Share

Part 6. Menangis lagi.

Renata merebahkan tubuhnya diatas ranjang ukuran King size dalam kamar bernuansa putih itu. Jarinya lincah mengetik sesuatu di aplikasi hijau diponselnya.

[Bi, dimana?]

[Di rumah! Kenapa?]

[Kangeeen]

[Kenapa?]

[Ada apa?]

Belum sempet Renata membalas pesan Bianca, di layar ponselnya terpampang wajah sahabatnya yang menelpon via W******p. Langsung saja dia mengusap tanda hijaunya.

"Ada apa, Ren?" tanya Bianca tanpa basa-basi Setelah melihat jelas wajah sahabatnya.

"Kangeeen," jawab Renata dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu nggak baik-baik saja, Ren, iyakan?" ujar Bianca, menyelidik setiap garis wajah Renata yang nampak di layar ponselnya.

Renata memejamkan matanya. Merasakan nyeri yang berdenyut di lubuk hatinya.

"Aku ke rumahmu sekarang!"

Lalu gambar Bianca seketika hilang dari layar ponselnya. 

Renata seketika tergugu, tangisnya kembali pecah tanpa bisa ditahan lagi. Dia tenggelam dalam luka hati yang sangat dalam. Wanita mana yang tidak akan merasa hancur saat dia berbadan dua dan sang suami, malah menyeleweng.

Kepalanya terasa sakit sekali, Renata beberapa kali menggelengkan kepala dan juga matanya mengerjap-ngerjapkannya  dengan harapan rasa sakitnya bisa berkurang. Namun usahanya gagal, nyeri yang dirasakan bukan hanya di kepala saja namun hatinya lebih sakit daripada itu.

———

"Renata dimana, Bik?" tanya Bianca pada Bik Sumi, asisten rumah tangga di rumah ini.

"Di kamarnya, Non?" sahut Bik Sumi.

"Akh, ok."

"Non," panggil Bik Sumi.

Bianca menghentikan langkahnya dan menoleh "Ada apa, Bik?" tanyanya.

"Si Non, mau minum apa? Biar nanti Bibi bawain ke atas," ujarnya.

"Tidak usah, Bik, nanti saya yang turun kalau haus," sahutnya sambil berbalik dan naik ke arah kamar Renata.

"Ren," panggilnya, tapi Renata tidak bergeming. Wajahnya terlihat begitu damai dan tenang dengan nafas yang teratur. Bianca tidak tega membangunkan sahabatnya itu, yang mungkin saja sedang bermimpi indah dalam lelapnya.

Bianca memilih duduk di sopa yang ada di kamar Renata dan memainkan ponselnya.

Renata menggeliat dari tidurnya, tadi dia menangis hingga tertidur. Wajahnya terlihat mengerikan dengan kantung mata yang besar dan raut muka yang pucat.

"Ren," sapa Bianca, sambil menghampiri Renata yang masih terbaring ditempat tidur.

"Bi," panggil Renata, tangisnya pecah kembali saat Bianca memeluknya. 

Renata kembali menangis dipelukan Bianca, sakit yang Renata rasakan mebuat Bianca juga merasakan ngilu dalam hatinya.

"Sakiiiit sekali, Bi," adunya diantara tangisan.

Bianca mengeratkan pelukan nya, mencoba menguatkan Renata bahwa dirinya selalu ada untuknya. Sungguh malang nasib si yatim piatu ini. Sejak dulu sahabat nya ini selalu salah dalam menemukan lelaki yang dicintainya, dan sialnya sikap bucin dan labilnya-lah sumber gejala rasa sakit yang Renata terima.

Renata selalu mencintai dengan sepenuh jiwa raganya ketika dia menganggap orang itu tepat buatnya. Maka ketika terjadi pengkhianatan, Renata selalu hancur seperti ini, dan ini bukan kali pertama. Dulu saat jaman kuliah pun ia pernah patah hati meski bukan karena pengkhianatan, saat Bara meninggalkan nya ke Belanda karena mendapat beasiswa kuliah ke negri kangguru itu. Lalu Doni datang membawa sejuta impian indah jadi sebagai pengobat luka bagi Renata. Sampai akhirnya dia yakin dengan Doni kemudian memutuskan mau dinikahi oleh lelaki itu.

Dan dua tahun kemudian, Doni malah sama saja menghancurkan Renata,  dengan berselingkuhan, lebih parah dari apa yang Bara lakukan.

———

Sementara Doni, Setelah mengantar Renata ke kamarnya. Dia berniat pergi ke rumah Raka, dia bingung setelah Renata bilang mau istirahat dan tidak mau diganggu.

"Ka, dimana?" tanya Doni saat panggilannya terhubung, dia menghubungi teman dekatnya.

"Di rumah, sini ngopi sambil mabar," jawabnya.

"Aku kesana."

Doni melajukan mobilnya di jalan kompleks, kebetulan rumah Raka dan rumahnya hanya beda blok saja masih ada di satu perumahan yang sama.

"Hay, Bro," sapanya pada pemilik rumah.

"Masuk," sahut pemilik rumah.

Doni menjatuhkan bobotnya di hadapan Raka yang sedang anteng pada ponselnya.

"Ada masalah?" tanya Raka tanpa basa-basi, dia hafal betul peringai Doni.

Doni memijat kepalanya, dia ragu untuk bercerita kepada Raka. Tapi hanya Raka temannya yang netral jika dimintai pendapat, Raka sangat dewasa meski hingga saat ini belum menikah.

Akhirnya cerita tentang Renata mengalir pada Raka tanpa dibumbui kebohongan, sikap Renata yang tiba-tiba dingin dan sering dilihatnya menangis sendirian.

Raka menatap tajam temannya itu, tepat dimanik matanya. Dia mendengarkan setiap kata yang dilontarkan oleh Doni.

"Kamu yakin tidak ada andil dengan sikap Renata yang berubah seketika?" tanya Raka dengan tatapan menyelidik.

"Engga!" sanggahnya, Mana mungkin dia ceritakan tentang Lia, cari mati namanya.

"Yakin?" selidik Raka meragukan pengakuan Doni.

Doni diam tak menjawab lagi, sungguh dia bingung. Gil* saja pikirnya, kalau sampai dia menceritakan perihal Lia pada Raka.

Akan habis dihajarnya, kalau Raka tahu dia mengkhianati Renata, Raka sangat benci dengan pengkhianatan, siapapun pelakunya akan dimusuhi.

"Ingat, Don ... wanita akan berubah sikap dikarenakan lelakinya!" tegas Raka.

Doni terbatuk saat Raka membuka suaranya dan seolah menuding dirinya ikut andil dalam perubahan sikap Renata.

"Iya 'kan, Don?" desak Raka.

"E—euh, iya kali," cicit Doni akhirnya membenarkan ucapan Raka.

"Renata sedang hamil besar.

Seharusnya kamu lebih peka, lebih perhatian pada istrimu! jangan egois! Di rahimnya ada anakmu! pikir baik-baik itu," tegas Raka penuh penekanan.

Apa yang diucapkan Raka benar semua. Tapi bagaimana dengan Lia? Bagaimana dengan hatinya yang sudah nyaman dengan Lia? Pikiran Doni melayang tak tentu arah.

"Jangan sampai kamu menyesal! jangan sampai Renata mencari Ayah baru untuk anakmu!" ucap Raka dengan rahang yang mengeras.

"Entahlah, Ka, gue bingung," sahutnya.

Raka sebenarnya sudah tahu kecurangan yang dilakukan Doni dibelakang Renata. beberapa hari lalu Raka melihat Doni dengan Lia di sebuah cafe. Raka sudah curiga dari awal, wanita yang dilihatnya itu bukan rekan kerja sahabatnya. Tapi Raka lebih memilih diam sampai nanti Doni menceritakannya sendiri, dan sekarang Doni berusaha mencari kesalahan istrinya. "Bajing*n sekali sahabatku ini," gumamnya dalam hati.

Dilihat dari segi penampilan dan keadaan, Renata menang banyak dibanding Doni, dari awal, Raka melihat keberuntungan pada Doni yang mendapatkan Renata. Seorang pengusaha wanita dengan postur tubuh yang bodygoals, sebab Renata bergelut dibidang fashion pantas saja kalau penampilannya modis dan keren.

Berbanding terbalik dengan wanita yang dilihatnya di cafe bersama Doni, seorang perempuan berhijab panjang dengan tubuh mungil. Tapi kalau bicara tentang selera, Raka juga tidak mau berdebat, karena setiap orang punya hak memilih, apa yang dianggapnya baik dan layak untuk dirinya sendiri.

Raka tidak akan menyinggung perihal wanita berhijab itu, biarkan Doni mengakuinya sendiri. Sebagai orang yang mengenal Renata, ia ikut marah dan emosi ketika tahu Doni curang terhadap istrinya yang sedang hamil tua. Tapi, Raka tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu waktu yang tepat untuk menegurnya suatu hari nanti, saat Doni sudah mengakui sendiri kecurangannya. 

Bukan ranahnya jika tiba-tiba ia marah dengan pengkhianatan Doni pada istrinya. Raka tahu dan sadar posisinya tapi kalau Doni sampai membuka suaranya perihal pengkhianatannya pada Renata, satu tonjokannya sudah dipastikan akan mendarat di tubuh temannya itu.

Raka sangat benci penghianatan, masih diingatnya tangisan ibunya dulu, hingga menyebabkan depresi dan masuk rumah sakit jiwa. Ibunya terlalu mencintai ayahnya Raka, hingga seluruh hidupnya digantungkan pada lelaki itu. Sampai suatu saat pada masanya ayahnya tergoda wanita lain dan menyebabkan Ibunya shock hingga terpuruk dan depresi. 

Raka marah dan dendam pada ayahnya sendiri, hingga ia memutuskan keluar dari rumah dan hidup mandiri. Sejak saat itu Raka tidak tertarik dengan sebuah status, ia lebih memilih bersenang-senang tanpa ikatan.

Komen (10)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
percuma punya body goals klu dungu. sok2an hebat g akan membuat mu terlihat hebat
goodnovel comment avatar
Mahritaabdillah
crta x menarik
goodnovel comment avatar
Susy Guntur
heran ya disini wanita2nya kaya burung, suka men CICIT...‍...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status