Share

BAB 8 Honeymoon Dadakan

Auteur: Liliput
last update Dernière mise à jour: 2024-01-18 10:51:24

Suasana bandara yang sudah cukup ramai, setidaknya membuat Aliesha merasa tidak spooky saat sepagi ini menunggu pesawat.

“Noah, kamu sudah bawa semua barang-barangku, kan?”

Setelah ijab qabul, Noah masih sama seperti dulu. Dia diperlakukan tak lebih baik dari seorang sopir atau asisten serba siaga.

“Siap! Sudah semuanya, Nona.” Di tangannya sudah ada dua tiket yang siap jika sewaktu-waktu mereka check in. “Kuharap Nona tidak lupa membawa sunblock dan sunscreen. Di sana akan sangat panas sekali cuacanya.”

“Kamu tidak usah banyak bicara. Ayo, segera check in!”

Keduanya segera bersiap check in dan masuk ke kabin pesawat.

Ayahnya sungguh tega saat memberikan tiket kelas ekonomi untuk perjalanan ke Pulau Gura-guri.

Membayangkannya saja sudah membuat punggung Aliesha ngilu apalagi tempat duduknya tak seluas di kelas bisnis atau VVIP.

“Nona, ayo duduklah. Silakan. Jangan buat penumpang lain macet gara-gara Nona tak segera duduk, mau di sini atau di dekat jendela?”

Tanpa banyak bicara lagi, Aliesha memutuskan untuk duduk di dekat jendela. Setidaknya dia akan terhibur oleh pemandangan awan di luar saat terbang.

Di tengah perjalanan, Aliesha bisa tertidur dan bahkan menyandarkan kepalanya di bahu Noah.

Berkali-kali Noah mengembalikan kepala itu di posisi headrest kursinya, namun tetap saja kembali meringkuk di pelukannya.

“Kalian pengantin baru?” tanya seorang penumpang bapak-bapak tua yang duduk di baris sebelahnya.

Noah tersenyum mengangguk.

“Percayalah padaku. Mitos pengantin baru yang berlibur ke Pulau Gura-guri, akan awet pernikahannya sampai tua. Usia pernikahanku dan istriku ini sudah empat puluh satu tahun. Dan kami masih mencintai sama seperti saat pertama kali bertemu…” Jelasnya dengan penuh semangat.

Tak ada komentar apapun dari Noah. Karena kenyataannya apa yang dia alami tak seberuntung yang mereka jalani.

“Kami pulang tanpa berkelahi saja rasanya sudah merupakan keberuntungan, Pak Tua!” tandasnya lirih.

“Apa katamu?” Pak Tua yang mengajaknya bicara tak mendengar sepenuhnya kalimat yang Noah ucapkan.

Kedengarannya seperti berbisik-bisik.

“Maksud saya… semoga saya dan istri saya bisa seperti kalian… langgeng sampai kakek nenek.”

Ucapan spontan yang keluar dari mulut Noah diaminkan oleh pasutri sepuh itu. Mereka kemudian tertawa karena mengingat momen saat seusianya.

**

“Selamat datang di Resort Pulau Gura-guri…” beberapa pelayan cantik yang masih muda menyambut.

Aliesha tersenyum lalu melenggang mencari kamar yang sudah dipesan oleh ayahnya.

Tampak Noah yang kerepotan membawa koper-koper dan tas karena jalan di resort naik-turun.

Beberapa kali dia bahkan hampir terjatuh ke kolam. Untunglah beberapa pegawai laki-laki turun tangan membantunya.

“Terima kasih…” ucapnya sambil menutup pintu kamar.

Akhirnya dia bernafas lega bisa beristirahat dengan tenang di kamar besar itu.

Udara yang sangat segar dan cuara yang cerah membuatnya serasa di alam lain saja.

“Nona, apa kamu mau berenang di pantai?”

Aliesha yang masih sibuk memilah-milah bajunya berhenti sejenak. “Kalau kamu mau berenang, pergi saja. Aku mau tidur dulu. Punggungku sakit setelah duduk tiga jam di kursi ekonomi.”

Noah merasa bersalah. “Mau aku pijit? Percayalah, aku sejak dulu terkenal pandai memijat…”

“Tidak perlu. Bisa-bisa nanti kamu memanfaatkan keadaan saat aku tertidur setelah kamu pijat.”

Noah tentu saja terkejut dan akhirnya tertawa pada respon bosnya. “Nona, kamu jangan melucu. Siapa yang akan memanfaatkan keadaan? Kamu jelas bukan tipeku! Tubuhmu kurang curvy.

Penuturan Noah membuat Aliesha tersinggung.

“Itu namanya body shaming. Apa kamu merasa tubuhmu sudah atletis dan six pack?” ejeknya membalas kalimat sindiran tadi.

“Aku setidaknya masih muda dan gagah.” Tak segan dia melepaskan kaos yang dikenakan.

Terpampanglah tubuh kotak-kotak yang terlihat sempurna layaknya bintang iklan. “Jika kamu berani, buka bajumu dan mari kita bandingkan!”

Sebuah handuk dilemparkan Aliesha untuk menutupi tubuh suaminya. Wajah Aliesha sudah memerah saat mendengar kata-kata Noah yang tak terfilter.

Diapun kabur ke kamar mandi dan menutupnya dari dalam.

Aliesha, ingat. Dia masih anak-anak. Dia lebih muda darimu.

Kata-kata itu adalah mantra agar dirinya tidak melakukan hal di luar kendali saat harus berduaan saja dengan sopirnya. Ditariknya nafas dalam-dalam. Dia ingin rileks dan tak berpikiran macam-macam.

**

Senja telah berakhir beberapa menit lalu.

Ruangan sudah dipenuhi dengan lampu yang menyala. Namun jendela dan pintu masih saja dibiarkan Aliesha terbuka.

Akhirnya Noah kembali dengan celana pendek tanpa baju. Tubuhnya sedikit basah. Begitu juga dengan rambut cepaknya.

“Nona? Apa yang kamu lakukan?”

Aliesha terkejut saat ketahuan Noah sedang mencoba beberapa pakaian ‘dinas’ yang dulu sempat dia beli saat di luar negeri.

Memang cukup provokatif dan terbuka di sana-sini.

Cepat-cepat dia menutupi tubuhnya dengan selimut. “Apa-apaan kamu, Noah? Seharusnya kamu mengetuk pintu atau setidaknya bersuara sebelum masuk ke kamar.”

Noah tersenyum karena sempat beruntung melihat istrinya beberapa detik tadi. “Jika aku memberitahumu akan kedatanganku, maka aku akan melewatkan pemadangan indah tadi…”

Aliesha tersipu malu dan menutupi wajahnya dengan kedua tangan. “Sudah, sudah. Pergi sana!”

Langkah kaki suaminya justru mendekatinya dan berbisik, “Aku suka dengan baju merah tua yang kamu pakai tadi. Kamu benar-benar terlihat seksi…”

Diapun berlalu dan masuk ke kamar mandi.

Aliesha merasa panas dingin dengan komentar suaminya. Ini pertama kalinya ada lelaki yang memujinya dengan tulus.

Untuk menghilangkan suasana tegang, dia sengaja menyalakan televisi dan melihat siaran berita local.

“Noah… Noah, kemarilah…”

Aliesha memberitahukan pada suaminya untuk mendekat.

Noah datang dari kamar mandi dengan memakai handuk saja, “Ada apa? Apa kamu mau aku memijatmu dengan mengenakan pakaian yang tadi?”

“Lihatlah!” tangan Aliesha menunjuk pada layar televisi.

“Apa?” Noah tak percaya pada yang dia lihat.

Dalam seminggu ke depan, Pulau Gura-guri dan beberapa pulau di sekitarnya akan diterpa angin taifun dan cuaca buruk.

Listrik dan sinyal elektronik akan dimatikan sewaktu-waktu.

“Itu artinya, kita akan terjebak di sini selama seminggu penuh!”

Pikiran Noah semakin gusar. Dirinya dan Ben tentu akan kesulitan berkomunikasi dalam melancarkan aksinya.

“Apa sebaiknya kita pulang lagi? Tapi kita baru sampai jam sepuluh pagi tadi…” lirih Aliesha yang ketakutan membayangkan semua pulau tersapu angin.

“Tidak mungkin. Penerbangan kita tadi adalah penerbangan terakhir untuk sepekan ini.” Noah mengecek jadwal penerbangan kembali ke pulau utama.

Keduanya hanya bisa pasrah pada nasib yang mereka akan terima. Aliesha merasa ayahnya memang sengaja melakukan ini padanya.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 163 Menerimamu Lagi

    Beberapa tahun kemudian..."Aku sungguh bangga kepadamu!" Kakek menepuk pundak cucu kebanggaannya yang telah berhasil membuat perusahaannya menjadi semakin besar dan sukses hingga ke kancah internasional."Terima kasih, Kakek. Ini semua tak lepas dari bantuan Kakek serta Ricky juga." Ucap Noah sambil menepuk bahu sepupunya.Keduanya memang diberikan mandat untuk memegang perusahaan milik McLaren yang tak main-main asetnya kini."Sama-sama..." Ricky nampak tersenyum dan rupanya di sebelahnya sudah ada seorang wanita cantik bertubuh seksi yang menggamit lengannya."Apalagi sejak ada Cassandra, kamu semakin bersemangat bekerja, Ricky. Tidak sia-sia perjuanganku menjodohkanmu dengan dia..." Kakeknya tertawa."Kakek, terima kasih sudah memperkenalkan saya pada Ricky. Dia adalah lelaki terbaik dan sempurna yang pernah saya ketahui..." Cassandra mengucapkannya dengan tulus.Sedangkan Noah masiih nampak diam tak bereaksi saat orang di sekelilingnya menikmati perbicangan. Sudah hampir tiga tah

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 162 Sebuah Syarat

    Masih dengan mulut yang terkunci rapat, Tuan Martin tak bisa merespon."Apa katamu?" Itu saja kalimat yang bisa dia katakan saat tahu Noah meminta maaf padanya.Dosanya terlalu banyak, dia harus memastikan Noah meminta maaf dalam hal apa dulu ini."Iya, saya minta maaf telah menuduh Om Martin sebagai penyebab Ben celaka dalam kematiannya itu. Saya mewakili keluarga meminta maaf yang sebesar-besarnya..." Kata Noah sambil menundukkan kepala.Tuan Martin mengamati pemuda itu. Tak ada unsur yang dibuat-buat apa lagi pura-pura. Dia terlihat sangat serius dan tidak main-main.Ini di luar ekspektasinya, jelas tak mungkin seorang searogan dan sesombong Noah mau merendahkan diri untuk meminta maaf."Aku sudah tak bisa percaya apapun yang keluar dari mulutmu, McLaren!" Bentak Tuan Martin.Anehnya, Noah tak bereaksi frontal meski Tuan Martin sudah memancing amarahnya dan bahkan menghina perilakunya saat meminta maaf begitu."Apa yang harus aku lakukan sehingga Om Martin mempercayaiku?" Noah namp

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 161 Berdamai

    Noah mendengarkan apa yang dijelaskan oleh pihak kepolisian dengan seksama. Rasanya seperti tak percaya saja dengan apa yang mereka jelaskan.Betapa dia selama ini telah merasa bersalah karena meminjam mobil sepupunya itu sementara mobilnya dikenakan oleh Ben."Tidak ada hal yang mencurigakan selain memang proses perbaikan yang belum selesai." Kata polisi itu mengulangi penjelasannya."Lalu, apa sepupu saya tahu soal mobil yang belum selesai itu?" Noah masih penasaran. "Kata pihak bengkel mobil yang menjalankan pembenahan terhadap mobil itu, korban sudah diberi tahu soal pekerjaan yang belum selesai tapi tetap saja katanya ingin dipakai secepatnya dan dia tak bisa menunggu lebih lama lagi." Jawab polisi itu.Tuan Martin dan Noah saling berpandangan karena merasa saling tuduh satu sama lain. Mertua Ben itu masih mengira kalau Noah sengaja menjebak Ben dengan membiarkan mobil yang masih setengah selesai dikerjakan itu agar dikemudikan oleh menantunya.Padahal jelas-jelas hal itu memba

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 160 Fakta Lain

    "Noah, apa yang terjadi?" Aliesha bertanya sambil merangkul sosok di depannya itu.Tangannya gemetar karena membayangkan hal yang tak diinginkan."Cepat jaga Nona Aliesha!" Noah mendengar suara beberapa orang yang berlarian di lantai dua namun dia belum berani membuka pintu."Nona Aliesha, ini kami. Jangan keluar dulu karena di luar masih berbahaya." Rupanya itu adalah pengawal ayahnya."Apa yang terjadi?" Noah bertanya dari balik pintu namun masih menjaga jarak agar tak langsung berada di depan pintu. Khawatir kalau-kalau terjadi hal yang tidak diinginkan."Orang yang dulu disuruh menembak mobilmu, Noah, dia membalas akan menembak Tuan Martin. Tapi beruntunglah tembakan itu meleset dan dia sudah ditembak di tempat oleh pengawal lain..." Jelasnya."Saat kami berdua naik ke atas tadi, dia memang akan melarikan diri ke sini, jadi kami berinisiatif untuk mengamankan Nona Aliesha..." Jawab yang lain."Baik, terima kasih. Kami baik-baik saja. Tolong jaga kami selagi... kami masih di dalam

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 159 Teror di Hari Bahagia

    "Kesalah pahaman bagaimana?" Noah mulai terlihat menegang. Dia tak yakin akan siap dengan apa yang akan dia dengar nanti."Saat itu seingatku memang Tuan Martin sudah mengincarmu..." Bi Lastri masih menunggu reaksi Noah.Jika dia rasa nanti Noah akan bereaksi hiper, maka Bi Lastri akan berhenti bercerita."Mengincar?" Noah bertanya namun terlihat kalau dia masih ingin mendengarkan cerita selanjutnya."Setidaknya itu yang bisa aku ceritakan padamu sekarang..." Bi Lastri masih belum mau menceritakan lebih lanjut.Sepertinya memang ada hal yang masih dia tutup-tutupi. Dia ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya."Kumohon ceritakan saja sekarang, Bi. Aku tidak yakin apakah setelah ini kita memiliki waktu atau tidak untuk bertemu." Noah sengaaj menakuti Bi Lastri agar dia memang membuka semua yang ia tahu saat ini juga."Apa maksudmu? Apa setelah ini kamu mau pergi dari sini?" Bi Lastri tentu terkejut."Iya..."Langit yang tadi gelap kini sudah berubah lebih mencekam karena badai yang dira

  • Suami Berondongku Ternyata CEO Billionaire   BAB 158 Terbongkar

    Noah berjalan keluar dari kamar Aliesha.Pikirannya masih kalut dan berkabut. Antara diri dan nafsunya saling bertarung. Tak seharusnya di saat-saat berkabung begini dia mencari-cari kesempatan untuk mendekati adik iparnya itu."Noah, kamu belum tidur rupanya..." Bi Lastri tampak kaget ketika keluar dari kamar Tuan Martin dan bertemu dengan Noah yang juga baru saja keluar dari kamar Aliesha."Aku? Aku tidak mungkin tidur jam segini. Lagipula Aliesha sudah tertidur jadi aku pikir lebih baik aku keluar dan... sebenarnya aku ingin bicara denganmu!" Kata Noah.Bi Lastri langsung meletakkan telunjuknya di antara dua bibirnya."Sebaiknya jangan di sini. Ayo, kita turun ke bawah saja!"Bi Lastri mengajaknya untuk segera mencari tempat yang lebih privat untuk bicara. Noah tentu saja menurut dan mengikutinya.Setelah mereka sampai di pavilion bawah, Bi Lastri memastikan tidak ada orang yang mengikuti mereka.Lalu dia membuka dan masuk ke dalamnya."Aku sebenarnya ingin mengatakan sesuatu!" Bi

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status