Share

Sri Sultan
Sri Sultan
Penulis: Esi Apresia

BEGINNING

“Kenapa aku bisa melakukan ini?”

Melawan semua pasukan dengan hebat, membuat  seorang pemuda berumur dua puluh tahun bernama Mustafa Zulfikar semakin tidak mengerti. Apalagi kehebatannya dalam bertarung dan menggunakan pedang, menebas semua sosok hingga kehilangan nyawa.

Dalam sekejap, ratusan prajurit bisa dia habisi dengan mudah. Tubuhnya masih diam menatap hamparan luas yang sudah berhiaskan mayat. Dalam pikirannya berisi setumpuk tanya. “Siapa diriku?”

“Mustafa, kau baik-baik saja?” Suara pria yang sudah mengasuhnya selama dua puluh tahun, datang dengan cepat. Pandangan lurus ke depan Mustafa, kini terarah pada Agha yang masih mengatur napasnya akibat berlari.

“Agha, aku baik-baik saja,” jawabnya masih menyorotkan mata tepat di tatapan Agha yang mengernyit.

“Mustafa, apa yang kau pikirkan?”

Mustafa kembali menatap semua mayat dan penduduk bawah bukit yang bersorak atas kemenangan mereka. “Kita pergi Agha,” ucapnya berjalan mencari tempat yang sedikit tenang. Mencoba menenangkan diri, itulah yang Mustafa lakukan.

“Agha, siapa aku?”

Perkataan Mustafa membuat Agha terkejut bukan main. Dia masih diam berpikir sejenak dengan pertanyaan yang belum dijawabnya. “Agha, katakan!” Suara tegas Mustafa membuat wajah Agha yang semula menunduk, kini terangkat.

“Anda akan mengetahui di saat yang tepat,” jawab Agha singkat. Kedua mata Mustafa seketika membelalak.

“Jelaskan kepadaku!” sambung Mustafa lebih tegas dari sebelumnya.

“Pasukan yang datang, semua itu perintah Ratu. Saya akan membawa Anda pergi menemui ahli ramal. Di sana, jati diri Anda yang sebenarnya akan terungkap.”

Keresahan Mustafa tercetak jelas di wajahnya. Dia merasakan takdir besar akan datang menimpa dirinya. Mustafa kembali menatap Agha yang masih bergeming. “Bawalah aku ke sana, Agha.”

“Saya akan membawa Anda besok. Karena ahli ramal hanya bisa ditemui saat matahari tepat di tengah bumi.”

Mustafa menganggukkan kepalanya, membuat Agha merasa lega. Dia berharap Mustafa bisa mengikuti semua perkataannya. Agha sejenak mengatur hatinya. Ini adalah saatnya Mustafa mengetahui, siapa dirinya.

"Agha, apakah sesuatu yang sangat besar menjadi tanggung jawabku?"

Agha hanya menganggukkan kepala tanpa berucap. Mustafa semakin diam menatap Agha.

***

Bagaikan Negara tak bertuan. Rakyat terpaksa hidup dalam keadaan berbahaya, yang disebabkan raja baru mereka. Rakyat sangat menderita akibat invasinya. Namun tidak dengan penduduk tersembunyi di bawah bukit air terjun terbesar di negeri itu yang memiliki Mustafa. Mereka selalu saja memenangkan semua pertarungan jika musuh menyerang.

Waktu berjalan cukup singkat. Dua puluh tahun membuat Mustafa tumbuh menjadi pemuda hebat atas asuhan sepasang suami istri yang menemukannya, ditambah Agha yang selalu menjaganya. Sosok Mustafa yang ramah dengan visual ketampanan tak terkalahkan, membuat penduduk seolah-olah memiliki pemimpin yang sudah lama mereka nantikan.

“Agha, aku ingin menyegarkan diriku. Setelah itu, kita akan menemui ahli ramal.”

“Baik, Mus--.”

Mustafa berlari kencang membuat Agha tidak sempat berkata. Larinya yang sangat kencang, membuat siapapun tidak bisa mengejar. Setiap hari dia selalu menatap ke atas bukit dengan air terjun yang menutupinya. Dia selama ini hanya mengetahui berita atas bukit melalui seseorang yang bertugas.

“Ada apa di sana?” gumam Mustafa terus menyorot tajam ujung bukit yang sangat tinggi hanya memperlihatkan akar rambat hijau. Dia memang tidak pernah berkeinginan untuk memeriksanya. Penyerangan mendadak prajurit yang membuat resah penduduk bawah bukit, membuat Mustafa melakukan itu.

“Apakah ada kehidupan lain di sana?” batinnya terus melamunkan sesuatu tentang rasa penasarannya. Hingga Mustafa mendengar alunan yang sontak membuatnya terkesiap. Mustafa memejamkan kedua mata menikmati merdunya musik harmonika.

“Suara itu … ada di atas bukit.”

Mendadak netranya terbuka setelah ratusan kupu-kupu menyerupai sosok wanita menyentuh kulit. Mustafa dengan cepat berlari kencang mengikuti semua binatang bersayap indah itu yang seakan melambai ke arahnya. “Mustafa …” Sejenak telinga Mustafa merasakan suara lembut yang memanggil.

“Aku akan menemukanmu. Memeriksa atas bukit, tidak salahnya aku coba."

Kakinya yang sangat gesit, dengan tangan kekar sekuat baja, menaiki bebatuan tanpa menghiraukan ketinggian. Semua kupu-kupu masih mengiringinya. Dengan keberanian dia melompat tinggi mencapai seberang bukit.

“Aku akan mencapai atas.”

Senyuman Mustafa mengembang saat mendengar alunan musik semakin terdengar jelas. Kedua tangannya mengepal. Tubuh kekar itu sedikit menunduk, untuk mengambil posisi sebelum kembali melompati bukit yang lebih tinggi.

“Aku harus bisa melompat!”

Kakinya berlari sekencang kuda. Telapak kaki kanannya mulai menghentak keras di atas tanah saat berada di ujung. Lompatan sekuat singa, berhasil meraih ujung batas bukit.

“Hah, sangat tinggi sekali.” Tangannya dengan kuat menahan akar pohon yang berhasil diraih. Tubuh kuat itu kini tergelantung sangat tinggi dari tanah. Namun keberanian selalu berada di hatinya.

“Aku akan melihatmu sebentar lagi,” gumam Mustafa menaiki atas bukit perlahan dengan akar pohon yang menjalar hingga dia bisa berhasil mencapai puncak.

“Apa ini?”

Mustafa tidak percaya apa yang dia lihat sangat berbeda. Dia berada di tengah padang rumput yang dikelilingi hutan belantara dengan sungai di tengahnya.

“Tolong!” teriak seorang wanita berlari menghindari beberapa laki-laki berjubah hitam yang mengejar.

Mustafa mendadak mengikutinya. Wanita itu sangat gesit. Mustafa terus berlari hingga masuk ke dalam hutan yang cukup gelap. Ditambah matahari tidak bisa masuk ke dalam untuk memberikan sinarnya.

“Pedang!” teriak wanita itu mengulurkan salah satu tangannya. Sebilah pedang dilemparkan seseorang dalam kegelapan. Tubuh sang wanita melompat tinggi, menangkap pedang hitam berkilau yang melesat ke arahnya. “Hah!” Dengan cepat dia menebas dua laki-laki sekaligus di hadapannya. Kehebatan wanita itu menggunakan senjata tajam, semakin membuat Mustafa terpana.

“Hebat sekali dia,” ucap Mustafa tersenyum. Dia memanjat pohon secepat kera. Mengamati sosok Hawa sangat indah dengan rambut hitamnya yang tersanggul rapi dari atas.

“Siapa dia?”

Semua musuh dengan cepat menerima hunusan pedang, dan kini tergeletak di tanah. Mustafa perlahan menuruni pohon, berdiri di belakang wanita yang masih menatap tegang. Hidungnya mengendus bau harum yang semakin membuat Mustafa bergetar. Namun dia segera menghilang saat wanita itu membalikkan tubuhnya.

“Siapa?” teriaknya mengamati sekitar. Mustafa masih diam tidak menunjukkan diri. Tubuhnya tetap setia bersembunyi di belakang pohon.

“Beberapa orang akan menyerangnya,” batin Mustafa merasakan sesuatu saat menatap tanah. Pasir yang semula tenang, sedikit terangkat ke udara akibat hentakan beberapa kaki kuda berlari ke arahnya. Kedua mata Mustafa memandang setajam elang. Pendengaran yang sangat peka, membuat Mustafa akhirnya berlari mendekati wanita itu.

“Zab!”

Anak panah tajam yang melesat berhasil dengan cepat ditangkapnya. Jantung sang wanita kini terbebas dari kematian.

“Kau, siapa?” Wanita itu menatap Mustafa yang masih tersenyum. Tanpa sadar, dengan cepat Mustafa menarik pedang dari genggamannya, menebas semua puluhan anak panah saat mengarah kepadanya.

“Kekuatannya seperti raja hutan. Kehebatan pedang itu … ramalan yang selama ini tidak diakui, kini benar-benar ada di hadapanku. Tubuhnya sekuat pohon beringin. Kakinya secepat kuda,” batin Wanita itu masih terpaku dengan kehebatan sosok di hadapannya.

Mustafa dalam sekejab menghabisi semua pemanah yang kini tidak bernyawa. Perlahan wanita itu mendekati Mustafa lalu menepuk pundaknya. Mustafa membalikkan tubuhnya semakin tersenyum.

“Siapa kamu?” Wanita menggunakan baju tempur, masih diam terkejut menatap sosok lelaki yang terus memandang dengan menampilkan iris berwarna cokelat nan indah.

“Sangat indah,” balas Mustafa berdiri tersenyum membalas pandangan paras indah dan menawan sosok di hadapannya.

“Indah?” Kedua mata hitam wanita yang baru ditemuinya, semakin mengernyit menatap Mustafa yang masih menumbukkan tatapan kehangatan.

Perlahan jemari Mustafa menepis daun yang akan mendarat di wajah secerah awan telah memikat hatinya. Tatapan mereka saling menyorot tajam. “Hatiku bergetar menerimanya. Apakah ini?” batin Mustafa masih dalam diam.

“Putri! Pedang Legenda ditemukan!” Seorang laki-laki berlari bersama beberapa pengikutnya, memberikan kabar yang dia dapat dari ahli ramal. Beberapa prajurit yang semula bersembunyi di balik pohon, akhirnya berhamburan keluar.

“Apa?” tanyanya terkejut. Dia membelalakkan kedua matanya. Hatinya semakin yakin saat menatap Mustafa, hingga akhirnya berkata, “Apakah itu dia?”

“Siapa?”

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Jay
Dhuuuuuuuuuaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrr ......
goodnovel comment avatar
Akang Trie
cerita mirip bahuballi 2 nih,dr film india,apa inspirasi dr filmnya yah..
goodnovel comment avatar
Rainfall
aku keinget mustafa kemal pasha pas baca namanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status