Kai menarik nafas lalu mengambil sikap pedang, hal ini menarik perhatian Patriark Zong. "Cara ia berdiri dan memegang pedang tidak seperti kebanyakan kultivator Wolf Soul, ia terlihat seperti seorang ahli, aku harus melihat lebih jauh apa yang dimiliki bocah ini." Patriark Zong mengambil bilah pedang tumpul yang biasa digunakan oleh para murid untuk berlatih. Ia lalu mengambil sikap dan menoleh ke arah Kai. "Jangan salah paham, aku bukan merendahkanmu, aku hanya tidak ingin ada yang terluka." Kai mengangguk pelan dan kedua matanya mengisyaratkan tekad yang kuat. "Baiklah... Aku siap kapan pun." Para murid Sekte Pedang Emas saling berbisik mereka menertawakan Kai dalam hatinya, bagaimana tidak, seorang pria dengan tingkat Wolf Soul mencoba bertanding dengan Patriark mereka, namun ada sebagian murid yang menyayangkan keputusan Patriark Zong, bagi mereka ini hanya akan memalukan sang Patriark. "Aku bertaruh anak ini tidak akan lagi sanggup untuk berdiri setelah terkena satu serangan d
"Sialan! Ada apa dengan anak ini? Dengan serangan kuat dan cepat seperti itu, harusnya bocah tingkat Wolf Soul akan pingsan!" Hua Gu menggertakkan giginya dan tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Sepertinya malam ini aku bisa minum arak dengan cukup banyak, terimakasih 500 koin emasnya kakakku tercinta," ucap Hua Yun dengan senyum yang menggoda ke arah Hua Gu. Hua Gu hanya mendengus kesal dan mengalihkan pandangannya kembali ke lapangan. Patriark Zong mengangguk pelan dan kembali mengambil sikapnya. "Kau cukup kuat... Baiklah..." Patriark Zong kembali menyerang Kai dan sama seperti sebelumnya, Kai hanya berhasil menghindari beberapa serangan. Nyatanya teknik Kai tidak mempan terhadap teknik yang digunakan Patriak Zong. Kai menggunakan teknik yang menitik beratkan pada gerakan menghindar serta serangan cepat, sedangkan teknik yang digunakan Patriark Zong lebih pada menyudutkan lawan dan membatasi pergerakannya. Dengan perbedaan kecepatan, tentulah Kai akan kalah. Tubuh Kai kemba
Kai menarik nafas dalam, ia membuat kuda-kuda dan mulai mengalirkan Qi yang ia miliki pada Muramasa Sword. Pedang itu yang awalnya hanya berwarna ungu gelap kini mulai bersinar terang. Kai merasakan pedang itu mulai menghisap Qi nya tanpa henti. Saat qi dalam tubuh aktif, pedang itu otomatis menghisap qi dari penggunanya. Pedang itu mengeluarkan aura yang mencekam membuat para junior di dalam sekte mundur satu langkah. Patriark Zong yang melihat hal itu cukup terkejut. Pasalnya pedang dengan kualitas tingkat rare tidak mudah dimiliki dan digunakan oleh kultivator di tingkat Liu Kai. "Bocah ini memiliki peluang keberuntungan yang tinggi." Patriark Zong tersenyum ke arah Kai. "Pedang yang bagus... Aku juga akan serius kali ini." Patriark Zong juga mengambil kuda-kuda. Kali ini ia menggenggam pedangnya dengan kedua tangan dan bersiap menerima serangan Kai. Kai yang juga sudah siap kemudian melesat maju sambil menghunuskan pedang muramasanya. Pertukaran serangan kembali terjadi, kali ini
Perbedaan antara Aura Pedang dan Hati Pedang terletak pada tingkatan penguasaan pedang. Kai di kehidupan lampaunya sudah menguasai Hati Pedang yang di mana hatinya sudah melekat dengan teknik pedang serta ikatan antara dirinya dengan pedang sudah sangat kuat hingga dapat membentuk hati pedang. Meski Kai berada di tubuh orang lain, jiwanya masih memiliki Aura Pedang serta Hati Pedang. Mendengar perkataan Patriark Zong, para Tetua tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya yang dalam. Bagaimana pun Hati Pedang adalah hal yang mustahil bagi mereka, bahkan memiliki Aura Pedang sudah menjadi pencapaian yang sangat tinggi bagi mereka dan memiliki Hati Pedang adalah hal yang selalu mereka dambakan dan kini mereka melihat seorang bocah yang entah darimana memiliki hal yang sangat mereka inginkan, tentulah mereka akan merasa sangat terkejut dengan hal itu. "Kakak... Apakah kau yakin itu adalah hati pedang sesuai dengan yang dikatakan ayah?" Hua Yun bertanya pada Hua Gu. Hua Gu mengangguk tanp
Para Petinggi Sekte Pedang Emas beserta Liu Kai kembali duduk di dalam tenda pertemuan. Mereka kini melanjutkan pertemuan yang sebelumnya tertunda, karena Patriark Zong memilih untuk memberikan wajah kepada Liu Kai. Saat ini Liu Kai sudah diterima sebagai sekutu dan jelas ia sekarang memiliki posisi yang sama dengan tetua sekte. Patriark Zong serta para tetua yang lain tampak diam, namun masing-masing tatapan mata mereka seolah-olah sedang berbincang satu sama lain. Liu Kai yang melihat hal ini hanya bisa mengerutkan keningnya. "Wigen... Menurutmu mengapa mereka menatap satu sama lain dan hanya diam?" Wigen tertawa kecil mendengar perkataan Liu Kai. "Mereka sedang berbincang melalui komunikasi essensi, setiap orang yang telah membentuk dantiannya dapat mengirim kan gelombang essensi satu sama lain untuk berbicara melalui batin mereka, tentu kau tidak mengerti hal itu." "Ahh, Seperti itu... Mereka terlihat sedang membicarakanku." Liu Kai tampak tidak terlalu terganggu dengan hal itu,
Sepanjang diskusi, Kai hanya mendengarkan. Ia mendapati kesimpulan bahwa Sekte Pedang Emas mencoba untuk membunuh orang-orang dari Lembah Hitam sebagai awal dari pergerakan mereka dan merampas harta benda serta hal apapun yang bisa membantu meningkatkan kultivasi. Para anggota sekte terus menaikkan tingkat kultivasi mereka, berharap bisa mengimbangi kekuatan dari sekte-sekte aliran hitam. "Rencana ini akan kita lakukan secara perlahan selama lima tahun ke depan. Jika kita memiliki kemungkinan yang tinggi, kita akan mulai untuk berperang. Saat ini kita hanya bisa bersembunyi sambil mengumpulkan kekuatan." Patriark Zong mengakhiri penyusunan rencana dengan kalimatnya, ia lalu menoleh ke arah Liu Kai. "Junior Han... Bagaimana denganmu?" Kai menarik nafas sebelum menjawab pertanyaan. "Aku berencana untuk berkelana dan memperkuat kultivasiku, serta mencari lebih banyak sekutu... Aku akan kembali ke sini dalam waktu tiga tahun." "Baiklah... Kalau begitu pertemuan ini aku akhiri, mulailah
Saat dalam perjalanan mengelilingi area Sekte, Liu Kai terhenti ketika ia melihat seorang gadis remaja tengah berlatih pedang, ia kemudian sembunyi di balik salah satu pohon dan mulai memperhatikan gadis itu berlatih. Gadis itu mempraktekkan seni pedang di bawah sinar rembulan, fitur indahnya tak luput dari pandangan Kai, di bawah sinar rembulan, keringat yang menetes pada dahinya terlihat bersinar dengan fitur wajah yang mempesona, wanita ini tak lain adalah Hua Jing. Beberapa saat Kai menonton Hua Jing berlatih ia mengerutkan keningnya dan menggumam. "Apa yang ia lakukan? Kenapa dia malah mempelajari teknik yang sangat tidak cocok dengannya?" Kai memutuskan untuk berjalan menghampiri Hua Jing, meskipun ia tidak memiliki hubungan yang baik dengan Hua Jing, namun jika berurusan dengan seni pedang mau tidak mau Liu Kai tertarik untuk memberikan beberapa tips. Melihat kedatangan Liu Kai, Hua Jing mengerutkan keningnya merasa sedikit tidak senang, namun ia tetap mempertahankan kesopan
Ekspresi kompleks bisa terlihat jelas di wajah Hua Jing, ia merasa bahagia, kagum dan bersemangat, senyum lebar yang indah tak henti-hentinya menghiasi wajahnya saat Kai memperagakan Teknik Teratai Biru Volume 2 di hadapannya. Di sisi lain, di atas puncak gunung, Patriark Zong melayang di udara ditemani oleh Hua Gu, memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh Kai. Mereka bukannya memata-matai Kai, hanya saja, kekaguman mereka terhadap Kai membuatnya ingin mengetahui lebih jauh mengenai sosok Kai sendiri. Patriark Zong tersenyum saat melihat Kai mengajarkan teknik berpedang kepada Hua Jing, cucunya. "Teknik itu sangat baik untuk seorang wanita, setelah aku merasakan sendiri saat bertarung dengannya, teknik itu merupakan salah satu teknik berpedang terbaik yang pernah aku lihat." Mendengar hal itu, Hua Gu mengerutkan dahinya. "Bukankah teknik itu berasal dari daratan ini?" Patriark Zong menggelengkan kepala. "Tidak... Memang teknik itu sedikit mirip dengan teknik berpedang Sekte Gunun