Share

Bab 3. Surat kontrak

Penulis: Setia R
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-22 13:46:38

Mata Kinanti begitu dekat dengan mata Wisnu, mungkin sekitar satu jengkal jarak wajah keduanya, Wisnu mampu menghirup aroma tubuh Kinanti yang begitu wangi.

Keduanya saling pandang, saling menelan saliva. Beberapa menit keduanya terlipat saling pandang, wajah Kinanti terlihat begitu merona, dan iapun tak menyadari jika gawai yang ada di tangannya terjatuh begitu saja di atas tempat tidur.

Wisnu mendehem, membuat Kinanti segera menarik diri dari pangkuan Wisnu, ia berusaha berdiri dan tentu saja di bantu oleh Wisnu.

"Ponselku!, apakah Bapak melihat ponselku?" tanya Kinanti mencari gawainya. Wisnu menoleh ke kiri dan ke kanan, ia melihat gawai yang tergeletak persis di sebelahnya, tangannya mengambil gawai itu, tentu saja ia melihat layar gawai yang masih memperlihatkan gambar yang masih terpampang jelas, gambar Kinanti yang begitu mesra di peluk oleh Bima, Wisnu tersenyum ia jadi merencanakan sesuatu yang sama sekali tidak di sadari oleh Kinanti.

"Ini ponselmu, lain kali hati-hati, jangan serudak-seruduk!" ejek Wisnu.

"Memangnya saya kambing apa, main seruduk?" Kinanti sebel.

"Saya tidak bilang ya, kamu sendiri yang bicara!" balas Wisnu tak mau kalah.

Kinanti merampas gawainya dari tangan Wisnu, segera ia beranjak menjauh dari suami dadakannya yang demikian menjengkelkan itu.

Kinanti membuka lemari pakaian, ia mengambil baju ganti dan kemudian masuk ke dalam kamar mandi, ia membersihkan diri di sana.

Dalam waktu beberapa menit, Kinanti keluar dari kamar mandi dan telah mengganti pakaiannya dengan baju santai. Wajahnya telah bersih dari makeup, wajah itu telah terlihat bagaimana aslinya.

Wisnu menatap wajah cantik alami Kinanti, ia tersenyum, ternyata istri barunya adalah seorang istri yang berparas menawan.

Kini Kinanti berhenti di dekat ranjang, karena ia masih melihat Wisnu yang tidak juga beranjak dari sana, masih duduk seperti ia meninggalkannya tadi.

"Tidurlah, aku juga mau tidur, bukankah ini sudah malam?" tegur Wisnu menatap Kinanti yang masih berdiri.

"Saya t-tidur di atas sofa saja!" jawab Kinanti terbata karena gugup, ia tidak pernah membayangkan akan tidur seranjang dengan laki-laki asing meski saat ini laki-laki itu adalah suaminya sendiri.

"Baiklah!" jawab Wisnu tanpa dosa."

Kinanti tak berani mendesah, ia hanya berlalu begitu saja dari hadapan Wisnu. Ia menuju Sofa dengan tak lupa menarik bantal dan selimut.

"Untuk sekedar memberi tahu, besok kamu harus menandatangani surat kontrak!"

Kinanti menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Wisnu kembali.

"Surat kontrak? surat kontrak apa?" tanyanya penasaran.

"Surat kontrak pernikahan kita, aku akan membuatnya besok!" Kinanti menutup mulutnya.

"Bapak sedang bercanda bukan? mana ada pernikahan pakai kontrak!"

"Saya tidak sedang bercanda!” kata Wisnu lagi sambil menarik selimut yang masih tersedia di dekatnya dan merubah posisi duduknya dari duduk ke posisi terbaring.

"Harusnya aku yang tidur di ranjang itu, pria asing, tapi kamu dengan seenaknya saja membiarkan aku tidur di sofa ini, apa kamu kira akan semudah itu tidur bersama denganku?" omelnya lirih.

"Hai non, jangan ngomel mulu, nanti cepat tua!" olok Wisnu. Kinanti tidak menyahut dan segera membaringkan dirinya begitu saja. Mencoba memejamkan matanya meski cukup sulit untuk terlelap. sementara Wisnu sudah sejak tadi tertidur dengan pulas nya.

**

Azan subuh berkumandang dari beberapa mesjid, Kinanti mengerjapkan matanya beberapa kali, entah sejak kapan ia tertidur.

Kinanti melipat selimut yang ia pakai, kemudian melangkah masuk ke kamar mandi dan mengambil air wudhu, ia kembali keluar dan mengambil mukena, akan melakukan shalat subuh seperti kebiasaan yang ia lakukan selama ini.

Wisnu menggeliat, ia mengucak matanya berulang kali dan akhirnya terbuka sempurna. Netranya tak berkedip ketika menemukan sosok Kinanti yang sedang khusyuk menjalankan ibadah shalatnya.

pemandangan yang tentu sangat baru, melihat istri mudanya, entah kenapa membuat dirinya begitu merasakan kedamaian.

Wisnu bangkit, ia berdiri dan berjalan menuju kamar mandi, kamar mandi yang pertama kali di injaknya itu sama sekali tidak pernah terlintas di benaknya.

Sehabis dari kamar mandi, ia tidak menemukan sosok Kinanti, ia berpikir kemana sepagi ini Kinanti pergi. Dengan rasa penasaran yang begitu kuat, Wisnu keluar dari kamar hanya demi mengetahui keberadaan Kinanti. Ia berjalan mengendap-endap agar tidak ada yang mengetahuinya.

Tercium bau masakan, harum dan mampu membangkitkan selera makan, Wisnu mendekati arah masakan itu, ia mendengar Kinanti sedang bercakap-cakap dengan pembantunya. Lagi-lagi Wisnu tersenyum, meski. tidak ada yang tahu arti senyum itu kecuali Wisnu sendiri.

Setelah mengetahui keberadaan Kinanti, Wisnu kembali ke kamar dan ia kembali membaringkan tubuhnya sebab ia sendiri tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

**

"Seperti yang saya janjikan tadi malam, ini adalah surat kontrak pernikahan kita." kata Wisnu sambil menyodorkan map yang berisikan dua buah kertas di dalamnya.

"Ternyata Bapak lebih gila dari yang saya bayangkan!" kata Kinanti menerima map yang di ulurkan Wisnu.

"Bacalah!" katanya lagi tanpa menghiraukan ejekan Kinanti.

Meski jengkel, Kinanti membuka dan membacanya juga, ia terlihat membelalakkan matanya.

Dalam surat itu tertulis jika,

pihak pertama adalah selalu benar, dan bila pihak pertama melakukan kesalahan maka kembali pada pasal pertama bahwa pihak pertama akan selalu benar dan tidak pernah salah.

Kedua, apabila pihak pertama tetap melakukan sesuatu yang tidak pantas, maka pihak kedua akan mendapatkan hukuman, sesuai dengan keputusan pihak pertama.

Pihak kedua wajib melakukan apapun permintaan pihak pertama.

Dan yang terakhir, jika pihak kedua selesai menunaikan tugas, termasuk melahirkan anak, maka pernikahan itu di anggap selesai.

Demikian keputusan ini di buat dengan sesadar-sadarnya.

"Gila, ini benar-benar gila, apakah Bapak tidak minum obat hari ini , hingga ada surat kontrak yang Bapak buat isinya seperti ini, ini jelas merugikan saya!"

"Dimana letak ruginya?"

"Tunggu dulu, coba katakan contohnya, hal apa yang Bapak bilang tidak pantas?"

"Melihat gambar laki-laki lain padahal kamu sudah bersuami!" jawabnya santai.

"Jika saya melakukan kesalahan itu, hukuman apa yang bakal saya terima?"

"Hukumannya tergantung dengan situasi dan kondisi, dimana kesalahan itu terjadi."

"Contohnya apa, Bapak Wisnu yang terhormat?" jawab Kinanti mulai menahan emosinya.

"Melayani saya di atas ranjang, apakah kamu paham?" jawab Wisnu melototkan matanya.

Kinanti mundur beberapa langkah karena Wisnu bicara sambil melangkah mendekat ke arahnya.

"Kamu terlalu banyak bicara, cukup tanda tangani dan lakukan!"

suara Wisnu seakan bergema di telinganya, sungguh terdengar menakutkan, Kinanti menelan air liurnya yang terasa kering.

langkah kakinya kini sudah membentur dinding, namun Wisnu masih melangkah mendekat dan tatapan Wisnu membuat kinanti semakin tak berkutik.

"Kenapa malah menjauh dari saya, bukankah kamu membutuhkan pena untuk menandatanganinya?" kata Wisnu sambil mengambil pena yang ada di saku baju kemeja yang kini tengah di pakainya.

"Saya tidak akan menandatangani surat ini jika isinya merugikan saya!" jawab kinanti berusaha tetap pada keputusannya.

"Apakah kamu ingin mengakhiri pernikahan ini sekarang? apa kamu tidak takut terjadi sesuatu dengan papamu? lalu apa kata orang? sudah di tinggalkan calon suami lalu setelah menikah secara mendadak kamu di tinggalkan oleh suami kamu pula? apakah itu bukan suatu aib yang lebih memalukan?" desak wisnu.

"T-tapi saya ...."

"Saya hanya menurut, jika perjanjian ini tidak di sepakati, saya siap pergi, berpikirlah!"

Kinanti memejamkan matanya saat Wisnu sudah berada persis di hadapannya. Ia kembali menelan salivanya, berulang kali, sungguh ia berada dalam situasi yang tidak menguntungkan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 45 Makan malam

    Kinanti berjalan dengan tenang menuju ruang tamu, ia melihat Wisnu sudah berdiri menantinya. Laki-laki yang sok cool itu berdiri di dekat pintu keluar, menatap ramainya jalan yang terang oleh cahaya lampu.Mendengar suara langkah kaki Kinanti, Wisnu berpaling dan menatap Kinanti. Sungguh ia begitu terkejut melihat hasil balutan gaun yang ia berikan pada istrinya itu, sungguh mempesona.Dalam hati ia pun bertanya, sebenarnya ada apa sampai hati Bima meninggalkan Kinanti, ia jadi penasaran juga, bukan apa-apa, Cuma ia tidak habis pikir kenapa Kinanti yang begitu sempurna ini mendapat perlakuan yang begitu menyakitkan.“Kamu bodoh Wisnu, ya Alhamdulillah jika Bima meninggalkan Kinanti, itu namanya jodoh kamu, tahu!” sentak hati Wisnu.Ia terlihat tersenyum, ia baru mengucapkan rasa syukur dengan sangat jelas.“Alhamdulillah ....”“Hah, Alhamdulillah? Apanya?”“Eh ... anu ....” jawab Wisnu garuk-garuk kepala. Ia malah cengengesan.“Apa, kamu selesai lebih cepat dari perkiraanku, j

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 44 Satu paket

    “Malam ini aku ingin mengajakmu makan malam di luar, apa kamu bersedia?” kata Wisnu dan kemudian duduk di dekat Kinanti “Makan malam di luar? Di mana?” Wajah Kinanti terlihat berubah, ada sesuatu yang sukar di tebak di dalam sana. Terus terang Kinanti jadi dag-dig-dug ser, duduk begitu dekat dengan Wisnu seperti ini.“Nanti kamu akan tahu.”“Tuhan ... jika suara dia selembut ini ... mana mungkin pertahananku akan tetap kekeh, aku paling tidak bisa menerima perlakuan lembut seperti ini.Kriiiing, Kinanti terkejut, ia tersadar dari lamunannya, ia menoleh ketika Wisnu mengangkat ponselnya.“Ya, ada apa?”Terlihatlah Wisnu bangkit dari duduknya, ia berdiri tidak jauh dari kinanti sementara sebelah tangannya ia masukkan ke dalam saku celana sebelah kanan, Kinanti menatap Wisnu dari ujung kepala sampai ujung kaki, semua terekspos secara sempurna. Ia mengakui jika suaminya memang begitu tampan dan penuh pesona. Tapi karena sikapnya yang dingin dan cuek, membuat hati membeku.Sayup te

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 43 Cemburu

    Entah mengapa, hari ini terasa sangat membosankan. Kinanti mendengus serta menampar jok mobil yang di dudukinya. Kekesalan terpancar di mimik mukanya.Entah mengapa, hatinya terusik untuk sekedar tahu siapa sebenarnya perempuan yang kini sedang bersama Wisnu, hatinya masih menduga dan bertanya-tanya dan ia ingin memastikan.Keduanya terlihat begitu santai dan akrab, mereka tertawa bareng dengan begitu lepas, dari dalam hati Kinanti terbersit rasa iri, karena saat bersamanya, Wisnu jarang menunjukkan muka manis, mungkin hanya sekali ketika malam ia terjatuh, dan setelah itu tidak pernah.Tapi kali ini, tawa itu begitu berderai, tanpa beban sedikitpun, oleh karena itu Kinanti semakin bertambah penasaran, kakinya kembali turun, membimbingnya untuk keluar dari dalam mobil, dan ... tentu saja mengikuti Wisnu yang kini masuk ke dalam Mall.Kinanti terus berjalan di antara pengunjung yang lain, ia berada tidak begitu jauh dari Wisnu dan perempuan yang masih bersamanya ini.Keduanya berh

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 42 Wisnu bersama seorang wanita

    Setelah selesai sarapan, Wisnu berangkat ke kantor, sedangkan Kinanti bergegas kembali masuk ke dalam kamar. Ia termangu menatap ponsel yang masih utuh dalam kotak, ponsel baru yang sengaja di berikan oleh Wisnu padanya, ia tersenyum mengenang sikap Wisnu yang begitu salah tingkah ketika menyadari ponsel dalam tasnya jatuh begitu saja di atas lantai.Wajah kikuk dan grogi tergambar jelas, dan semuanya membuat Kinanti tidak habis pikir.“Apa sih susahnya tinggal mengatakan bahwa ia telah membelikan ponsel untuk dirinya, ini malah pura-pura mau berangkat ke kantor, dasar kamu memang pria aneh Wisnu!” gerutu Kinanti seorang diri.Tapi serupa dengan Wisnu, ia pun enggan untuk menyentuh ponsel itu. Rasa gengsi dan marah yang sengaja di buat-buat ia begitu berat hati untuk langsung begitu saja menerimanya, meski yang memberikan ponsel itu adalah suaminya sendiri. Namun baginya Wisnu tetaplah orang asing dan belum sepantasnya jika dirinya begini cepat dekat dan akrab.“Ah Bima, sebenar

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 41 Aneh kamu Mas ...

    Wisnu telah bersiap pergi ke kantor, seperti biasanya ia selalu memeriksa isi tas kantornya. Ia tertegun melihat kotak ponsel yang di belinya kemarin, ia belum memberikan ponsel itu pada Kinanti.Mukanya menoleh saat derit pintu kamar berbunyi, pertanda ada yang masuk.Tapi entah mengapa, bibir Wisnu seakan terkunci rapat untuk sekedar memanggil dan menyerahkan ponsel itu.Kinanti masih diam, ia masih bermuka datar, tak ada bias keramahan di wajah ayu miliknya, membuat Wisnu semakin membeku di tempatnya.“Mari kita sarapan di bawah, Papa dan Mama sudah menunggu.” Kata Kinanti masih berdiri di muka pintu, menanti Wisnu keluar dari kamar.“Aku tidak sarapan hari ini, aku pergi lebih awal ke kantor, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan lebih cepat pagi ini.” Wisnu mencoba memberikan alasan.“Sarapan hanya memerlukan waktu sebentar, lagi pula hari masih terlalu pagi untuk berangkat, apakah itu bukan sekedar alasan kamu agar cepat-cepat pergi?”“Kamu selalu berburuk sangka padaku

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 40 Kenangan yang hilang!

    “Mas, mau ambil ponsel yang kemarin saya bawa kemari ya?” Kata Kinanti pada tukang servis ponsel yang ia datangi kemarin.“Dengan mbak Kinanti ya?”“Iya mas, apakah sudah jadi?”“Waduh Mbak, maaf ponselnya sudah tidak bisa di perbaiki!”“Yang bener saja Mas, masak sih?”“Iya, maaf ya Mbak?”“Apa tidak bisa di usahakan lagi ya Mas?”“Kemarin sudah saya coba Mbak, tapi tetap tidak bisa!”“Ya sudah kalau begitu, saya permisi dulu.”Kinanti meninggalkan tempat itu dengan perasaan kecewa, bagaimana tidak, ia benar-benar kehilangan kenangan yang ia lalui bersama dengan Bima, tak ada lagi yang bisa ia harapkan, tapi tak ada yang bisa di lakukan olehnya kali ini.akhirnya ia kembali masuk ke dalam taksi online yang iya pesan. Dengan lesu ia duduk di jok belakang taksi tersebut dan menatap keluar setelah berbicara pada sang sopir jika ia siap meninggalkan tempat itu.Dalam perjalanan, ia menatap keluar tanpa semangat, tiba-tiba netranya menatap seorang pemuda yang sedang berjalan s

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 39. Resah

    Wisnu meletakkan ponsel baru yang baru saja di belinya, ia bermaksud memberikan ponsel itu untuk Kinanti, setelah beberapa hari yang lalu ia berhasil membujuk tukang servis HP agar tidak memperbaiki ponsel milik Kinanti.Lama ia terdiam, sesekali ia mendesah, ia begitu bingung harus bersikap seperti apa, harus bagaimana cara memberikan ponsel itu. Wisnu memasukkan ponsel baru itu ke dalam tas kerjanya, kemudian melangkah keluar meninggalkan kantor dengan santai.Wisnu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, jujur ia begitu salah tingkah di hadapan istri mudanya itu.Dengan tekat yang kuat, akhirnya Wisnu memberanikan diri, ia mengetuk kamar yang masih tertutup rapat, mungkin Kinanti sedang istirahat.Lama tak ada sahutan, Wisnu masuk ke dalam kamar, ia melihat sekeliling kamar, namun ia tak menemukan keberadaan Kinanti di sana. Hanyalah suara gemercik dari arah kamar mandi, mungkin Kinanti sedang membersihkan diri.Wisnu tahu jika Kinanti masih marah padanya karena ponsel yang terj

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 38 Ponsel Kinanti rusak

    Kinanti sibuk dengan gawai di tangannya, bahkan ia tidak menyadari jika kini Wisnu datang menghampirinya. Ia duduk di sebuah sofa panjang di ruang tamu.Wisnu menyusul Kinanti, setelah pertengkarannya dengan Miranda, ia tidak ingin memperpanjang masalah dengan Kinanti, makanya ia memutuskan untuk tinggal sementara waktu di kediaman keluarga Darmawan.Wajah teduh yang dingin itu seakan tak mengusik Kinanti, terbukti Kinanti yang masih memainkan gawai di tangannya, membuka galeri yang masih memamerkan kemesraannya dengan Bima.Wisnu mendekatkan dirinya kepada Kinanti, kepalanya agak melongok kedepan, sehingga Wisnu dengan bebas bisa melihat foto Kinanti yang di peluk dari belakang oleh Bima dengan begitu mesra. Dan Kinanti seakan tak mau berhenti menatapnya.Wisnu merasa darahnya berdesir.“Ah, mana mungkin aku cemburu, dia bukan siapa-siapa lagi bagi Kinanti, dia hanya masalalu.” Bisik hati Wisnu.Semakin lama wisnu melihat betapa lama Kinanti masih tetap pada posisi sebelum

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 37 Pulang

    “ Ayo Pa, kita berangkat, Kita yang jemput Kinanti sekarang!” Kata Sukma sangat bersemangat di dalam percakapannya dengan Pak Hermawan lewat ponsel. “Iya, tapi Papa masih meeting Ma .... tunggu sebentar lagi nanti Mama Papa jemput!” “Pokoknya Mama tak mau tahu, setengah jam lagi kita berangkat, atau Mama akan pergi sendiri!” “Kan tadi sudah Papa bilang, Mama saja yang jemput, sama sopir, Mama ngotot kita pergi!” “Ya sudah kalau Papa keberatan, aku pergi sendiri saja!” “Ya, oke Ma, tunggu ya ....” jawab Pak Hermawan akhirnya, ia tak bisa mendengar istrinya merajuk, karena tak selalu istrinya itu minta di turuti kemauannya, tapi jika sudah ingin maka harus mendapatkan apa yang di inginkannya. Selang beberapa menit, Pak Hermawan sudah datang menjemput Bu Sukma, sebab Bu Sukma sudah menunggu di tempat yang tidak jauh dari kantor mereka. “Masih ngambek?” canda Pak Hermawan sambil mencolek pipi istrinya mesra. “Pa ... Mama mau melihat wajah pucat Kinanti bersama Papa,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status