Home / Romansa / Story WA Istriku / 2. Mari Berpisah

Share

2. Mari Berpisah

Author: AirinNash
last update Last Updated: 2021-10-27 16:40:39

"Mari akhiri ini, Mas!" katanya memandangku dengan kaca mata hitam yang dipakainya. 

"Apa maksudmu, akhiri?!"

Aku mencebik padanya. Pasalnya kondisi Abi juga sedang sakit jika ditambah permasalahan ku maka aku takut kesehatannya akan bertambah buruk. 

"Kamu bodoh atau apa, Mas. Akhiri artinya kita berpisah," ucap Naya dengan wajah datarnya. 

"Tutup mulutmu dan hapus story mu. Apa kamu gak malu jadi bahan pembicaraan orang, Naya. Harusnya kamu nutupi perbuatan ku, sebagai istri seharusnya kamu mendukungku!" ucapku lagi dengan suara meninggi merasa marah dengan sikap dingin Naya. 

"Nutupi kata kamu, selama ini apa kurang ku, apa? Kamu lebih senang nongkrong sama teman-teman kamu. Bahkan kamu udah punya pacar baru. Kamu kira aku bodoh. Apa harus aku tutupi terus kesalahan kamu dan kita berpura-pura jadi keluarga bahagia?

Aku harus ngikuti seminar keluarga bahagia dimana aku jadi pemateri. Kamu gak pikirin perasaan aku. Aku hancur ketika menyemangati mereka sementara rumah tangga kita berantakan. Aku udah gak tahan sama sikap kamu, Mas!"

Naya berkata dengan suara bergetar. Emosi yang selama hampir enam tahun kami berumah tangga dikeluarkannya. 

"Naya, Abi sakit dan kamu harus ngerti. Aku akan menjadi penerus Abi di yayasan. Kita sebaiknya sudahi ini," ucapku mencoba menenangkannya.

Namun Naya menghapus kasar wajahnya tanpa membuka kacamatanya. Aku tahu dia seharian menangis dan mengumpulkan kekuatan besar serta keberanian untuk melakukan semua ini. Dengan cibiran Naya memandangku. 

"Harusnya kamu tahu kondisi Abi mu seperti apa sebelum kamu selingkuh. Kamu lupa pernah melakukannya dan aku memaafkanmu karena Ummi minta aku tak perpanjang masalah ini. Sebenarnya aku tak suka pengkhianatan.

Namun aku memberimu kesempatan karena Ummi bilang kamu akan berubah, tetapi apa kenyataannya? Penyakitmu malah tambah parah, Mas. Harusnya kamu sadar kalau putera pengurus yayasan tidak baik membuang waktu yang tidak berguna seperti nonton bola sampai subuh, bermain internet dan game sampai lupa waktu.

Bahkan kamu mengorbankan masa depan Ahmad yang butuh ayah nya!" kata Naya dengan suara bergetar. Aku mendesah karena ucapannya adalah kebenaran dan bagaimana aku membela diriku.

"Aku tahu Naya, aku bersalah namun untuk sekarang lebih baik kita pikirkan lagi dan cari jalan tengah," ucapku dengan lembut agar Naya mau mengerti.

Aku tak bisa korbankan reputasi ku sebagai calon pemimpin, dimana calon pemimpin harus punya marwah yang baik dimata masyarakat.

Aku sebenarnya tidak siap dengan semua ini. Namun aku dituntut Abi dan Ummi untuk menjadi dewasa. Ya, aku harus dewasa sebelum waktunya. Berat jadi anak seorang pemimpin yayasan.

Yayasan sekolah Full Day Islamic School yang dibangun keluargaku secara turun temurun mulai dari Kakek buyut ku. Aku dituntut untuk sempurna disana. Aku juga didapuk menjadi duta untuk mengisi acara keluarga muda bahagia seperti Naya. Kami berdua atau terkadang salah satu dari kami diminta menjadi pemateri. 

Usia pernikahan yang dikatakan terlalu muda. Aku menikahi Naya diusia dua puluh satu tahun. Dimana aku baru lulus kuliah dan Naya dua puluh tahun. Sama sekali tanpa saling kenal terlebih dahulu. Karena Abi dan Ummi yang menjodohkan kami. 

Aku sampai sekarang tak tahu apa itu cinta. Karena aku dan Naya mungkin tak saling cinta. Yang ada kami terpaksa menikah, aku juga tak tahu bagaimana isi hati istriku yang sesungguhnya. Aku ingin menolak pernikahan ini namun Abi dan Ummi bersikeras aku menikah agar aku lebih bertanggung jawab. Aku dipaksa membimbing Naya yang notabane nya tidak tahu apa-apa. 

Ummi mengenal Ibu Naya, mereka bersahabat. Kata Ummi Naya adalah korban broken home, di mana dia tumbuh dengan Ayah yang tinggal jauh di Jerman. Orang tua Naya menikah dalam keadaan berbeda agama.

Ah, pernikahan seperti itu biasa terjadi di negara ini. Setelah orang tua Naya bercerai, Mamanya meminta agar dia dijodohkan saja denganku dengan dalih Naya akan banyak belajar agama di lingkungan sekolah ini dimana nuansa pendidikan sangat kental disini. Mamanya ingin Naya menjadi lebih religius dan agamis. 

Gayung pun bersambut dimana Abi setuju aku menikahi Naya. Aku mengenalnya beberapa bulan namun hubungan kami hanya tegur sapa saja. Aku begitu shock saat orang tuaku meminta aku menikahi gadis yang aku juga tak pernah intens berkomunikasi dengannya. Keterpaksaan ya hanya keterpaksaan aku menikahinya untuk menghormati orang tuaku dan Mamanya. 

"Aku bosan, aku muak dan capek ngadapin kamu. Jalan tengah dan tengah. Aku lelah, Mas. Kamu tidak menepati janji kamu. Kamu pernah berjanji sebelum menikahi aku dan apa nyatanya semua palsu!" katanya sengit.

Aku merasa muak sekali dengan sikap Naya. Harusnya dia berterima kasih sama aku karena dahulu aku mau menikahinya. 

"Naya, harusnya kamu berterima kasih sama aku karena Mamamu memohon agar aku kawin sama kamu. Sekarang ini ucapan kamu itu!" 

"Kamu memang egois, Mas. Udah tahu kamu yang salah dan kamu yang selingkuh namun kamu masih mencoba mencari pembenaran atas sikapmu. Aku muak sama l*ki-laki pend*st* kayak kamu!" 

"Oke, apa mau kamu, Apa? Ha!"

Aku sudah tak tahan dan semakin tersulut emosi akan sikap Naya. 

"Aku mau perpisahan, dan kamu jangan mencoba menghalangi itu. Ahmad anakku dan akan bersamaku," ucap Naya.

Kali ini kacamata hitam yang dipakainya dia buka secara cepat dan netranya yang membulat besar itu menatap garang diriku. Tatapan kami mengunci dalam kebencian. 

"Sedang apa kalian, apa kalian bertengkar lagi? Naya, Syahdan. Ummi dan Abi tidak mau ada perceraian, titik."

Sebuah suara mengagetkan kami. Sepasang Netra Naya dan diriku menoleh melihat Ummi yang sudah berdiri menatap kami berdua marah. 

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yung
kallian tak mau anak kalian bercerai,tapi putra kalian berhianat kalian diam saja,naya itu terluka hati nya tau nggak,anak sama orang tua sama sama penghianat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Story WA Istriku   50. End

    Story Wa Istriku bag 50.**PoV Syahdan."Nay, kita diundang di acara pernikahan boy dan Vika. Kita datang ya?" Ucapku pada Naya, dia hanya tersenyum samar."Aku malas, Mas.""Kenapa? Aku tak bisa datang sendiri dan aku mau datang bersama kamu," ucapku dengan lembut ke istriku seperti sebuah permohonan."Nanti dia melihatku tak senang. Dia itu masih menginginkanmu!""Tidak mungkin. Lihatlah bocah suaminya itu. Sangat mencintai Vika dan orang tuanya juga memaksa menikahkan mereka.""Kenapa kita harus datang kesana!" ucapnya ketus. Aku hanya tersenyum melihat wajah cemberutnya."Kita kan diundang, Nay. Jadi sebaiknya lita datang. Kita tunjukkan juga sama Vika kalau kita itu pasangan yang harmonis,""Ya sudah baiklah. Aku ikut!" ujarnya mengalah."Terima kasih, sayang." ucapku. Naya mengulas senyum. Lama kami saling menatap. Tiba-tiba aura saling menginginkan berubah. Ku dekatkan wajahku ke Naya dan dia sepertinya

  • Story WA Istriku   49. Berpisah Untuk Bertemu

    Story Wa Istriku bag 49.**"Ana diterima, Mi." kudengar suara Ana yang bahagia. Bahagia kenapa?"Ustaz Fikri menerima Ana!" Lanjutnya."Assalamualaikum," aku bersuara. Suamiku melirikku dengan senyuman."Abi, Nenek ...." Ahmad berlari ke arah Mas Syahdan yang berbaring sementara kedua asisten dan Baby sitter menunggu di luar."Sini, sayang!" kata Mas Syahdan menyuruhku duduk dekat dengannya. Aku duduk di dekatnya."Maaf ikutan nimbrung. Siapa yang menerima Ana," kataku penasaran."Ustaz Fikri, Kak Naya. Alhamdulillah dia bersedia menjadi suami Ana," lanjut adik iparku dengan wajah sumringah berseri. Aku tersenyum sembari memberi ucapan selamat."Alhamdulillah, Ana. Selamat semoga acara lancar dan disegerakan pernikahannya," ucapku, walau aku tahu Ana baru saja lulus, mungkin tak ada niat melanjutkan pendidikannya."Terima kasih, Kak Naya.""Hmm .... Ana sudah mantap, K

  • Story WA Istriku   48. Nostalgia

    Story Wa Istriku bag 48.**POV Author.Naya keluar dari ruang privat Syahdan. Membiarkan sang suami beristirahat agar kondisi nya lekas pulih. Rasa bahagia terasa nyata, apalagi Naya memegang pipinya yang memerah akibat ucapan cinta barusan yang dikatakannya. Memalukan, padahal sudah suami istri namun bila mengucapkan kata itu rasanya agak aneh juga."Naya!" suara itu membuat Naya berpaling melihat siapa yang memanggilnya."Mama, Ummi dan Ana!" seru Naya melihat kedatangan orang tuanya. Mama langsung menghambur memeluk Naya, bergantian Ummi dan Ana."Maafkan kami karena sudah membuat Mama, Ummi dan Ana jadi repot menyusul kesini," ucap Naya, pasti mereka lelah belum lagi akan mengalami jetleg."Tak apa, Nay. Bagaimana kabar Syahdan. Ummi mau berjumpa!" seru Ummi."Mas Syahdan sedang istirahat supaya kondisinya cepat pulih. Operasi di perut berjalan lancar. Kita sama-sama berdoa semoga Mas Syahdan lekas pulih, Mi." ucap Naya pada

  • Story WA Istriku   47. Aku Risau

    Story Wa Istriku bag 47.**PoV Naya."Papa!" seruku saat melihat Papa berjalan dengan langkah cepat menghampiriku."Bagaimana Syahdan, Nay?" tanya Papa dengan raut wajah cemas. Aku memeluknya dengan netra yang basah."Sedang di tangani dokter, Pa!" Papa mengelus lenganku memberikan aku kekuatan dengan sentuhannya."Sabar, dear. Kamu banyakin doanya. Semoga Syahdan lekas sembuh,""Dimana Ahmad, Pa?" tanyaku ke Papa sambil mengurai pelukan kami,"Dia di rumah dan aman walau tadi mengamuk minta ikut. Tetapi sebaiknya dia di rumah saja dulu bersama asisten dan perawatnya," ucap Papa."Terima kasih, Pa." Papa mengangguk kan kepalanya, aku mendesah sambil mengelap kasar mataku. Dari tadi yang kulakukan hanya menangis.Cukup lama kami menunggu. Hingga akhirnya dokter keluar. Secara cepat kami mendatangi dokter itu."Wie ist der Zustand meines Kindes, Doktor?"(Bagaimana kondisi anak saya, Dokter?) Papa berbica

  • Story WA Istriku   46. menjelajahi Berlin

    Story Wa Istriku bag 46.**PoV Naya.Mama menghubungi melalui panggilan video, aku tersenyum sekaligus memandang Papa."Mau kah Papa berbicara pada Mama?" tanyaku padanya,"Papa malu, karena meninggalkan mamamu, dia pasti marah sama Papa," lirih Papa menarik napas panjang."Mama gak marah lagi karena Mama merasa ini sudah takdir, Mama menunggu, Pa!" ujarku dengan lembut. Dia akhirnya mengangguk. Ku tekan tombol terhubung."Assalamualaikum," ucap Mama di seberang panggilan."Waalaikum salam,""Naya, sudah ketemu sama Papa, nak?""Alhamdulillah, Ma. Sudah,""Bagaimana kabar Papa, nak?""Mama bicara sendiri ya," kataku, kulihat wajah mamaku pias. Aku tahu, dia sampai detik ini masih mencintai Papa, walau dia bilang tidak cinta lagi namun, Mama gak bisa membohongi aku. Alasan Mama tak mau menikah lagi juga cukup klise, Mama takut dikhianati dan sakit hati lagi sehingga Mama memilih sendiri sampai detik in

  • Story WA Istriku   45. Berjumpa Papa

    Story Wa Istriku bag 45.**PoV Naya."Guten tag." Mas Syahdan memanggil. Kami menunggu di luar rumah sederhana namun berdesain klasik itu. Udara dingin menusuk tulang ku, masih musim gugur namun dinginnya eropa sudah terasa, mungkin akan lebih dingin lagi bila masuk winter. Suamiku membetulkan jaket yang kupakai. Mas Syahdan sekarang berubah jadi suami perhatian dan terkadang genit. Tetapi aku menyukainya. Sudah lama sekali aku ingin dia perhatian padaku.Kami menunggu diluar beberapa saat kemudian keluar pria paruh baya dengan jaket dan topi. Dia menatap kami dengan kerutan di dahinya. Tubuhku bergetar melihat wajah papaku, sudah lama sekali aku tidak melihatnya. Terakhir kali aku melihatnya saat usiaku tujuh belas tahun. Mama berpisah dengannya saat aku masih remaja. Bahkan, dia tak datang ke pesta pernikahanku. Alasannya dia sakit dan mendoakan yang terbaik buatku.Aku adalah anak yang tumbuh tanpa Papa saat aku beranjak dewasa. Kasih sayan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status