Share

Bab 2. Suami Pengganti

Author: Setia R
last update Last Updated: 2024-05-22 13:46:29

“Beliaulah yang akan menikahi kamu. Namun, sebagai istri kedua.” 

Mata Kinanti terbelalak saat mendengarnya. “Apa!?”

“Tidak ada pilihan lain, Kinan,” tukas Pak Darmawan, membuat Kinanti menelan ludah. “Jika tidak, kamu–”

“Pak Darmawan.” Tiba-tiba pria asing yang merupakan atasan Pak Darmawan itu berucap. Suaranya dalam dan tatapannya tajam ke arah Kinanti. “Izinkan saya bicara berdua dengan putri Bapak.”

Dengan segera, Pak Darmawan mengizinkan hal tersebut. Pria paruh baya itu mengajak istrinya pergi dari sana, meninggalkan Wisnu berdua dengan Kinanti.

Hening sejenak. Tidak ada gerakan dari keduanya sebelum kemudian Wisnu menghampiri Kinanti dan mengulurkan tangannya, berniat membantu wanita itu bangun.

Ragu, Kinanti menerima uluran tangan tersebut. Sepasang mata Kinanti menatap pria yang yang kini duduk berdampingan dengannya di kursi panjang. Jujur, sosok itu memang tampan, tapi Kinanti tidak yakin bahwa ia adalah pria yang tepat untuknya.

Apalagi sorot mata tajam itu–

“Nama saya Wisnu,” ujar pria itu. Ia bicara sembari menatap lurus ke arah Kinanti. “Papa kamu tadi tampak kalut, saat saya melihatnya. Jadi–”

“Bapak punya istri?” sela Kinanti, mengajukan pertanyaan yang ada di kepalanya. “Lalu kenapa bersedia menikahi saya? Bagaimana dengan istri Bapak?”

“Saya pikir ini bukan tempatnya kamu mencemaskan istri saya, Kinanti. Tidak ketika posisi kamu sedang terjepit seperti ini.”

Kinanti terdiam, tidak bisa menjawab. Ia kembali memikirkan setiap perkataan ayahnya, ditambah lagi, ia pun teringat bahwa ayahnya memiliki penyakit jantung. Jika terlalu stres, bisa saja terjadi sesuatu pada sang ayah.

Wanita itu ingin menolak. Namun, tak dalam posisi bisa melakukannya.

“Saya bisa menolong kamu keluar dari ancaman rasa malu dan olok-olok,” ucap pria itu lagi. Pemuda itu masih menatap Kinanti. “Namun, kamu juga harus membantu saya. Ayah kamu sudah menyetujui syarat dari saya dan saya tidak berminat menyembunyikan hal ini dari kamu.”

“Apa syaratnya?” Kinanti akhirnya bertanya setelah terdiam beberapa saat.

“Lahirkan seorang anak untuk saya. Bantu buktikan pada istri pertama dan keluarga saya, bahwa saya tidak mandul.”

**

Pesta pernikahan berjalan lancar. Baik Kinanti maupun Wisnu bisa memasang ekspresi berbahagia, apalagi saat mereka mengikuti arahan dari tukang foto untuk memasang wajah penuh cinta dan berpose romantis.

Untungnya, padatnya acara hari itu membuat Kinanti sedikit melupakan keberengsekan mantan pacarnya dan bagaimana dengan istri pertama suami barunya tersebut.

Namun, saat pesta sudah selesai dilaksanakan, barulah pikiran-pikiran itu kembali menghantui otak Kinanti.

“Apakah aku melakukan kesalahan?” tanyanya pada diri sendiri. “Hingga Bima meninggalkanku tanpa penjelasan seperti itu?”

Wanita itu memandangi gawai di tangannya. Bima masih belum membalas pesan-pesan yang ia kirimkan. Kinanti merasa nyaris gila memikirkan alasan pria itu tega meninggalkannya di hari pernikahan, sekalipun sang ayah mengatakan kalau tidak ada gunanya Kinanti memikirkan pria berengsek tersebut.

“Belum tidur?”

Lamunan Kinanti terpecah saat mendengar suara dalam yang familier tersebut. Ia menoleh dan mendapati suami dadakannya berdiri tidak jauh dari sana. 

“Bapak belum pulang?” Kinanti justru bertanya balik, membuat pria itu mengernyit.

“Sekalipun tiba-tiba, saya sekarang adalah suami kamu secara sah,” ucap Wisnu. “Kita punya kesepakatan, Kinanti.” 

Kinanti cemberut, tapi ia tidak mengatakan apa pun.

“Lebih baik, sekarang kamu ganti baju,” ucap Wisnu, sebelum kemudian duduk di samping Kinanti. “Dan bersihkan dirimu. Daripada kamu meratapi pria yang tidak jelas itu.”

“Jaga ucapan Bapak,” tegur Kinanti. Entah kenapa merasa marah saat pria itu yang mengatai Bima. “Bapak tidak kenal dia.”

“Tidak harus mengenalnya untuk tahu dia pria seperti apa, Kinanti,” balas Wisnu dengan nada dinginnya. “Dia meninggalkan wanita yang mencintainya di hari pernikahan. Seharusnya kamu bisa menyadari dengan jelas bagaimana sifatnya dari cara ia bersikap.”

Kinanti tampak marah. Karena baginya, Bima masihlah kekasihnya yang baik hati dan lembut. Yang menjanjikan pernikahan. Lagi pula, ia tidak tahu mengapa Bima bersikap demikian. Bisa saja dia yang salah, bukan?

Sekalipun, memang tidak seharusnya Bima menghilang tanpa kabar dan nyaris membuatnya menjadi bahan olok-olok.

Namun, Kinanti enggan mengakuinya. Tidak di hadapan pria asing ini, sekalipun pria inilah yang menolong Kinanti dan keluarganya.

Tidak di hadapan pria yang menduakan istrinya karena menginginkan anak.

Terburu-buru karena emosi, Kinanti berdiri dan melangkah.

Tapi baru satu langkah menjauhi Wisnu, kakinya yang memakai sepatu hak tinggi tergelincir dan hampir saja Kinanti terjatuh jika Wisnu tidak segera menangkap tubuhnya yang mungil itu.

“Hati-hati,” ucap pria itu. Posisinya saat ini tengah memeluk Kinanti di pangkuannya. 

Mata Kinanti begitu dekat dengan mata Wisnu, mungkin sekitar satu jengkal jarak wajah keduanya, Wisnu mampu menghirup aroma tubuh Kinanti yang begitu wangi.

Keduanya saling pandang, saling menelan saliva.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 45 Makan malam

    Kinanti berjalan dengan tenang menuju ruang tamu, ia melihat Wisnu sudah berdiri menantinya. Laki-laki yang sok cool itu berdiri di dekat pintu keluar, menatap ramainya jalan yang terang oleh cahaya lampu.Mendengar suara langkah kaki Kinanti, Wisnu berpaling dan menatap Kinanti. Sungguh ia begitu terkejut melihat hasil balutan gaun yang ia berikan pada istrinya itu, sungguh mempesona.Dalam hati ia pun bertanya, sebenarnya ada apa sampai hati Bima meninggalkan Kinanti, ia jadi penasaran juga, bukan apa-apa, Cuma ia tidak habis pikir kenapa Kinanti yang begitu sempurna ini mendapat perlakuan yang begitu menyakitkan.“Kamu bodoh Wisnu, ya Alhamdulillah jika Bima meninggalkan Kinanti, itu namanya jodoh kamu, tahu!” sentak hati Wisnu.Ia terlihat tersenyum, ia baru mengucapkan rasa syukur dengan sangat jelas.“Alhamdulillah ....”“Hah, Alhamdulillah? Apanya?”“Eh ... anu ....” jawab Wisnu garuk-garuk kepala. Ia malah cengengesan.“Apa, kamu selesai lebih cepat dari perkiraanku, j

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 44 Satu paket

    “Malam ini aku ingin mengajakmu makan malam di luar, apa kamu bersedia?” kata Wisnu dan kemudian duduk di dekat Kinanti “Makan malam di luar? Di mana?” Wajah Kinanti terlihat berubah, ada sesuatu yang sukar di tebak di dalam sana. Terus terang Kinanti jadi dag-dig-dug ser, duduk begitu dekat dengan Wisnu seperti ini.“Nanti kamu akan tahu.”“Tuhan ... jika suara dia selembut ini ... mana mungkin pertahananku akan tetap kekeh, aku paling tidak bisa menerima perlakuan lembut seperti ini.Kriiiing, Kinanti terkejut, ia tersadar dari lamunannya, ia menoleh ketika Wisnu mengangkat ponselnya.“Ya, ada apa?”Terlihatlah Wisnu bangkit dari duduknya, ia berdiri tidak jauh dari kinanti sementara sebelah tangannya ia masukkan ke dalam saku celana sebelah kanan, Kinanti menatap Wisnu dari ujung kepala sampai ujung kaki, semua terekspos secara sempurna. Ia mengakui jika suaminya memang begitu tampan dan penuh pesona. Tapi karena sikapnya yang dingin dan cuek, membuat hati membeku.Sayup te

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 43 Cemburu

    Entah mengapa, hari ini terasa sangat membosankan. Kinanti mendengus serta menampar jok mobil yang di dudukinya. Kekesalan terpancar di mimik mukanya.Entah mengapa, hatinya terusik untuk sekedar tahu siapa sebenarnya perempuan yang kini sedang bersama Wisnu, hatinya masih menduga dan bertanya-tanya dan ia ingin memastikan.Keduanya terlihat begitu santai dan akrab, mereka tertawa bareng dengan begitu lepas, dari dalam hati Kinanti terbersit rasa iri, karena saat bersamanya, Wisnu jarang menunjukkan muka manis, mungkin hanya sekali ketika malam ia terjatuh, dan setelah itu tidak pernah.Tapi kali ini, tawa itu begitu berderai, tanpa beban sedikitpun, oleh karena itu Kinanti semakin bertambah penasaran, kakinya kembali turun, membimbingnya untuk keluar dari dalam mobil, dan ... tentu saja mengikuti Wisnu yang kini masuk ke dalam Mall.Kinanti terus berjalan di antara pengunjung yang lain, ia berada tidak begitu jauh dari Wisnu dan perempuan yang masih bersamanya ini.Keduanya berh

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 42 Wisnu bersama seorang wanita

    Setelah selesai sarapan, Wisnu berangkat ke kantor, sedangkan Kinanti bergegas kembali masuk ke dalam kamar. Ia termangu menatap ponsel yang masih utuh dalam kotak, ponsel baru yang sengaja di berikan oleh Wisnu padanya, ia tersenyum mengenang sikap Wisnu yang begitu salah tingkah ketika menyadari ponsel dalam tasnya jatuh begitu saja di atas lantai.Wajah kikuk dan grogi tergambar jelas, dan semuanya membuat Kinanti tidak habis pikir.“Apa sih susahnya tinggal mengatakan bahwa ia telah membelikan ponsel untuk dirinya, ini malah pura-pura mau berangkat ke kantor, dasar kamu memang pria aneh Wisnu!” gerutu Kinanti seorang diri.Tapi serupa dengan Wisnu, ia pun enggan untuk menyentuh ponsel itu. Rasa gengsi dan marah yang sengaja di buat-buat ia begitu berat hati untuk langsung begitu saja menerimanya, meski yang memberikan ponsel itu adalah suaminya sendiri. Namun baginya Wisnu tetaplah orang asing dan belum sepantasnya jika dirinya begini cepat dekat dan akrab.“Ah Bima, sebenar

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 41 Aneh kamu Mas ...

    Wisnu telah bersiap pergi ke kantor, seperti biasanya ia selalu memeriksa isi tas kantornya. Ia tertegun melihat kotak ponsel yang di belinya kemarin, ia belum memberikan ponsel itu pada Kinanti.Mukanya menoleh saat derit pintu kamar berbunyi, pertanda ada yang masuk.Tapi entah mengapa, bibir Wisnu seakan terkunci rapat untuk sekedar memanggil dan menyerahkan ponsel itu.Kinanti masih diam, ia masih bermuka datar, tak ada bias keramahan di wajah ayu miliknya, membuat Wisnu semakin membeku di tempatnya.“Mari kita sarapan di bawah, Papa dan Mama sudah menunggu.” Kata Kinanti masih berdiri di muka pintu, menanti Wisnu keluar dari kamar.“Aku tidak sarapan hari ini, aku pergi lebih awal ke kantor, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan lebih cepat pagi ini.” Wisnu mencoba memberikan alasan.“Sarapan hanya memerlukan waktu sebentar, lagi pula hari masih terlalu pagi untuk berangkat, apakah itu bukan sekedar alasan kamu agar cepat-cepat pergi?”“Kamu selalu berburuk sangka padaku

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 40 Kenangan yang hilang!

    “Mas, mau ambil ponsel yang kemarin saya bawa kemari ya?” Kata Kinanti pada tukang servis ponsel yang ia datangi kemarin.“Dengan mbak Kinanti ya?”“Iya mas, apakah sudah jadi?”“Waduh Mbak, maaf ponselnya sudah tidak bisa di perbaiki!”“Yang bener saja Mas, masak sih?”“Iya, maaf ya Mbak?”“Apa tidak bisa di usahakan lagi ya Mas?”“Kemarin sudah saya coba Mbak, tapi tetap tidak bisa!”“Ya sudah kalau begitu, saya permisi dulu.”Kinanti meninggalkan tempat itu dengan perasaan kecewa, bagaimana tidak, ia benar-benar kehilangan kenangan yang ia lalui bersama dengan Bima, tak ada lagi yang bisa ia harapkan, tapi tak ada yang bisa di lakukan olehnya kali ini.akhirnya ia kembali masuk ke dalam taksi online yang iya pesan. Dengan lesu ia duduk di jok belakang taksi tersebut dan menatap keluar setelah berbicara pada sang sopir jika ia siap meninggalkan tempat itu.Dalam perjalanan, ia menatap keluar tanpa semangat, tiba-tiba netranya menatap seorang pemuda yang sedang berjalan s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status