan kita Istimewa… Huilin, aku benar-benar mencintaimu." Kai berbicara dengan lirih sambil menatap Huilin dengan penuh arti. "Istimewa?” ejek Huilin. “Dalam mimpimu! Pria yang kucintai hanyalah Fangzheng seorang!" Ia lalu melangkah mendekati Fangzheng dan mencium bibirnya dengan penuh gairah di depan Liu Kai. “KAUUU!!!” Liu Kai meraung. Seluruh gua bergetar hebat, batu runtuh dari langit-langit, dan api Segel Neraka berkobar semakin besar. Energi spiritualnya meluap, meski tubuhnya penuh luka Ekspresi wajah Fangzheng memburuk. "Cepat bunuh dia!!" Tiga pendekar hitam langsung menyerang dengan teknik pamungkas mereka. Serangan demi serangan menghantam tubuh Liu Kai tanpa ampun. Darah bercucuran, tapi ia tetap berdiri tegak. Setelah tubuh Kai dipenuhi oleh luka, baik luka dalam maupun luka luar, Fangzheng mendekati Kai. "Matilah! Dan membusuklah kau di neraka!" Fangzheng kemudian menusuk leher Kai dengan pedang miliknya. Pedangnya menembus leher Kai. Tubuh sang Legenda Agung bergetar hebat. Ia menatap Huilin untuk terakhir kalinya dengan mata yang bukan menyimpan kebencian, melainkan kesedihan yang tak terucap. “Aku… Berjanji… Akan membunuh kalian… Semua… Di kehidupan selanjutnya…” Matanya perlahan tertutup. Tubuhnya membeku, masih berdiri dalam diam, sebelum akhirnya api neraka melahapnya sepenuhnya. Dewa Kematian pun gugur. Namun janjinya menggema hingga menembus Alam Baka. .Sementara Kai sedang menunggu dan mengamati situasi di perbatasan Lapisan Keempat dan Lapisan Kelima, pada hari ketiga, Ujian Akhir Tahun sudah mulai memasuki tensi yang tinggi.Frozen Deep Abyss berubah menjadi medan ujian penuh hiruk-pikuk pertempuran, tangisan kesakitan dan teriakan kegembiraan. Ribuan murid yang memasuki lembah itu kini tersebar dari lapisan pertama hingga keempat, masing-masing terjebak dalam takdir dan keberuntungannya masing-masing.Teriakan disusul teriakan terdengar dari lapisan paling luar.“A–AAAARGHH!!”Seorang murid Divine Soul 1 terseret masuk ke dalam kabut oleh cakar Frost Wolf yang ukurannya tiga kali lebih besar dari normal. Dua rekan satu timnya lari ketakutan, membiarkan tubuh itu terkoyak tanpa perlawanan.Di titik lain, lima murid lain tertawa penuh kegembiraan karena menemukan Snow Jade Mushroom dalam jumlah besar. “Ini… ini lebih dari cukup untuk menambah lima puluh poin!”“Kelompok kita pasti lulus ujian tahun ini!”Namun tidak jauh dari merek
"Peraturan kali ini sama seperti sebelumnya." Suara Penatua Jian Wu bergema ke seluruh tebing. "Setiap tim memiliki sepuluh orang dalam jumlah yang terdiri dari berbagai tingkatan Kultivasi... Poin yang dinilai adalah kerja sama tim yang utama, lalu jumlah beast core dan herbal serta barang yang memiliki atribut es ataupun atribut yin."Bagi siapa saja yang meninggalkan tim untuk berburu sendiri, ataupun berkonflik dengan tim sendiri akan mendapatkan pengurangan poin. Siapa saja yang tidak memenuhi syarat, akan dikeluarkan dari Great Snow Mountain Sect."Para murid hanya mengangguk, mereka sudah mengetahui dengan jelas peraturan Ujian yang diadakan setiap akhir tahun.Penatua Jian Wu kembali melanjutkan. "Untuk ahli dari luar Great Snow Mountain sect, kalian bisa menikmati dan mencari keuntungan sendiri, namun jika kalian membunuh salah satu dari murid Great Snow Mountain sect, tidak hanya kalian yang diburu, keluarga bahkan sekte kalian tidak akan luput."Baiklah, sebelum aku memulai
Langit di atas Great Snow Mountain bergetar, badai es yang biasanya berputar tenang kini bergolak liar. Dari puncak tertinggi, petir biru pucat menari di antara awan salju, menggores langit seperti bilah es surgawi.“Sudah waktunya…” suara Penatua Jian Wu yang kali ini menjadi Kepala Pengawas menggema, serak namun tegas.Di bawahnya, ribuan murid berdiri rapi di pelataran batu yang tertutup salju. Mereka semua menatap lembah raksasa di kaki tebing yang diselimuti salju tebal dengan aura mencekam, itulah Frozen Deep Abyss... Kabut yang menyelimutinya sepanjang tahun, kini mulai menipis, aura Frozen Deep Abyss memancarkan cahaya kebiruan yang berisi Energi Yin.Dari setiap kabut yang menipis, hawa dingin yang cukup untuk membekukan darah menyembur keluar, membuat sebagian besar murid menggigil walau sudah memperkuat tubuh mereka dengan Qi.“Ujian Akhir Tahun dimulai!” seru Jian Wu. “Kalian yang merasa cukup kuat, melangkahlah. Mereka yang takut tinggallah di sini, dan jangan pernah berm
Kai mengangguk ke arah Wu Hanfeng yang masih tersenyum senang, seolah mendapatkan harta Karun yang langka. Melihat Kai yang berjalan menuju Ruang Batu, Wu Hanfeng mengikutinya.Ketika kedua pemimpin itu meninggalkan area, kedua pengawal Wu Hanfeng berdiri dengan bantuan Zhang Wei dan Sun Qiang. Meski tubuh mereka masih gemetar, tatapan mereka kini memantulkan hormat. Bukan lagi musuh tapi rekan di bawah panji yang sama, sehingga mereka mulai mengakrabkan diri selagi kedua pemimpin mereka berbincang.Di dalam Ruang Batu, Kai mempersilahkan Wu Hanfeng untuk duduk. Wu Hanfeng tanpa basa-basi duduk dan segera melontarkan kata-kata. "Saudara Kai, kau menyembunyikan sesuatu yang menarik dariku." Wu Hanfeng menghela nafas kasar. "Aku mengira bahwa mereka adalah perampok acak yang kau rekrut untuk membantumu merampok darah, namun siapa sangka, bahkan pasukan elit terkuat di Provinsi Besar tidak bisa memegang bayangan mereka jika pada tingkatan yang sama."Kai tersenyum tipis sambil menuangkan
Angin dingin berhembus lembut di dalam goa pelatihan yang kini hening setelah badai pelatihan panjang. Batu-batu berkilau memantulkan cahaya lembut dari dua belas Senjata Roh Spiritual yang menggantung di udara, bergetar pelan seolah bernapas bersama pemiliknya.Kai berdiri di tengah ruangan, matanya menatap serius ke arah Renyi Dao. "Bersiaplah untuk Fallen God Field." Ia menghela nafas kasar sebelum melanjutkan. "Tetapi, kali ini kalian tidak akan ikut denganku."Para anggota Renyi Dao mengerutkan keningnya, Xiao Lao maju dan menangkupkan tinjunya. "Mohon maaf Bos, tetapi mengapa begitu ? Apakah kami akan pergi sendiri kali ini?"Kai menggelengkan kepalanya. "Kedepannya, kalian tidak akan lagi mengikuti ku, serta aku juga tidak akan lagi mengajari kalian."Kata-kata itu seperti petir yang mengguncang dada semua orang di sana. Wajah Xiao Lao menegang, napas Gu Chen tercekat, bahkan Feng Tao yang biasanya santai pun melangkah setengah maju, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia d
Suara langkah kaki bergema di antara celah-celah goa pelatihan. Satu demi satu, bayangan manusia keluar dari balik formasi array. Tubuh mereka lusuh, pakaian mereka compang-camping, namun aura yang mengalir di sekeliling mereka jauh lebih padat dan berat dari sebelumnya.Mereka adalah dua belas anggota Renyi Dao.Setiap napas yang mereka hembuskan memancarkan getaran spiritual yang stabil dan tegas, seolah bumi dan langit ikut menunduk. Tidak ada lagi perbedaan di antara mereka. Setiap langkah, setiap gerak tubuh, bahkan denyut energi mereka berirama dalam satu kesatuan.Tingkat kenaikan Kultivasi mereka sangat mencengangkan bagi beberapa orang. Hanya dalam waktu dua bulan, tingkat Kultivasi mereka naik hingga dua ranah sekaligus. Xiao Lao dan Zhang Wei sama-sama berada pada Divine Soul Tingkat 5 sedangkan lainnya rata pada Divine Soul Tingkat 4.Five Way Cardinal Array bukan hanya sekedar Formasi pelatihan biasa, dengan Tingkat Energi Esensi yang dikompresi ke dalam Array menjadi nut







