"Siapa Aluna mas?"
"Bukan urusan kamu" jawab Arga cepat kemudian segera mengambil ponselnya. Nasya yang melihat itu hanya bisa menghembukan nafas dan memejamkan matanya. Arga berjalan menuju balkon kemudian menelfon balik nomor Aluna."Ya, ada apa?" katanya dengan lembut.Nasya yang mendengar ucapan Arga segera keluar kamar untuk menenangkan diri. Mengambil minuman soda dingin dan menenggaknya."Sabar Nasya. Ini ujian rumah tangga. Pernikahanmu baru seumur jagung, bahkan tunas jagungpun belum tumbuh" monolog Nasya pada dirinya sendiri. "Kamu harus bertahan. Buat suami kamu bertekuk lutut padamu" imbuhnya meyakinkan diri."Kalau memang sudah saatnya pergi, baru boleh pergi. Untuk saat ini kamu harus berjuang. Walau sementara ini harus berjuang sendiri" monolognya lagi, kemudian meminum sodanya lagi.Nasya memutuskan untuk menonton tv, daripada harus mendengar suaminya yang sedang telfon dengan entah siapa itu. Hingga tak terasa sudah tengah malam, Nasya kemudian bangkit dan menuju kamar tidurnya. Saat ini kamar dalam keadaan gelap dan Arga sudah tertidur pulas, diapun menyusul Arga ke alam mimpi.Keesokan harinya, Arga dan Nasya sudah selesai cuti jadi mereka akan kembali ke aktifitas rutinnya, seperti sebelum menikah. Arga kekantor dan Nasya kuliah.Nasya segera menyiapkan pakaian kerja suaminya. Sepatu, jam tangan serta tasnya pun tidak luput disiapkannya. Setelahnya dia baru menyiapkan keperluannya sendiri untuk kuliah. Setelah semua selesai, dia ke dapur untuk membuat sarapan dan bekal.Nasya yang melihat bibi sedang sibuk memasak, menghampirinya dan membantu menyiapkan sarapan dan bekal untuk suaminya.Setelah menunggu beberapa lama, Arga tidak muncul juga, akhirnya Nasya kembali ke kamar untuk melihat Arga. Ternyata Arga masih di walk in closed untuk berganti pakaian. Saat Arga akan memasangkan dasi, segera Nasya menghampiri dan memakaikan dasi Arga. Nasya sudah belajar membuat simpul dasi sejak dari sebelum menikah dan sekarang dia sudah hafal step by step nya."Perfect" Ucap Nasya tersenyum sambil menepuk ringan simpul dasi buatannya.Tanpa Nasya sadari Arga sedari tadi memperhatikan dari dekat wajahnya selama memakaikan dasi. Wajah cantik, manis tanpa polesan make up itu justru membuat jantung Arga berdetak cepat. Entah apa yang dia rasakan saat ini, diapun bingung. Bisa-bisanya dia merasa kagum pada Nasya."Mas, ayo sarapan" ajak Nasya."Hmm" jawab Arga yang mengikuti Nasya ke lantai bawah. Setelah mereka sarapan Arga bangkit mengambil tas kerjanya dan akan berangkat."Mas" panggil Nasya sembari membawa bekal suaminya. Tidak menjawab tapi Arga menoleh menatap istrinya itu."Ini bekalnya. dan nanti setelah selesai kelas, aku mau jalan-jalan ke mall sama teman-teman boleh?" tanya Nasya meminta ijin."Iya. Terserah" ucap Arga singkat sambil menerima bekalnya."Terima kasih mas" ucap Nasya kemudian mengantar suaminya keluar.DiKantor Arga."Bos, sudah masuk saja. Apa tidak kurang lama cutinya?" goda Saka. Sahabat yang merangkap jadi asisten pribadi. Dikantor ini yang mengetahui pernikahan Arga hanya sahabatnya ini saja, yang lain tidak ada yang tau."Diam kau" bentak Arga.Arga yang mulai kesal segera mengusir Saka dari ruangannya hanya dengan menatap. Saka yang tau arti dari tatapan itu segera pergi dari ruangan Arga sebelum membangunkan macan yang sedang tertidur."Kenapa ini banyak sekali? Apa saja yang dilakukan bocah itu hingga banyak sekali dokumen menumpuk disini" Arga melonggarkan simpul dasinya.Hingga jam makan siang berkas-berkas itu masih belum selesai. Saka yang merasa Arga tidak keluar ruangan untuk makan siangpun masuk ke ruangan Arga."Bos, tidak makan siang? Ini bahkan sudah hampir lewat jam makan siang" tanyanya sambil melihat pada jam tangannya."Nanti" jawab Arga singkat.Saka kemudian duduk di sofa dan melihat kotak bekal disana."Ternyata dibawakan bekal oleh istri tercinta, makanya tidak keluar ruangan" ejek Saka."Kalau kau mau, ambil saja. kau bisa memakannya" kata Arga."Benarkah? kebetulan sekali aku belum makan siang" Saka yang tampak senang segera membuka kotak bekal itu. "Kau benar tidak mau memakannya?""Tidak""Baiklah. Ini ayam Pop kesukaanmu. Sepetinya enak" Saka memasukkan makanan itu ke mulutnya. "Hmm... Enak sekali masakan istrimu" imbuhnya dengan mulut penuh makanan."Tidak mungkin, paling juga masakan bibi""Terserahlah yang penting ini sangat enak" ucap Saka lagi dan memakan bekal itu dengan lahap hingga tak bersisa.Sedangkan Nasya, saat ini bersama teman-temannya pergi ke sebuah mall. Hanya hang out biasa dan menonton film. Kebetulan ada sekuel film yang mereka suka sedang diputar di bioskop.Saat menunggu jam tayang filmnya, Nasya berjalan menuju toliet, tidak sengaja dia menabrak seseorang karena terlalu fokus pada ponselnya.BukkkPlakk"Maaf" ucap Nasya sembari mengambil ponselnya yang tadi jatuh."Kau tidak apa-apa?" ucap pria itu."Aku tidak... Ehh..." ucap Nasya sambil melihat kearah pria itu. "Kak Wiliam" imbuhnya."Nasya? Kamu tidak apa?" ucap Wiliam."Tidak apa Kak, aku yang harusnya tanya, kan aku yang menabrak kakak" Nasya tersenyum."Cantik" ucap wiliam tanpa mengeluarkan suara yang sedari tadi menatap kagum pada Nasya."Kak... Kak Wiliam" panggil Nasya."Eh. iya. Kamu mau ke toilet?""Iya kak. aku duluan. Takutnya nanti teman yang lain lama menunggu" ucap Nasya. Dan Wiliam hanya menganggukkan kepala.Nasya pun segera pergi kekamar mandi dan memberi kabar pada Arga kalau akan pulang terlambat. Walau dia tau tidak akan ada balasan dari Arga, Nasya tetap memberi kabar pada suaminya.Setelah film selesai, mereka berhamburan keluar, teman-teman Nasya sudah pulang lebih dulu. Sebenarnya mereka sudah menawari Nasya agar mau pulang bersama mereka tapi Nasya tidak mau merepotkan. Dan sekarang dia masih menunggu driver ojol yang tadi dipesannya.Saat sedang menunggu di titik yang sudah di tentukan, tiba-tiba ada sepeda motor berhenti didepannya, Nasya tidak tau siapa karena dia memakai helm dan jaket kulit persis seperti geng motor, yang sering dia lihat di media sosial. Tak lama orang itu membuka helmnya."Kak Wiliam" ucap Nasya yang tampak kaget."Emang kamu kira siapa?" Wiliam tertawa melihat ekspresi Nasya."Aku kira copet" ucap Nasya."Enak saja. Tampang begini dibilang copet""Ya maaf kak. habisnya kakak tiba-tiba berhenti disini" ucap Nasya kemudian tersenyum."Kamu menunggu siapa? Bareng sama aku gimana? Aku antar sampai depan rumah dengan selamat, sehat sentosa" ucap Wiliam dengan penuh semangat."Tidak perlu kak. Aku sudah pesan ojol. Ini sebentar lagi sampai" Nasya memperlihatkan aplikasi ojolnya."Ya sudah aku temani sampai ojolnya datang. Bahaya kalau disini sendirian" ucap Wiliam. Mereka pun berbincang, sesekali tertawa melempar candaan. Mereka terlihat begitu akrab.Tapi tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang terus menatap kearah mereka dari dalam mobil. Sepasang mata yang menatap hingga memicingkan matanya."Hati-hati ya kalian. Kabari Mama kalau sudah sampai" ucap Mama Mala dan kedua besannya yang mengantar Arga dan Nasya ke bandara. "Iya Ma, Bu. Nanti Nasya kabarin kalau sudah sampai" jawab Nasya sambil memeluk mereka satu per satu. Sementara Arga masih memberikan brifing singkat pada Saka untuk mengingatkannya lagi apa yang harus dikerjakan duluan. Setelah selesai, dia dan Saka segera bergabung bersama Nasya dan berpamitan dengan para orang tua. "Titip Mama. Awas kalau kenapa-kenapa" bisik Arga pada Saka yang hanya melengos tanpa peduli. Dia sudah paham bahkan tanpa diberitahukan lagi apa saja tugasnya, semuanya sudah diluar kepala. Toh, selama ini dia sudah sering kali ditinggal-tinggal oleh Arga setelah dia menikah. Setelah selesai berpamitan, Arga dan Nasya segera berangkat walau dengan perasaan yang entah kenapa terasa berat meninggalkan mereka. Tidak seperti biasanya, mereka justru cenderung merasa gelisah. "Tidak akan ada apa-apa kan ya Sayang?" tanya Nasya pada sang suami
Dengan segala lika-liku yang menemani kehidupan rumah tangga mereka, juga kejadian yang membuat keduanya apalagi Nasya yang hampir kehilangan kewarasan karena kehilangan calon anak mereka, akhirnya pelangi dirasakan oleh keduanya. "Kalian pergilah honeymoon" suruh Mama Mala pada keduanya saat sedang makan malam. "Tidak. Nanti Mama sendirian disini" jawab Arga sambil terus mengunyah makanannya. "Halah. Disinikan ada Saka, Mbak Yu juga ada. Apa yang keperlu dikhawatirkan?" "Iya sana pergi kemana gitu. Tidak perlu keluar negeri, ke bali atau lombok saja. Lumayankan bisa sekalian refreshing" timpal Ibunya Nasya. "Nanti deh. Coba aku lihat jadwal dulu, sekalian aku selesaikan dulu pekerjaan yang tertunda" jawab Arga. "Mama yang akan minta Saka kosongkan semua jadwal kamu selama beberapa hari dan Mama juga akan minta supaya dia sementara yang menghandle semua pekerjaan kamu. Apa kamu masih tidak percaya dengan cara kerja Saka? Isshh, Keterlaluan" cecar Mama Mala yang kesal karena anak
"Arga" "Nak, bangun" "Arga. Bangun Nak" Beberapa kali sudah Ayah mertuanya membangunkan Arga tapi tidak mendapat respon apa-apa hingga akhirnya Ayah mertuanya itu menepuk pipi Arga sedikit lebih keras. Arga yang kaget langsung bangkit dan melihat sekeliling."Istriku mana? Nasya mana Yah?" teriaknya yang dengan cepat dia turun dari ranjang kemudian berlari menuju brangkar yang tadi ditempati istrinya dan ternyata ranjangnya sudah kosong. Diapun jongkok dan menangis tersedu bahkan beberapa kali berteriak memanggik nama istrinya. "Arga, Sadar Nak. Kamu ini sebenarnya kenapa? Istri kamu cuma ke ruangan psikolog. Dan kamu sudah mencarinya sampai seperti ini?" ucap Ayah mertuanya sambil menepuk bahu kemudian mengusap punggung Arga. "Bukankah kamu yang mendaftar Nasya untuk konsultasi dengan Psikolog sesuai dengan anjuran dokter kandungan?" imbuhnya. Mendengar ucapan Ayah mertuanya, tangis Arga seketika berhenti. Dia diam sambil mencerna kembali apa yang dikatakan oleh Ayah mertuanya
"Sayang, kamu sudah dapat nama buat anak kita?" tanya Nasya setelah terbangun sambil terus mengusap perutnya. Arga tidak menjawab, dia hanya melipat bibirnya kedalam. Kesedihan tiba-tiba membebat dalam hatinya. Sekuat tenaga dia menahan air matanya. Melihat istrinya seperti ini sungguh membuatnya semakin merasa bersalah. "Sayang. Kenapa diam?" tanya Nasya sekali lagi. "Sayang, sudah. Mungkin suami kamu sedang lelah. Dia dari kemarin menunggu kamu disini bahkan tidak tidur" ucap Ibunya Nasya mencoba mengalihkan perhatian anaknya. "Benar Kamu tidak tidur?" tanya Nasya khawatir. Arga hanya tersenyum kecut. "Pantas saja, kamu punya mata panda. Kamu istirahat dulu saja, biar aku sama Ayah sama Ibu" sambungnya. Ibu Mertuanya memberi kode agar Arga pergi keruangan yang memang sudah disiapkan untuk istirahat yang menjaga pasien. Disana sudah ada ranjang beserta perlengkapannya, tv, lemari pendingin juga lemari pakaian. Setelah Arga berbaring, dia memejam matanya. Walau sulit sekali untu
Demi keselamatan istrinya, Arga menyetujui proses kuret itu. Dia setia menunggu istrinya selama menjalanu proses kuret didepan ruang operasi. Disana dia bersama dengan orang tua Nasya yang tadi dijemput menggunakan helikopter oleh anak buah Saka. Sementara Saka diberi tugas oleh Arga untuk menjaga dan memantau Mamanya juga mencari siapa dalang dari kecelakaan itu. Bodyguard dan sopirnya juga ditangani di rumah sakit yang sama. Mereka juga sedang melakukan operasi karena ada beberapa tulang yang patah dan ada luka tembak dilengannya. "Mama sudah sadar, dia terus mencari Nasya, bagaimana?" Aku harus jawab apa?" tanya Saka pada Arga melalui sambungan telfon. "Ceritakan saja apa yang terjadi" jawab Arga dengan pikiran yang masih kalut kemudian menutup ponselnya, bukan dia tidak peduli dengan keadaan Mamanya, hanya saja saat ini pikirannya masih tertuju pada Nasya. Setelah menunggu hampir satu jam, akhirnya dokter keluar dan mempersilahkan Arga untuk masuk sedangkan perawat memberikan
"Kamu bau. Sana jauh-jauh" usir Nasya yang masih membungkuk didepan wastafel sambil mengibaskan tangannya. "Bukannya kamu suka bau aku kalau tidak mandi?" tanya Arga yang keheranan. Bagaimana bisa sekarang Nasya justru menyuruhnya menjauh karena tidak mandi. Karena ucapan Nasya tadi, akhirnya Arga hanya melihat istrinya yang masih muntah dari kejauhan. Setelah dirasa Istrinya sudah membaik, dia pun mendekat dan menyuruh istrinya menutup hidung, sementara dia berlari dengan cepat menuju bathup dan menenggelamkan diri disana. Nasya pun tertawa melihat kelakuan suaminya itu. Dia juga heran dengan dirinya sendiri karena selalu berubah-ubah. Dia hanya berharap agar suaminya mengerti bahwa semua ini karena hormon kehamilannya. Bukannya pergi, Nasya justru berdiri bersandar didekat wastafel sambil memperhatikan suaminya yang masih menggosok dada dan lengannya. "Sayang, butuh bantuan?" tanya Nasya yang langsung membuat Arga menoleh dan mengangguk. Bagaimana tidak, ini bagaikan kesempatan