Share

Rayuan Aigul

Zivana merasa resah. Di dalam kamarnya, dia selalu menahan hatinya. Pikirannya bergelud tanya. Apakah Mustafa akan memegang janjinya? Hingga lamunannya teralihkan suara ketukan pintu.

“Masuklah,” ucap Zivana sedikit keras.

Pelayan wanita masuk membawa nampan dengan buah-buahan segar. Jemarinya dengan sigap mengatur semua isi nampan di atas meja. Zivana masih saja duduk sembari menggeleng pelan karena perasaan gelisah. Pelayan melirik Zivana, perlahan mendekatinya. “Apakah Putri ada masalah? Maafkan hamba yang lancang menanyakannya,” kata Pelayan masih menundukkan kepala.

Zivana hanya sedikit tersenyum. Dia menganggap perasaan yang dia rasakan adalah pribadi. “Kau boleh keluar,” ujarnya membuat Pelayan masih diam di tempat.

“Putri, maafkan hamba. Mungkin hamba terlambat mengantar buah kesukaan, Anda. Hamba harus mengantar Putri Aigul di sungai.” Pelayan masih saja menundukkan kepala sembari tersenyum dengan l

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status