Share

BAB 22 Pesan

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2025-05-05 11:26:07
[Mas, sudah bangun? Hampir subuh]

Sebelum adzan subuh berkumandang, Senja sudah mengirimkan pesan pada suaminya. Seolah seperti alarm yang mengingatkannya tentang shalat.

Langit meraba handphone yang dia letakkan di atas meja di samping pembaringan. Kedua matanya masih memicing sembari menyalakan lampu utama. Saat melihat pesan dari istrinya, kedua matanya berbinar. Kantuk yang sedari tadi menyelimuti kelopak matanya mendadak hilang seketika.

[Baru bangun, Sayang. Dengar pesan dari kamu ini jadinya kebangun. Ada apa, Sayang? Kangen?]

Langit membalas pesan itu dengan hati berbunga. Meski dia tahu, Senja belum sepenuhnya mencintainya dan sikap-sikapnya selama ini hanya bentuk baktinya pada suami, tapi Langit yakin dengan ketulusannya hati Senja akan luluh juga.

[Sedikit sih, Mas. Jangan lupa shalat subuh berjamaah di masjid ya, Mas. Entah mengapa hatiku sedikit tak tenang. Kamu baik-baik saja di sana kan, Mas?]

Lagi-lagi Langit tersenyum saat membaca balasan dari istrin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Emi Susanti
up lagi Thor ...
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
lama² kesel bacanya . iya sih itu rmh ortunya n' dia berhak tinggal dstu . tp statusnya dia udh jd suami n' istrinya ga dibawa sm dia . blm lg ibu tiri a.k.a mntn pacar masi ngarep n' bahkan nekat ngrayu dia kaya pelacur*r . kalo Langit dijebak, yg slh yaa langit . lagian knp ga nginep d hotel aja !
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Kondisi Dimas

    "Ada apa, Mas?" tanya Senja setelah Langit terdiam beberapa saat. "Sebentar, Sayang. Ada mobil saling senggol di parkiran. Supirnya adu mulut. Aku minggir dulu, sudah ada satpam yang melerai." Senja manggut-manggut. Ternyata kekhawatirannya tadi tak terjadi. Dia pikir keributan itu berhubungan dengan papa mertuanya. "Papa nggak kenapa-kenapa kan, Mas?" tanya Senja lagi. "Dokter bilang, kejadian ini cukup berpengaruh sama strokenya papa. Kalau dibilang makin parah ya nggak separah itu. Cuma papa memang harus lebih banyak istirahat. Kamu tenang saja, Sayang. InsyaAllah papa akan lekas membaik. Lintang gimana? Dokter Ismail sudah datang?" tanya Langit sembari duduk di kursi samping area parkir. Setelah mengurus administrasi, Langit sengaja memilih duduk di sana untuk menenangkan diri dan mengabari istrinya. Di kamar inap, papanya sudah ada yang menjaga. Astuti, perawat papanya selalu siaga di sana. "Ya Allah, padahal papa sudah belajar banyak biar bisa lekas jalan. Qodarullah mala

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Kecelakaan

    [Mas Langit, bapak jatuh dari kamar mandi. Sekarang kami bawa ke rumah sakit Mitra Keluarga. Maafkan saya yang nggak bisa menjaga bapak dengan baik, Mas. Kebetulan saya tadi ke mini market beli keperluan mandi. Saat pulang, Pak Lukman sama Bi Lilis sudah heboh. Sekali lagi saya minta maaf, Mas] Pesan dari Astuti, perawat khusus Dimas muncul di layar handphone Langit. Langit menghela napas panjang laluengetik balasan. [Tolong, jaga papa dulu ya, Mbak. Saya segera ke sana. Namanya musibah, Mbak. Nggak ada yang tahu. Kita doakan saja papa nggak kenapa-kenapa] "Kasihan papa, Mas," lirih Senja setelah Langit mengirimkan balasan. "Iya, Sayang. Aku harus ke rumah sakit sekarang. Kamu di rumah saja jagain Lintang ya? Aku sudah kasih kabar ke dokter Ismail. Mungkin sebentar lagi beliau akan datang periksa Lintang. Kamu yang tenang, InsyaAllah semua baik-baik saja," ujar Langit sembari mengusap puncak kepala Senja. "Oh, sama dokter Ismail saja ya, Mas? Nggak jadi cek dokter di rumah sakit?

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Pesan Mengganggu

    Mentari menyinari bumi dengan hangat. Cahayanya menembus celah-celah daun jendela. Senja membuka gorden dan membuka jendela kamarnya. Semalam dia begadang karena Lintang demam. Bakda subuh dia baru terlelap setelah rewel semalaman. Langit pun selalu menemaninya, membantunya menggendong Lintang agar lebih tenang. "Kamu capek kan, Sayang? Istirahat dulu biar aku yang gendong Lintang." Ucapan Langit beberapa jam lalu kembali terngiang di benak Senja. Dia menatap sosok lelaki yang tidur di ranjang karena kelelahan. Diusapnya pelan kening Langit lalu mengecupnya. Senja tersenyum, menatap wajah suaminya yang tetap tampan meski terlelap. Tatapan Senja beralih di box bayi yang tak jauh dari tempat tidurnya. Di sanalah buah hatinya terlelap. "Terima kasih, Mas. Kamu tak hanya menjadi suami siaga, tapi juga seorang lelaki yang sudah siap dengan status barumu sebagai ayah," ujar Senja lirih. Senja beranjak dari tepi ranjang lalu turun ke lantai bawah. Dia ingin membuat roti panggang dengan

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Kado Spesial

    [Ja, kenapa kamu ngasih gelang sama kalung begini? Mana mahal banget harganya] Pesan dari Ririn masuk ke aplikasi hijau milik Senja. Senja tersenyum lalu mengetikkan balasan. Senja tahu bagaimana keadaan sahabatnya itu, namun dia hanya mendengarkan cerita Ririn dan tak ingin mencampuri masalah rumah tangga sahabatnya terlalu jauh. Senja sengaja memberi perhiasan karena Ririn sudah membantu dan menemaninya pasca melahirkan. Dia hanya berharap perhiasan itu bisa digunakan Ririn jika keadaan mendesak. Bahkan surat pembeliannya pun sengaja dimasukkan ke kotak itu. Jika kelak Ririn akan menjual barang pemberiannya, Senja tak masalah. Justru dia sengaja memberikan itu untuk tabungan Ririn jika sewaktu-waktu dibutuhkan. [Lebih mahal waktu dan kesabaran kamu ngerawat aku, Rin. Pokoknya aku berterima kasih banget kamu sudah datang tiap hari ke rumah selama dua bulan belakangan ini. Aku merasa ada teman saat Mas Langit sibuk dengan pekerjaannya bahkan saat dia keluar kota. Pakai ya? Kalau me

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Skakmat

    "Bukannya tiap hari kamu masakin ibu cuma tempe, tahu, bayam, kangkung? Kalau aku pulang lembur juga masakannya sudah habis. Makanya, aku beli makan dari luar karena tahu kalau sampai rumah semua sudah habis."Ririn menghela napas. Dia benar-benar kaget mendengar ucapan suaminya yang dia yakini semua akibat fitnah mertuanya. "Duit sejuta dari kamu itu kalau dibilang cukup ya nggak cukup, Mas. Apalagi kalau makannya minta yang enak-enak. Itu sejuta kan bukan cuma buat dapur, tapi masih kepotong wifi, listrik, air, uang sampah, uang sosial dan lainnya. Coba bayangkan, kamu sekali makan misal beli nasi goreng atau bakmi aja udah dua puluh ribuan. Sementara kamu kasih jatah aku sebulan buat tiga orang dewasa, masih kepotong biaya ini itu. Sisanya berapa coba? Bisa makan sama tempe, tahu, sayur saja sudah beruntung. Sesekali aku juga masakin ayam, ikan dan lainnya kok, tapi nggak bisa sering-seringlah. Kalau keseringan duitnya nggak cukup. Kalau hutang di warung, nanti kamu protes pula."

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Cekcok

    "Mau telepon, Ram? Angkat aja nggak apa-apa." Langit mempersilakan, namun Rama menggeleng. "Kamu kok aneh begitu, Mas? Kenapa?" tanya Ririn lagi. Dia kembali mengernyit, menatap suaminya yang mendadak salah tingkah. "Nggak, Sayang. Kayanya tadi salah sambung. Nomor itu sudah tiga kali ini menerorku.""Kenapa nggak diblokir aja sekalian kalau memang cuma teror?" tanya Ririn lagi. "Iya nanti aku blok." Obrolan selesai. Ririn tak mau berdebat lagi karena menghargai Langit yang mengajak mereka makan di cafe baru itu. Langit hanya ingin mengucapkan terima kasih karena beberapa hari belakangan Ririn selalu menemani Senja di rumah. Senja yang baru saja melahirkan memang butuh sosok sahabat yang bisa diajak bercanda di saat suaminya ke luar kota dan Ririn selalu hadir untuknya. Sebuah keberkahan tersendiri bagi Senja memiliki sahabat sebaik Ririn. Oleh karena itulah, dia meminta suaminya untuk mentraktir Ririn dan Rama di cafe. Cafe baru yang ternyata milik Awan. "Ini hadiah dari Senja,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status