“Ibu?”
Mata Dhilla terbelalak saat mengetahui wanita setengah baya yang seharusnya saat ini masih berada di rumah sakit di Surakarta, karena memang sekarang jadwal praktiknya. Namun, saat in wanita itu justru ada di sampingnya, dan menggenggam tangannya erat, “Kok, ibu bisa tau saya di sini?” Tanya Dhilla, padahal kemarin dokter yang masih cantik diusianya itu, bilang ada jadwal operasi.“Dokter Kemal yang kasih tau,” Jawab dokter cntik spesialis BTKV, yang tidak lain dan tidak bukan adalah dokter Salwa, “Tadi pagi, setelah menyelesaikan operasi, dokter Kemal memberi tau ibu, dan ibu langsung kembali ke Jogja, dan mengambil cuti. Kenapa kamu nggak kasih tau ibu, sih? Kamu ke rumah sakit sendirian?” “Kan Ibu lagi tugas, saya juga nggak mau ngerepotin ibu, karena ibu sudah banyak bantu saya selama di Jogja. Saya, ke sini naik taksi kim, Bu.” Kelakarnya, melepaskan gurat-gurat khawatir yang tampak diPandangan dokter Salwa terfokus pada dua bayi laki-laki, dan perempuan yang tertidur lelap di dalam boxsnya. Ia merapat ke dinding kaca yang menjadi pembatas, menempelkan kedua telapak tangannya di sana, seakan-akan bisa menyentuh kedua makhluk kecil itu secara langsung. Senyum yang tersungging di bibirnya semakin merekah tatkala melihat salah satu dari bayi mungil itu menggeliat, seolah tidak nyaman dengan kain pembarut yang membalut tubuh mungilnya.“Terimakasih, ya, Mal. Kamu sudah mengazani anak-anak, Dhilla,” Dokter Salwa berkata dengan tulus.Dokter paruh baya yang masih mengenakan scrub suitsnya itu tersenyum, lalu mengusap punggung dokter Salwa dengan lembut, “Pasti berat bagi Dhilla berjuang sendiri, hamil dan melahirkan mereka,”Dokter Salwa hanya mengangguk-ngangguk sebagai respon, kemudian kembali memandang kedua bayi mungil itu. Beruntung, cucu-cucunya diletakkan di dekat dinding pembatas. Jadi, ia bisa melihat mereka dengan
Bayi perempuan mungil itu menggeliat dengan lidah yang terjulur ketika Sabrina mencolek-colek pipinya yang agak gembil. Mata sipitnya menatap lelat Sabrina yang terus menyunggingkan senyum semringah, seolah-olah bahagia karena berhasil mengusik ketenangan bayi perempuan itu.Sabrina tersenyum ketika manik mata mungil memikat itu nampak bersinar karena pantulan cahaya lampu. Indah, satu kata yang terucap saat melihat iris dengan warna yang sedikit rumit, bagi orang Indonesia pada umumnya. Seperti halnya dibutuhkan banyak goresan kuas untuk menghasilkan sebuah warna mata Hazel, melibatkan dinamika sejumlah elemen sehingga menghasilkan warna mata Hazel yang begitu memikat.Dhilla sendiri tidak menyangka, jika salah satu anaknya akan menuruni mata indah itu dari Abimanyu. Sebagian hatinya senang, namun tidak menampik jika sebagian hatinya juga sedih. Karena itu, artinya ia akan melihat bayangan Abimanyu pada putrinya dan akan semakin sulit melupakan laki-laki tampa
Dalam hidup pasti terdapat beberapa hal dan kejadian yang mau tidak mau harus kita terima secara ikhlas dan berlapang dada. Pada saat sedang menghadapinya, hal tersebut memang sering kali terasa berat dan tidak tertahankan. Namun, sebagai manusia kita harus berusaha untuk menjalaninya, ketimbang terpuruk dan menjadi hidup tidak terarah.Dhilla sendiri tidak menyangka, hubungan dengan Abimanyu akan berakhir dengan dirinya hamil, mengandung dan melahirkan bayi kembar. Meski dirinya selalu baik-baik saja, atau pun mencoba baik-baik saja, namun tidak dipungkiri bahwa kadang kala, rasa belum bisa menerima kenyataan dan selalu merasa terpuruk pun kerap kali menghampiri.Setelah Dhilla hamil, memang semua aspek kehidupannya sangat berpengaruh bahkan berubah, apalagi Dhilla yang belum siap dari segi mental dan psikisnya. Waktu, hubungan dengan orang lain, bahkan mimpi dan cita-citanya jadi taruhannya.Dhilla yang semula bercita-cita melanjutkan ke sekolah kedinasa
Enam bulan kemudian……..Dengan dagu bertumpu pada sisi boks bayi, Dhilla menatap lekat kedua putra pitrinya yang masih terbuai mimpi. Sesekali, ia menepuk pelan perut mereka agar tertidur semakin lelap. Senyumnya seketika merekah saat melihat Nasywa tersenyum dengan mata yang masih terpejam, “Mimpi apa kamu, Nak? Sampai senyum-senyum gitu?” Tanyanya yang hanya disambut hening. Ia mengusap pelan pipi tembem anaknya itu, “Kalian, kelihatan damai banget kalau lagi tidur. Mama harap, kalian akan terus begini, meski masalah yang kita hadapi akan jauh lebih berat. Kelak saat kalian dewasa, jangan merasa menyesal karena dihadirkan sama Mama dan Papa. Terlebih, kalian jangan merasa menyesal karena dilahirkan dari ibu seperti Mama, ya, Nak. Semoga, kalian bisa memahami keputusan yang Mama ambil sekarang. Mama akan berusaha menjadi ibu dan Ayah yang baik untuk kalian, “Ucapnya seraya menahan air mata yang sedari tadi ingin mendesak keluar.
Kita tidak mungkin bisa selalu benar di dalam hidup ini. Terkadang, kita mengambil keputusan yang salah. Tidak mengapa, melakukan kesalahan adalah hal yang wajar. Memiliki sesuatu yang salah adalah normal, karena kita adalah manusia. Kita tidak sempurna dan kita harus menerima fakta itu. Kita bisa saja terluka dan menangis karena pilihan yang sudah kita ambil. Tidak mengapa, luka bisa sembuh dan tangis pilu bisa mengering. Yang harus kita lakukan adalah tidak lagi tenggelam dalam semua kesalahan itu dan memperbaiki semua yang rusak. Kita bisa kembali bangkit dan bukan mustahil untuk kita menemukan kebahagiaan kembali, kita pantas bahagia.Waktu berlalu dengan begitu cepat, saat hidup terasa begitu bahagia. Bahkan, kita sampai lupa untuk meminta agar sangkala berhenti sejenak karena terlalu menikmati semua keindahan yang mengelilingi.Dhilla menatap satu persatu orang yang berada di meja makan bersamanya. Hidupnya begitu lengkap, meskipun masih ada satu hal yang ia inginkan
Masa lalu tidak bisa kita buang, tidak bisa kita ubah, dan tidak mungkin bisa kita lupakan. Walau bagaimanapun, apa yang terjadi di masa lalu sudah menjadi bagian dari diri kita. Telah terukir abadi, hingga kita tidak mungkin bisa membuangnya begitu saja, bahkan kita tidak bisa memilih untuk menerima hal-hal indah yang pernah terjadi di masa lalu, kita juga harus bisa menerima hal pahit yang ada di sana.Tidak mengapa, kita tidak perlu berusaha terlalu keras untuk menghapus apa yang tidak mungkin bisa kita sirnakan begitu saja. Kita harus menerima semua baik atau buruk yang terjadi dalam hidup kita. Menjadikan semuanya sebagai pembelajaran agar kita bisa menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya. Sebuah bekal untuk membentuk masa depan.Pagi ini Dhilla berangkat ke kantor lebih pagi. Seperti biasa, ia naik sepeda motor kesayangannya, berbeda dengan Sabrina yang pagi ini juga berangkat pagi, gadis itu pergi ke kampusnya menggunakan mobil yang memang pemberian orang tuan
Kita selalu gampang mempercayai apa yang mata kita tangkap. Seolah apa yang dilihat oleh mata adalah kenyataan yang ada. Seperti sebuah kebenaran yang sudah mutlak, apa yang di depan mata dan yang terlihat adalah sesuatu yang kita yakini benar-benar ada, membuat kita melupakan petunjuk-petunjuk yang datang secara silih berganti. Membutakan mata hingga kita tidak lagi bisa melihat hal yang tidak bisa kita lihat dengan mata. Kita pikir, yang tidak terlihat adalah ilusi semata. Kita lupa bila mata kita begitu mudah dibohongi dan mengalahkan pikiran kita.Hari Jumat, pagi-pagi sekali Dhilla berangkat ke kantor. Seperti pagi-pagi biasanya ia akan mengendarai motor untuk berangkat kerja. Sedangkan kedua anaknya, pagi ini di antar Sabrina, yang hendak ke klinik dokter Salwa.Hari Jumat, hari yang selalu dinanti oleh Dhilla. Iya, karena hari yang dikatakan hari pendek itu termasuk jajaran hari untuk weekend, dan di hari Sabtu ibu muda itu akan menikmati waktunya bersama kedua anak
Sebagaimana pun manusia berusaha mengubah takdir, jika alur kehidupan sudah tetap dan tertulis di Lauhul Al Mahfudz, maka semua itu akan sia-sia. Melangkah menjauhi titik yang sudah ditetapkan, sama halnya dengan sebuah kemustahilan. Karena pada akhirnya, semua tetap akan berjalan sebagai mana mestinya, bergerak pada tempat yang sudah ditetapkan, dan terjadi sesuai waktu yang sudah ditentukan.Jika semua sudah terjadi, apa yang harus dilakukan?Menjauh pun sepertinya akan sulit, sedangkan menerima takdir yang sudah ditetapkan, sama halnya menunggu sebuah luka yang sudah pasti. Jujur, semuanya terasa berat dan menyiksa. Apalagi, ketika sebuah kenyataan pahit menanti di depan mata. Untuk melihat ke sisi lain saja, mata seakan terbebani.Jawabannya, hanya keajaiban yang menghampiri, sebagai jawaban dari doa-doa yang selalu dipanjatkan.Penat, rasanya Abimanyu ingin sekali berteriak pada dunia. Tujuh tahun lebih, ia mencari perempuan yang dicintainya, namun orang-ora