Share

Bab 6

Status WA Mantan Istri Suamiku 6

 Anya mengarahkan ponselnya kepada orang-orang yang terlihat seperti keluarga kecil itu dan berhasil mengambil beberapa foto untuk membantu Klara. Sementara Klara sendiri malah membalas pesannya lagi.

 Ada rasa bahagia dalam hati Klara ketika tahu bahwa suaminya tidak jujur, itu berarti Hans sedang memberikan jawaban padanya, kalau Hans sudah tidak ingin mempertahankan pernikahannya dengan Klara.

 "Rekan bisnis, ya. Maaf kalau aku menunggumu, Mas. Tapi, apa yang sedang kalian bicarakan?" balas Klara disertai emoticon berpikir.

 Pesan yang dikirimkan sudah ceklis dua abu, Hans saat ini memang sedang memainkan ponselnya. 

 "Kamu ingat tentang teman yang mengajak aku untuk membuka restoran, kan?" balas Hans yang hanya berisi dengan kebohongan.

 "Tentu saja aku ingat. Aku kan doyan makan, jadi rasanya gak mungkin kalau lupa." Klara membalasnya cepat.

 "Iya, Mas ketemu sama orang itu. Kita sedang membahasnya sekarang. Nanti kamu pasti bakal suka konsepnya." Hans membalasnya malas-malasan. Awalnya, ia ingin melepaskan penat bersama kedua anaknya, tetapi Klara masih terus mengirimkan pesan.

 Jika tidak dibalas, ia takut Klara akan curiga.

 "Pa, kok lihatnya ponsel terus? Aku kan maunya hari ini kita bersenang-senang." protes Desi sambil memasang wajah kesal.

 "Iya, Mas. Kamu kan udah janji sama aku dan anak-anak untuk menghabiskan waktu bersama." Rima mulai merajuk.

 "Iya, bentar dulu, ya. Papa punya perlu dulu." Hans mengusap puncak kepala Desi. "Bentar dulu, ya." ucapnya pada Rima yang hanya cemberut mendengar alasan Hans.

 Klara menyaksikan semuanya sambil perang batin, tetapi Anya semakin menguatkan hatinya. "Jangan tahan, lepaskan saja." bisiknya di telinga Klara.

  "Emang konsepnya bagaimana, Mas?" balas Klara, tetapi kali ini Hans sudah tidak membalasnya lagi karena ponselnya direbut oleh Rima.

 "Buat apa nanti kalau bisa sekarang?" Rima menatap Hans dengan sinis.

 Melihat hal itu, Klara dan Anya langsung mendekat ke arah mereka. Kini jarak mereka hanya beberapa langkah saja.

 "Jadi ini yang kamu bilang sedang bersama rekan?" tanya Klara dengan suara yang lantang. 

 Mendengar suara wanita yang terasa familiar, Hans langsung menatap kedua wanita yang ada di hadapannya. Matanya membulat sempurna dan mulutnya tertutup rapat.

 "Apaan, sih, ganggu aja." Dengan tidak tahu malu, Rima memeluk lengan Hans 

 Hans segera menyingkirkan tangan Rima dan berusaha untuk bangun, tapi Rima kembali membuatnya terduduk. "Sudahlah, Mas. Toh dua juga ke sini dengan temannya, kok." protes Rima.

 Berbeda dengan anak-anaknya Rima yang langsung memeluk Klara. "Mama, aku kangen."

 Klara memeluk mereka sekilas, setelahnya segera menjauhkan diri. "Mulai sekarang kalian tidak akan kangen lagi, karena Mama Kak Desi sama Susi akan selalu ada di samping kalian." ucap Klara membuat Hans kaget.

 "Maksudnya kamu mau membawa anak-anak ke rumah kita, Kla?" tanya Hans antusias, ia pun bangun menghampiri. "Ya ampun, terima kasih banyak kamu sudah memikirkan anak-anakku."

 "Bagaimana?" Klara malah menyipitkan matanya.

 "PD banget, sih jadi orang." Anya tersenyum kecut.

 "Benar kan apa yang aku bilang?" Hans kembali menegaskan kalau dia menunggu jawaban dari Klara.

 Sebelum Klara menjawab, Hans sudah tidak sabar untuk memeluk Klara. Namun, Klara langsung mendorong tubuhnya. "Sepertinya kamu sudah mengerti, Mas."

 "Maksudnya?" Hans menatap Klara heran. Dia berpikir kalau apa yang dikatakan Klara tidak ada masalah apapun.

 "Mama yang  aku maksud bukan diriku, melainkan Mbak Rima." ucap Klara tegas membuat Hans mendadak diam

 "Apa yang kau katakan?" Rima pura-pura tidak faham.

 "Muna, Lo!" Anya terbawa emosi.

 Klara menatap Hans lekat. "Mulai saat ini, aku melepasmu untuk kembali bersama Mbak Rima, Mas. Kembalilah padanya demi anak-anakmu dan demi dirimu agar tidak lagi berbohong padaku."

 "Apaan, sih. Siapa juga yang mau kembali, aku hanya mencintaimu." Hans menolak keras.

 "Cinta? Mana ada cinta berdusta, Mas. Enggak ada. Sebaiknya kita berpisah dan ingat, harta yang kau punya hanyalah rumah. Mobilmu dan semua aset atas namaku. Jadi, aku tidak mengizinkan kamu untuk membawanya!" tegas Klara membuat Rima tersulut emosi.

 "Apa maksudmu? Bagaimana bisa Mas Hans menjadi miskin lalu kau berikan lagi padaku?" teriaknya tidak terima jika Hans kembali menjadi miskin. Karena dulu, alasan terbesar Rima meninggalkannya karena dia miskin.

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status