Share

Stetoskop Hati
Stetoskop Hati
Penulis: itsluvi_

Prolog

Menjadi bagian dari hidup dia mungkin  tidak ada dalam dongeng kehidupan yang kurancang. Dia masuk sebagai orang asing yang tidak tahu malu, perlahan menyusup ke dalam ruang hati yang sudah terlalu lama menyepi sendiri.

Terlalu gampang untukku jatuh cinta padanya. Terlalu gampang untukku percaya padanya. Pada kenyataannya, dia yang mengambil hatiku masih terbelenggu masa lalu. Lantas apa peranku yang sebenarnya bagi dia?

Pelampiasan?

Pelarian dari masa lalu?

Semurahan itukah aku?

Dan sekarang, aku duduk di sini. Di tengah-tengah para tamu undangan yang hadir. Dengan balutan kebaya hitam modern lengkap dengan paes, kembang goyang, dan untaian melati yang menjuntai dari kepala sampai dada sebelah kanan. Jangan lupakan sanggul besar yang menempel di kepala dengan hiasan tujuh cunduk. Ini berat sekali. Sementara di sebelahku, duduk seorang lelaki berpakaian beskap hitam lengkap dengan blangkon yang menutupi kepalanya.

Keringat dingin mulai menyerangku, tiba-tiba saja perutku seperti ditekan hingga kaku. Kedua tanganku saling meremas di pangkuan. Ini sangat menegangkan. Aku sampai tidak berani melihat semua wajah yang duduk di depanku.

“Pak Kamal silakan jabat tangan saudara Galih dengan yakin,” kata penghulu.

Jantungku semakin bergemuruh, napasku memburu tidak beraturan. Apalagi saat mendengar Ayah membacakan ijab dengan sangat tenang.

“Saudara Galih Prasetya Wijaya bin Rahadi Wijaya, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya Naditya Pramesti binti Kamal Pahlevi dengan maskawin seperangkat alat salat dan uang tunai sebesar lima juta lima ratus lima puluh lima ribu lima ratus lima rupiah, dibayar tunai.”

Lalu waktu seolah berhenti, beberapa detik kuhitung namun tak kunjung ada balasan dari ijab yang Ayah bacakan.

“Saya terima nikah dan kawinnya Rai...”

Menutup mata seiring harapan yang kembali runtuh. Rai? Aku ingin menangis sekarang. Dua kali, dua kali dia melakukan hal menyakitkan seperti itu.

“Maaf, bisa diulangi?”

Apa yang sebenarnya sedang aku lakukan? Mengapa aku harus berada di sini sekarang? Terjebak dalam situasi yang sama sekali tidak menguntungkan buatku.

Aku meliriknya, dan dia langsung menoleh ke arahku. Bibirku melengkungkan senyum tipis dan miris, sementara dia melempar tatapan menyesalnya padaku. Bullshit!

Mana bukti dari semua janjinya?

Begitu sulitkah menghilangkan sosok Mbak Raina dalam hidupnya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status