Para Petinggi Sekte Pedang Emas beserta Liu Kai kembali duduk di dalam tenda pertemuan. Mereka kini melanjutkan pertemuan yang sebelumnya tertunda, karena Patriark Zong memilih untuk memberikan wajah kepada Liu Kai. Saat ini Liu Kai sudah diterima sebagai sekutu dan jelas ia sekarang memiliki posisi yang sama dengan tetua sekte. Patriark Zong serta para tetua yang lain tampak diam, namun masing-masing tatapan mata mereka seolah-olah sedang berbincang satu sama lain. Liu Kai yang melihat hal ini hanya bisa mengerutkan keningnya. "Wigen... Menurutmu mengapa mereka menatap satu sama lain dan hanya diam?" Wigen tertawa kecil mendengar perkataan Liu Kai. "Mereka sedang berbincang melalui komunikasi essensi, setiap orang yang telah membentuk dantiannya dapat mengirim kan gelombang essensi satu sama lain untuk berbicara melalui batin mereka, tentu kau tidak mengerti hal itu." "Ahh, Seperti itu... Mereka terlihat sedang membicarakanku." Liu Kai tampak tidak terlalu terganggu dengan hal itu,
Sepanjang diskusi, Kai hanya mendengarkan. Ia mendapati kesimpulan bahwa Sekte Pedang Emas mencoba untuk membunuh orang-orang dari Lembah Hitam sebagai awal dari pergerakan mereka dan merampas harta benda serta hal apapun yang bisa membantu meningkatkan kultivasi. Para anggota sekte terus menaikkan tingkat kultivasi mereka, berharap bisa mengimbangi kekuatan dari sekte-sekte aliran hitam. "Rencana ini akan kita lakukan secara perlahan selama lima tahun ke depan. Jika kita memiliki kemungkinan yang tinggi, kita akan mulai untuk berperang. Saat ini kita hanya bisa bersembunyi sambil mengumpulkan kekuatan." Patriark Zong mengakhiri penyusunan rencana dengan kalimatnya, ia lalu menoleh ke arah Liu Kai. "Junior Han... Bagaimana denganmu?" Kai menarik nafas sebelum menjawab pertanyaan. "Aku berencana untuk berkelana dan memperkuat kultivasiku, serta mencari lebih banyak sekutu... Aku akan kembali ke sini dalam waktu tiga tahun." "Baiklah... Kalau begitu pertemuan ini aku akhiri, mulailah
Saat dalam perjalanan mengelilingi area Sekte, Liu Kai terhenti ketika ia melihat seorang gadis remaja tengah berlatih pedang, ia kemudian sembunyi di balik salah satu pohon dan mulai memperhatikan gadis itu berlatih. Gadis itu mempraktekkan seni pedang di bawah sinar rembulan, fitur indahnya tak luput dari pandangan Kai, di bawah sinar rembulan, keringat yang menetes pada dahinya terlihat bersinar dengan fitur wajah yang mempesona, wanita ini tak lain adalah Hua Jing. Beberapa saat Kai menonton Hua Jing berlatih ia mengerutkan keningnya dan menggumam. "Apa yang ia lakukan? Kenapa dia malah mempelajari teknik yang sangat tidak cocok dengannya?" Kai memutuskan untuk berjalan menghampiri Hua Jing, meskipun ia tidak memiliki hubungan yang baik dengan Hua Jing, namun jika berurusan dengan seni pedang mau tidak mau Liu Kai tertarik untuk memberikan beberapa tips. Melihat kedatangan Liu Kai, Hua Jing mengerutkan keningnya merasa sedikit tidak senang, namun ia tetap mempertahankan kesopan
Ekspresi kompleks bisa terlihat jelas di wajah Hua Jing, ia merasa bahagia, kagum dan bersemangat, senyum lebar yang indah tak henti-hentinya menghiasi wajahnya saat Kai memperagakan Teknik Teratai Biru Volume 2 di hadapannya. Di sisi lain, di atas puncak gunung, Patriark Zong melayang di udara ditemani oleh Hua Gu, memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh Kai. Mereka bukannya memata-matai Kai, hanya saja, kekaguman mereka terhadap Kai membuatnya ingin mengetahui lebih jauh mengenai sosok Kai sendiri. Patriark Zong tersenyum saat melihat Kai mengajarkan teknik berpedang kepada Hua Jing, cucunya. "Teknik itu sangat baik untuk seorang wanita, setelah aku merasakan sendiri saat bertarung dengannya, teknik itu merupakan salah satu teknik berpedang terbaik yang pernah aku lihat." Mendengar hal itu, Hua Gu mengerutkan dahinya. "Bukankah teknik itu berasal dari daratan ini?" Patriark Zong menggelengkan kepala. "Tidak... Memang teknik itu sedikit mirip dengan teknik berpedang Sekte Gunun
Kai berlari dengan kecepatan yang stabil menjauhi daerah pemukiman Sekte Pedang Emas. Semakin lama ia berlari semakin dalam ia memasuki area hutan. Kegelapan mulai menyelimuti daerah di sekeliling Kai, meski hari masih siang, namun pepohonan rimbun serta dedaunan yang berukuran cukup besar menutupi sinar matahari. Aura mencekam mulai terpancar di area hutan yang dalam. Meskipun Kai di kehidupan lamanya tak kenal takut, namun kondisi tubuhnya saat ini masih tergolong lemah dan itu memberikan sedikit rasa khawatir di benaknya. Kai perlahan-lahan menyusuri area hutan, sebisa mungkin ia menyamarkan auranya agar tak mengundang perhatian hewan buas yang jauh lebih kuat dari dirinya sendiri. Sambil memperluas sense spritual nya, Kai memperhatikan area sekeliling nya sejauh lima puluh kilometer. Semenjak kualitas tubuh Kai naik ke tingkat Pendekar Kelas 1, ia juga dapat memperkuat jiwa spritual dari tubuh itu, membuat kekuatan spritualnya naik satu tingkat. "Wigen... Apakah kau yakin ini ar
Niat membunuh bisa dirasakan di udara, datang dari sekililing Kai, udara yang sebelumnya mencekam kini dipenuhi oleh aura membunuh. Kai mengedarkan jejak spritualnya dan mengunci setiap serigala yang datang. Ia menemukan setidaknya ada 20 ekor dari mereka. Setelah mengetahui hal ini, Kai tersenyum canggung. "Hanya 20 ekor serigala Tiger Soul First-Stage, sangat mudah bagiku..." Para Serigala itu mendapati Kai hanyalah Pejuang tingkat Wolf Soul Late-Stage, satu tingkat di bawah mereka, membuat mereka percaya diri untuk melawan Kai, namun dalam kenyataannya, jika digabungkan dengan teknik berpedang, tingkat spritual serta kualitas tubuh Kai, ia sanggup melawan musuh yang setara dengan Dragon Soul First-Stage, yang berarti hampir dua tingkat dari kultivasi tubuh Bai Han saat ini. Weng! Muramasa Sword berdengung saat Kai menghunuskannya, itu tampaknya merasakan aura pembunuh di sekitarnya, merasa bahagia dan haus darah, Kai menggelengkan kepalanya saat merasakan Qi miliknya diserap oleh
Keempat kaki Serigala Raksasa itu bergerak secara bersamaan, menggerus tanah dan menerbangkan debu, ia berlari cepat sebelum melompat dan mengarahkan salah satu cakar depannya ke arah Kai.Kai mendengus dingin sebelum menghunuskan Muramasa Sword dan tanpa menahan diri ia mengalirkan sejumlah besar Qi pada pedangnya, membuat suara mendengung. Kai mengayunkan pedangnya dan menyambut serangan cakar Serigala itu.Ledakan!Tabrakan singkat namun penuh dengan energi menghasilkan ledakan yang cukup keras. Setelah tabrakan itu, Kai dipaksa mundur selusin langkah. Hal ini membuktikan bahwa kekuatan kasar dari tubuh Kai tidak sebanding dengan kekuatan yang dimiliki Serigala Raksasa itu. Di sisi lain, kejutan terlihat di kedua bola mata Serigala, ia juga terpaksa mundur tiga langkah. Meskipun ia sedikit lebih unggul dalam tabrakan tersebut, ia tetap merasa terkejut, ia menganggap Kai hanya lawan yang lemah, namun ia tidak menyangka bahwa Kai bisa menahan serangan penuh dan tanpa terluka.Serigala
Kai terengah-engah sebelum mencabut pedangnya dan mundur ke belakang. Dengan lambaian tangannya, Muramasa Sword menghilang seketika. Ia kemudian duduk dengan posisi bermeditasi, mencoba mengembalikan energinya.Wajah Kai tampak pucat, ia hampir kehilangan seluruh energi yang ia miliki, perlu diingat, ketika Kai menggunakan Niat Pedang, maka konsumsi akan energi spritualnya akan dengan sangat banyak terkuras mengingat kualitas tubuh Bai Han yang masih tergolong lemah dibandingkan dengan beban dalam penggunaan Niat Pedang.Ketika Energi Spritual digunakan terlalu banyak, tubuh akan melemah hingga titik tertentu dan membutuhkan beberapa waktu bermeditasi untuk memulihkan Energi Spritual yang hilang. Dalam kehidupan sebelumnya, Kai sangat ahli dalam penggunaan Energi Spritual, Energi Darah serta Kemampuan Berpedang. Hanya di dunia ini yang menggunakan Energi Esensi yang tidak Kai ketahui sama sekali. Saat Esensi Qi dalam tubuhnya diserap oleh Muramasa Sword, ia tidak dapat mengontrol pengg