Share

BAB 9 Terjebak di Resort

Author: Liliput
last update Last Updated: 2024-01-23 18:48:34

Selagi masih ada sinyal dan listrik di pulau Gura-guri, Noah memanfaatkannya untuk berkomunikasi dengan Ben dan keluarganya.

“Sudah, nikmati saja dulu honeymoon kalian…” kelakar tawa yang diucapkan Ben sama sekali tidak membuat Noah lega.

Dia terus-terusan digodai oleh rekannya itu.

“Honeymoon apanya? Aliesha itu bukan wanita manja yang bisa menyenangkan lelaki. Dia itu batu!” rutuk Noah kesal.

“Walau bagaimanapun, kamu tidak boleh rugi. Kamu sudah dijadikan mainan oleh mereka. Setidaknya, nikmatilah tubuhnya… hahahahaa…”

Gurauan itu membekas di benaknya. Apa iya dia harus melakukan itu? Apa Aliesha akan menuruti apa maunya… itu jelas mustahil.

“Noah, sepertinya pemadaman akan dimulai malam nanti.”

Sudah hapal dengan tabiat istrinya yang takut gelap, diapun menenangkannya. “Tidak usah takut. Pihak resort sudah memastikan cadangan listrik aman. Lagipula mereka membagikan lilin cukup banyak jika terjadi hal yang tak diinginkan.”

“Tapi…”

“Sudahlah. Jangan berpikiran buruk. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya…”

Aliesha pun akhirnya duduk dan termenung. Cadangan batrei ponselnya tak dibawa. Dia tak pernah membayangkan akan terjebak di sini.

Sementara ayahnya yang punya pesawat jet pribadi, justru tak bisa dihubungi saat emergency.

“Apa yang bisa kita lakukan selama sepekan terkurung di kamar ini?” Aliesha benar-benar terlihat cemas.

“Percayalah, ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Aku jamin kamu tidak akan bosan! Justru akan ketagihan…” Noah mengedipkan mata kirinya.

Bagi Aliesha itu bukanlah jawaban.

Dirinya tidak mood membicarakan hal-hal berbau ‘dewasa’ begitu.

“Ayolah, Nona. Seharusnya di usiamu yang sekarang… kamu di masa puncaknya untuk hal itu.” Kalimat Noah terdengar sedang mengajak perang. “Jangan biarkan gelora di hatimu itu mati sia-sia…”

Sang istri pura-pura tidak mendengar dan terus men-scroll layar ponselnya untuk mengalihkan pikiran. Rupanya menahan godaan saat berdua begini cukup sulit untuknya.

Lebih-lebih sekarang di sini tak ada pekerjaan atau hal yang menyibukkan dirinya.

“Dasar playboy!” seloroh Aliesha dengan mata mendelik.

**

Ramalan cuaca memang lebih akurat dari prediksi dukun manapun. Angin mulai berputar-putar di sekitar pantai.

Aliesha menyaksikan sendiri mendung kelabu mulai berduyun-duyun memenuhi langit. Padahal awalnya langit masih cerah dan berwarna biru.

Noah yang tadinya di luar buru-buru masuk ke dalam.

“Nona, sebaiknya kita tidak ke mana-mana dulu.” Tangannya mengeluarkan barang-barang belanjaan dari tas besar.

Dia terkagum dengan kesigapan suaminya menanggulangi bencana yang akan menerpa.

“Apa ini semua?” Aliesha keheranan.

Noah belanja dalam jumlah cukup besar.

“Aku memborong semua bahan makanan dan buah-buahan di toko. Apa saja yang bisa kita makan, aku beli…” ungkapnya merasa lega. “Kuharap kamu doyan, Nona.”

“Bagaimana kita memasaknya kalau kompor Listrik tak bisa menyala?”

Senyuman Noah terkembang, tak rugi dirinya dulu mengikuti kegiatan pramuka dan pecinta alam.

“Kita bisa membuat api darurat nanti. Tenang…”

Aliesha tak sepenuhnya yakin, apakah suaminya benar-benar bisa diandalkan. Kita lihat saja nanti…

**

Gemuruh petir dan angin membuat suara yang memekikkan telinga.

Untunglah bangunan resort itu kokoh dan didesain mampu bertahan pada goncangan gempa maupun hempasan angin.

Saat siang hari, mereka tak merasa masalah karena masih terlihat apa-apa dengan jelas. Barulah saat senja, angin semakin kencang dan gelap melanda.

Listrik cadangan tak berfungsi. Jadilah mereka seperti hidup di zaman primitif.

“Kamu bikin apa?” Aliesha melihat Noah yang menyalakan api kecil untuk menghangatkan air.

“Malam nanti kita makan mi ayam saja. Semuanya instant…”

Meski bukan penyuka mi, Aliesha setidaknya harus berdamai dengan keadaan.

“Aku juga akan membuat teh hangat. Udara malam akan turun suhunya…” tangannya dengan terampil menyiapkan dua gelas dengan dua teh celup yang disedunya dengan air mendidih.

Istrinya lebih banyak diam.

Noah paham, kehidupan Aliesha memang berubah drastis sejak menikahinya.

“Kalau dengan minuman hangat ini kamu masih kedinginan, aku bisa membantu menghangatkanmu dengan tubuhku…”

“Sudahlah… humormu tidak berguna sekarang. Kita sudah di antara hidup dan mati, Noah.” Ujar Aliesha yang sesekali melihat ke luar jendela.

Angin berputar-putar mulai menari di pelataran depan resort.

“Nona, kita tidak akan mati sekarang… Tuhan masih sayang padamu. Dia tahu kamu masih harus memiliki anak dan keturunan. Dia tak akan membiarkanmu mati sebelum punya anak…”

Aliesha terpancing lagi, “Itu tidak ada kaitannya dengan aku punya anak atau tidak.”

Setelah beradu argumen beberapa saat, Noah akhirnya memasukkan mi yang telah matang ke dalam dua wadah.

“Makanlah. Kamu beruntung sekali Nona, punya suami seperti aku. Semua serba bisa!”

“Jangan terlalu memuji dirimu sendiri berlebihan, Noah…”

Mendengar kalimat Aliesha, Noah tersedak. Cepat-cepat Aliesha menyodorkan segelas air putih.

Selepas mengonsumsi mi dan teh hangat, keduanya berbaring di sofa dekat tv yang padam.

Entah dosa apa yang mereka perbuat sehingga mereka dihukum di resort ini. Tak ada sinyal, listrik, serta tak bisa ke mana-mana.

Padahal jika keadaan normal, mereka bisa saja bermain jetski, berenang di pantai, menyelam dan lain sebagainya.

“Nona, mau bermain tebak-tebakan sama aku?” dia tampak semangat saat mengajak bosnya untuk bermain bersama.

“Membosankan dan kekanakan.” Aliesha menolak.

Dia adalah seorang CEO, bermain tebak-tebakan tentu bukanlah levelnya.

Selain umurnya masih di bawahnya, rupanya suaminya belum tumbuh dewasa juga. Dia masih suka pada hal-hal yang berbau anak-anak. Huh!

“Bagaimana jika bermain batu, kertas, gunting?” usulnya lagi.

“Itu permainan anak TK!” bosnya tertawa. “Aku tak suka itu semua...”

“Baiklah… kali ini kamu harus mau!” Netra Noah tampak serius saat mengucapkannya. “Mari bermain truth or dare!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 163 Menerimamu Lagi

    Beberapa tahun kemudian..."Aku sungguh bangga kepadamu!" Kakek menepuk pundak cucu kebanggaannya yang telah berhasil membuat perusahaannya menjadi semakin besar dan sukses hingga ke kancah internasional."Terima kasih, Kakek. Ini semua tak lepas dari bantuan Kakek serta Ricky juga." Ucap Noah sambil menepuk bahu sepupunya.Keduanya memang diberikan mandat untuk memegang perusahaan milik McLaren yang tak main-main asetnya kini."Sama-sama..." Ricky nampak tersenyum dan rupanya di sebelahnya sudah ada seorang wanita cantik bertubuh seksi yang menggamit lengannya."Apalagi sejak ada Cassandra, kamu semakin bersemangat bekerja, Ricky. Tidak sia-sia perjuanganku menjodohkanmu dengan dia..." Kakeknya tertawa."Kakek, terima kasih sudah memperkenalkan saya pada Ricky. Dia adalah lelaki terbaik dan sempurna yang pernah saya ketahui..." Cassandra mengucapkannya dengan tulus.Sedangkan Noah masiih nampak diam tak bereaksi saat orang di sekelilingnya menikmati perbicangan. Sudah hampir tiga tah

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 162 Sebuah Syarat

    Masih dengan mulut yang terkunci rapat, Tuan Martin tak bisa merespon."Apa katamu?" Itu saja kalimat yang bisa dia katakan saat tahu Noah meminta maaf padanya.Dosanya terlalu banyak, dia harus memastikan Noah meminta maaf dalam hal apa dulu ini."Iya, saya minta maaf telah menuduh Om Martin sebagai penyebab Ben celaka dalam kematiannya itu. Saya mewakili keluarga meminta maaf yang sebesar-besarnya..." Kata Noah sambil menundukkan kepala.Tuan Martin mengamati pemuda itu. Tak ada unsur yang dibuat-buat apa lagi pura-pura. Dia terlihat sangat serius dan tidak main-main.Ini di luar ekspektasinya, jelas tak mungkin seorang searogan dan sesombong Noah mau merendahkan diri untuk meminta maaf."Aku sudah tak bisa percaya apapun yang keluar dari mulutmu, McLaren!" Bentak Tuan Martin.Anehnya, Noah tak bereaksi frontal meski Tuan Martin sudah memancing amarahnya dan bahkan menghina perilakunya saat meminta maaf begitu."Apa yang harus aku lakukan sehingga Om Martin mempercayaiku?" Noah namp

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 161 Berdamai

    Noah mendengarkan apa yang dijelaskan oleh pihak kepolisian dengan seksama. Rasanya seperti tak percaya saja dengan apa yang mereka jelaskan.Betapa dia selama ini telah merasa bersalah karena meminjam mobil sepupunya itu sementara mobilnya dikenakan oleh Ben."Tidak ada hal yang mencurigakan selain memang proses perbaikan yang belum selesai." Kata polisi itu mengulangi penjelasannya."Lalu, apa sepupu saya tahu soal mobil yang belum selesai itu?" Noah masih penasaran. "Kata pihak bengkel mobil yang menjalankan pembenahan terhadap mobil itu, korban sudah diberi tahu soal pekerjaan yang belum selesai tapi tetap saja katanya ingin dipakai secepatnya dan dia tak bisa menunggu lebih lama lagi." Jawab polisi itu.Tuan Martin dan Noah saling berpandangan karena merasa saling tuduh satu sama lain. Mertua Ben itu masih mengira kalau Noah sengaja menjebak Ben dengan membiarkan mobil yang masih setengah selesai dikerjakan itu agar dikemudikan oleh menantunya.Padahal jelas-jelas hal itu memba

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 160 Fakta Lain

    "Noah, apa yang terjadi?" Aliesha bertanya sambil merangkul sosok di depannya itu.Tangannya gemetar karena membayangkan hal yang tak diinginkan."Cepat jaga Nona Aliesha!" Noah mendengar suara beberapa orang yang berlarian di lantai dua namun dia belum berani membuka pintu."Nona Aliesha, ini kami. Jangan keluar dulu karena di luar masih berbahaya." Rupanya itu adalah pengawal ayahnya."Apa yang terjadi?" Noah bertanya dari balik pintu namun masih menjaga jarak agar tak langsung berada di depan pintu. Khawatir kalau-kalau terjadi hal yang tidak diinginkan."Orang yang dulu disuruh menembak mobilmu, Noah, dia membalas akan menembak Tuan Martin. Tapi beruntunglah tembakan itu meleset dan dia sudah ditembak di tempat oleh pengawal lain..." Jelasnya."Saat kami berdua naik ke atas tadi, dia memang akan melarikan diri ke sini, jadi kami berinisiatif untuk mengamankan Nona Aliesha..." Jawab yang lain."Baik, terima kasih. Kami baik-baik saja. Tolong jaga kami selagi... kami masih di dalam

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 159 Teror di Hari Bahagia

    "Kesalah pahaman bagaimana?" Noah mulai terlihat menegang. Dia tak yakin akan siap dengan apa yang akan dia dengar nanti."Saat itu seingatku memang Tuan Martin sudah mengincarmu..." Bi Lastri masih menunggu reaksi Noah.Jika dia rasa nanti Noah akan bereaksi hiper, maka Bi Lastri akan berhenti bercerita."Mengincar?" Noah bertanya namun terlihat kalau dia masih ingin mendengarkan cerita selanjutnya."Setidaknya itu yang bisa aku ceritakan padamu sekarang..." Bi Lastri masih belum mau menceritakan lebih lanjut.Sepertinya memang ada hal yang masih dia tutup-tutupi. Dia ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya."Kumohon ceritakan saja sekarang, Bi. Aku tidak yakin apakah setelah ini kita memiliki waktu atau tidak untuk bertemu." Noah sengaaj menakuti Bi Lastri agar dia memang membuka semua yang ia tahu saat ini juga."Apa maksudmu? Apa setelah ini kamu mau pergi dari sini?" Bi Lastri tentu terkejut."Iya..."Langit yang tadi gelap kini sudah berubah lebih mencekam karena badai yang dira

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 158 Terbongkar

    Noah berjalan keluar dari kamar Aliesha.Pikirannya masih kalut dan berkabut. Antara diri dan nafsunya saling bertarung. Tak seharusnya di saat-saat berkabung begini dia mencari-cari kesempatan untuk mendekati adik iparnya itu."Noah, kamu belum tidur rupanya..." Bi Lastri tampak kaget ketika keluar dari kamar Tuan Martin dan bertemu dengan Noah yang juga baru saja keluar dari kamar Aliesha."Aku? Aku tidak mungkin tidur jam segini. Lagipula Aliesha sudah tertidur jadi aku pikir lebih baik aku keluar dan... sebenarnya aku ingin bicara denganmu!" Kata Noah.Bi Lastri langsung meletakkan telunjuknya di antara dua bibirnya."Sebaiknya jangan di sini. Ayo, kita turun ke bawah saja!"Bi Lastri mengajaknya untuk segera mencari tempat yang lebih privat untuk bicara. Noah tentu saja menurut dan mengikutinya.Setelah mereka sampai di pavilion bawah, Bi Lastri memastikan tidak ada orang yang mengikuti mereka.Lalu dia membuka dan masuk ke dalamnya."Aku sebenarnya ingin mengatakan sesuatu!" Bi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status