Share

3. Neraka Penebus Dosa.

Wigen berlari, lalu bersujud di bawah kaki Yeomra. "Raja Yeomra, aku mohon maafkan dia, ini adalah salahku, ia adalah tanggung jawabku, aku yang tak bisa menjaganya.

"Dia adalah roh spesial, maka daripada itu aku mohon Raja Yeomra melepaskannya dan memberinya kesempatan, jika ia engkau lenyapkan, maka tak ada lagi kesempatan baginya untuk bereinkarnasi, ia akan menghilang selamanya dari dunia ini."

Yeomra menaikkan sebelah alisnya, ia memandang ke arah Wigen. "Roh spesial? Dia? Apa kau yakin? Sudah lebih dari seribu tahun tidak ada yang namanya roh spesial muncul di alam baka!"

"Anda bisa melihatnya sendiri."

Wigen menyerahkan kertas kematian berwarna emas, yang berisi data diri Liu Kai, tanggal lahir, serta waktu kematian dan penyebabnya.

"Hmm... Sudah lama sekali aku tidak melihat kertas kematian berwarna emas."

Yeomra mengelus-elus janggut putihnya sambil berfikir mengenai nasib Liu Kai. Wigen tampak masih bersujud di hadapan Yeomra, berharap Yeomra akan memberikan keringanan pada Liu Kai.

Yeomra menghentakkan kembali tongkatnya dan seketika bayangan hitam yang mengikat Liu Kai menghilang. Yeomra berjalan beringsut ke arah Kai.

"Kau! Siapa namamu? Sebutkan sebanyak tiga kali!" seru Yeomra.

Liu Kai tampak tak mengerti maksud dari perktaan Yeomra, namun entah kenapa ia sama sekali tak dapat membantah perkataan Yeomra dan langsung menyebutkan namanya sebanyak tiga kali.

Sesaat setelah Liu Kai menyebutkan namanya tiga kali, sebuah cermin tiba-tiba muncul tepat di hadapan Yeomra dari bawah tanah.

Cermin tersebut merupakan cermin kehidupan, yang berisi semua hal yang terjadi selama masa hidup Kai, mulai dari ia lahir hingga mati.

Yeomra kemudian melihat hal-hal yang ingin ia lihat dalam cermin tersebut. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Yeomra kembali memandang Kai.

"Kini aku tahu mengapa kau menjadi Roh spesial, kau mati akibat dibunuh secara tidak adil dan belum waktunya bagimu untuk mati, ini tidak ada sangkut pautnya dengan takdir Dewa, semua ini murni kejahatan dari manusia yang dihasut oleh iblis, jadi tak ada alasan bagimu untuk membuat kerusuhan di Alam Baka."

Liu Kai tampak menurunkan pandangannya mendengar hal itu, ia hanya memikirkan dendamnya, membuat ia menjadi orang yang egois dan hampir saja merubahnya menjadi Roh pendendam.

"Baiklah, karena kau adalah roh spesial, serta kematian yang kau dapatkan secara tidak adil, aku akan memberikanmu keistimewaan. Aku bisa mengembalikanmu ke duniamu sebelumnya, namun dengan satu misi dariku."

Liu Kai mengadahkan kepalanya menatap Yeomra. "Benarkah? Apa itu?" Liu Kai tampak bersemangat, tak ada lagi terlihat tatapan mendendam di kedua bola matanya.

"Beraninya kau! Turunkan pandanganmu saat berbicara pada Dewa Agung!" seru Mugen yang tampak masih kesal dengan Liu Kai.

"Diamlah Mugen! Kau akan kuberi hukuman setelah ini karena melanggar peraturan untuk tidak melukai Roh manusia!" seru Yeomra.

"Ta-tapi Raja-" ucap Mugen terputus, "Kalian ini! Mengapa sekarang kalian berani membantah ucapanku?!" Yeomra menghela nafas kasar.

"Ma-maafkan aku Dewa Agung..." Mugen kembali menundukkan kepalanya.

Yeomra kembali menatap Kai. "Kau adalah roh yang kuat, di manapun aku menempatkanmu, maka kau akan menjadi yang terkuat, aku tak bisa memberitahumu saat ini, kau harus melewati sidang pengadilan neraka terlebih dahulu, jika kau lulus, maka aku akan memberikanmu sebuah misi yang akan membawamu kembali menuju dunia tempat kau tinggal."

Seketika sebuah harapan tersirat di wajah Kai, ia memantapkan hatinya. "Aku akan melakukan apapun demi bisa kembali ke duniaku!"

"Bagus! Sampai jumpa di sidang terakhir, itupun jika kau berhasil melewati sidang neraka yang lain!"

Yeomra kemudian menghilang secara tiba-tiba, serta kedua pengawal raksasanya juga menghilang secara tiba-tiba, membuat Kai terjatuh ke tanah.

Wigen mengulurkan tangannya pada Kai. "Ayo, aku akan menuntunmu melewati setiap sidang neraka yang ada."

Kai menerima uluran tangan Wigen dengan rasa penasarannya. "Kau, aku sudah memukulmu, mengapa kau masih mau menyelamatkanku, serta membantuku?"

Wigen tersenyum tipis. "Aku menyelamatkanmu bukan semata-mata untuk dirimu, melainkan untuk diriku, sebab jika ada roh yang menjadi tanggung jawabku gagal bereinkarnasi, maka itu akan menjadi kecacatan dalam tugasku, membuat diriku akan semakin sulit untuk bisa bereinkarnasi ke dunia."

Liu Kai mengangguk pelan. "Ternyata malaikat maut juga akan bereinkarnasi kembali," gumamnya dalam hati.

Liu Kai kemudian mengikuti langkah kaki Wigen menuju gerbang keadilan ketiga. "Namaku Kai, salam kenal..."

Kai mencoba berbasa-basi, ia ingin meminta maaf pada Wigen dan berterimakasih, namun lidahnya terasa kelu untuk bisa mengucapkan hal itu.

"Namaku Wigen, aku akan berusaha semaksimal mungkin agar kau bisa kembali ke duniamu."

"Te-terimakasih," ucap Kai dengan lidah kelu.

Kai tampak penasaran dengan suatu hal, ia kemudian memberanikan diri untuk bertanya pada Wigen. "Wigen, mengapa sebelumnya kau menyebutku dengan sebutan roh spesial?"

"Roh spesial adalah roh yang semasa hidupnya melakukan begitu banyak kebaikan, membunuh orang-orang jahat, serta membantu orang susah dan ditambah dengan ia mengalami kematian yang tidak adil."

Kai menganggukkan kepalanya pelan, ia tampak mengerti, serta baru menyadari bahwa ia sering melakukan hal baik selama hidupnya.

Akhirnya, Kai dan Wigen memasuki pintu keadilan ketiga setelah menunjukkan kertas kematian pada malaikat penjaga gerbang keadilan.

Kai kembali melihat dunia yang di dominasi warna Jingga, ia bisa melihat tiga jembatan yang melintang menyebrangi sebuah tebing yang dibawahnya mengeluarkan cahaya kemerahan.

Jembatan pertama hanya berbentuk seutas tali yang tipis, terlihat banyak roh manusia sedang berusaha menyebrangi jembatan tali tersebut, banyak dari mereka terpeleset dan jatuh ke bawah tebing.

Teriakan demi teriakan terdengar mengiringi jatuhnya para roh manusia ke dalam jurang tersebut. Serta ada beberapa roh manusia yang berhasil menyebrangi tali tersebut tanpa kesulitan yang berarti.

Kai bergidik merinding melihat ratusan roh manusia yang jatuh satu per satu ke dalam jurang yang mengeluarkan cahaya berwarna merah tersebut.

Kai lalu melihat jembatan kedua tang terbuat dari tiga bilah papan yang memanjang hingga ke seberang, namun tanpa pegangan.

Kai lalu berjalan menuju jembatan yang harus dilewatinya, jembatan yang akan dilewati Kai adalah jembatan gantung yang terbuat dari papan dengan tali sebagai pegangannya, serta terlihat kokoh.

Kai yang penasaran memilih untuk bertanya pada Wigen. "Wigen, mengapa jembatan pertama hanya terbuat dari seutas tali? Dan sangat berbeda dengan jembatan yang kulewati."

"Jembatan pertama diperuntukkan untuk orang-orang biasa, jika mereka melakukan banyak kebaikan di dunia, maka mereka akan dengan mudahnya melewati jembatan tersebut, namun jika mereka sering melakukan kejahatan, mereka akan segera jatuh ke dalam Neraka Penebus Dosa hanya dalam beberapa langkah."

"Neraka Penebus Dosa? " gumam Kai, lalu mencoba melihat ke bawah.

"Ku sarankan kau tidak melihat ke bawah." Wigen memperingatkan.

Namun Kai tetap melihat ke bawah akibat rasa penasarannya yang tinggi.

Ekspresi wajah Kai memburuk ketika melihat apa yang ada di bawah tebing tersebut. Kai melihat puluhan ribu duri-duri tajam berukuran sangat besar yang diselimuti oleh api membara dan berkobar dengan sangat besar. Panasnya api Neraka tersebut sampai terasa ke atas jembatan, walau jarak antara jembatan dengan dasar jurang tersebut lebih dari belasan kilometer.

Kai gemetar, wajahnya memucat, kepalanya terasa pusing, ia sampai-sampai terduduk di atas jembatan setelah melihat apa yang ada di bawah.

Wigen tertawa melihat itu. "Haha! Sudah ku katakan jangan melihat ke bawah, itu adalah Neraka Penebus Dosa, roh manusia yang jatuh ke bawah akan disiksa dan dibakar hingga dosa mereka berkurang setengahya, hal itu bisa berlangsung selama sepuluh abad, setelah itu mereka akan kembali di sidang dalam pengadilan neraka, jika dosa mereka masih masih banyak, maka akan kembali di siksa pada tingkatan neraka yang berbeda, tergantung dari dosa yang mereka perbuat."

Kai mencoba mendapatkan kembali keteguhannya, lalu berjalan beringsut sambil memegang erat tali pegangan pada jembatan tersebut.

Kai dan Wigen kemudian menyebrangi jembatan tersebut tanpa kesulitan yang berarti, hingga sampailah mereka di depan pintu pangadilan pertama.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status