Share

Bab 7

Status WA Mantan Istri Suamiku 7

 Hans hanya bisa menundukkan kepalanya ketika mendengar apa yang dikatakan Klara. Demi apapun, dia tidak ingin berpisah. Bukan karena Hans akan langsung menjadi miskin ketika bercerai, tetapi karena dia memang sungguh-sungguh mencintainya.

 Akan tetapi, berbeda dengan Klara. Baginya, pernikahan itu bisa bertahan bukan karena cinta. Namun, karena kepercayaan, saling menghargai, dan bekerja sama untuk meraih kebahagiaan pasangan masing-masing. 

 Setelah pulang ke rumah masing-masing, Klara langsung mengemas barang-barangnya. Hans yang melihat hal itu pun langsung menahan Klara.

 "Mas mohon, jangan lakukan itu, Kla." Hans menggenggam tangan Klara erat, ia takut kalau istri yang dua tahun menemaninya dari nol itu tiba-tiba pergi dari hidupnya.

 Klara tersenyum sinis. "Pernahkah Mas pikirkan bagaimana perasaanku ketika Mas mengunjungi rumah Mbak Rima begitu saja tanpa izin? Ditambah dengan beberapa kebohongan yang sepertinya sudah seringkali dilakukan, apa pernah?"

 "Maaf, Kla. Mas melakukan ini semua ada alasannya." Hans tetap mengelak. 

 "Alasan apa?" Klara tersenyum getir, ia tahu kalau Hans memang menyembunyikan banyak rahasia. Sementara dirinya tidak punya apapun yang ditutupi dari Hans. Semuanya sudah sangat terbuka.

 Bukannya menjawab, Hans malah menundukkan kepalanya.

 "Katakan, apa alasannya? Kalau tidak, aku akan tetap pergi dari rumah ini!" Klara berbicara tegas.

  "Aya naon iye, teh?" Seorang pria tiba-tiba masuk ke dalam rumah mereka ketika mendengar keributan, tidak permisi sama sekali. Dia berbicara dengan bahasa daerah.

 "Istri saya mau pergi, Gas." Hans berucap dengan lesu.

 Laki-laki itu ternyata Bagas. Sahabat sekaligus tetangganya mereka.

 "Kenapa atuh, Teteh?" Bagas langsung mendekat ke arah mereka.

 Melihat ada orang kain di rumahnya, Klara pun memilih duduk. "Mau minum apa, Kang?" Ia menawarkan.

 "Tidak usah, Teh. Maaf, tadi saya lancang masuk ke sini. Bukan apa-apa, saya memang ada hal gawat yang harus disampaikan sama Teteh dan Suami. Berhubung tadi saya sempat mendengar keributan, jadi langsung masuk. Karena menurut saya bicara pun percuma, kalian gak akan pada denger." Bagas memang terbiasa berbicara dengan logat tempat tinggalnya.

 "Gapapa." Hans dan Klara menjawabnya bersamaan.

 "Tadi saya dapat pesan, katanya Bu Hajah mau ke sini." Bagas berbicara lebih serius.

 "Apa?" Klara dan Hans sama-sama terkejut.

 Bu Hajah yang Bagas maksudkan adalah ibunya Hans. Wanita yang dengan garang membuat Rima meninggalkan rumah dan sangat menyayangi Klara.

 Jika Bu Hajah datang ke sini dan tidak menemukan Klara, dia tidak akan mau makan dan minum sampai Klara datang. Hans bahkan mengatai kalau ibunya itu berlebihan, tetapi ia langsung kalah telak. Apalagi Bu Hajah tidak pernah terima jika ada yang mengata-ngatai menantu kesayangannya itu.

 "Tuh, kan! Cepat bantu aku untuk simpan barang-barangmu kembali!" Hans langsung sibuk mengembalikan barang-barang yang sudah dimasukkan Klara ke beberapa tas besar.

 "Cukup, biarkan saja seperti ini. Mama juga gak akan lama!" Klara segera merebut beberapa tas dan kopernya.

 "Enggak boleh. Nanti aku yang akan kena marah, bukan dirimu!" Hans tetap ngotot dan dia berusaha untuk mengambil tas dari Klara satu persatu.

 Sementara Bagas hanya memperhatikan mereka dari jauh. "Kok malah jadi kaya anak kecil." gumamnya heran lalu menggelengkan kepalanya. "Mungkin ini cara pasangan suami-istri beri berinteraksi." lanjutnya polos.

 "Bodo amat! Yang kena marah itu dirimu, Mas. Aku lebih bahagia kalau kau dimarahi!" ucap Klara setengah berteriak.

 "Kau! Mau menjadi istri durhaka dan tidak akan dapat mencium aroma surga?" Hans pun sedikit membentak.

 "Tergantung, suaminya seperti apa dulu. Kalau tukang bohong, penipu, memang pantas ditinggal!" Klara mulai berteriak dan dia menarik tas yang ada di tangan Hans dengan sekuat tenaga sampai laki-laki itu terjatuh.

 "Penipu apanya? Aku hanya ingin menemui anak-anakku, itu saja Desi yang memintaku untuk jalan-jalan bersama Rima agar kita terlihat seperti keluarga." Hans menjelaskan.

 "Wah, enak sekali hidupmu, Mas. Ingin terlihat seperti keluarga dengan mantan istri, tetapi melupakan istri di rumah. Berbohong lagi, katanya bisnis. Alah, laki-laki pendusta!" Klara mengungkapkan isi hatinya.

 Tanpa mereka sadari, ada satu pasang mata lagi yang menetap tajam ke arah Hans. "Maksudnya kau menemui perempuan tidak tahu malu itu dengan mengelabui istrimu?" orang itu semakin menajamkan tatapannya. "Sepertinya kau memang minta dihajar, pipi mana yang mau kau pilih?"

Bersambung ....

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status