Share

Cinderella dan Pangeran

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2025-05-27 20:52:07

"Kita ke rumah papa dulu, Sayang. Kamu belum pernah kuajak ke sana kan?" Langit membelokkan mobilnya ke jalan yang berbeda.

"Boleh, Mas. Mau ngapain ke sana kan nggak ada papa," balas Senja sambil menatap wajah suaminya.

"Ambil baju pengantin mama sama album foto pernikahan papa dan mama, Sayang. Semua masih tersimpan di kamarku. Mungkin kalau dulu disimpan di kamar papa, semua sudah habis dibuang atau dibakar perempuan itu."

Senja manggut-manggut. Dia tak menyangka jika suaminya secerdik itu.

"Ternyata semua yang kusimpan itu sangat dibutuhkan saat ini. Semoga saja bisa membantu papa mengingat masa lalunya." Langit mengusap-usap dagunya dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya tetap memegang stir.

"Semoga ya, Mas. Kita harus berdoa dan berusaha. Kasihan papa kalau harus hidup dengan nenek lampir itu." Senja menghela napas panjang.

"Betul, Sayang. Tapi nenek lampir itu bisa keok juga di tanganmu." Langit menoleh lalu mengedipkan sebelah matanya. Wajah Senja memerah seketika.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
Tasya meradang nii kalo liat Senja sm Langit ada d rmh . lbh bagus lg kalo dia dengar Langit sm Senja lg buat Langit junior wkwk ^^
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Skakmat

    "Bukannya tiap hari kamu masakin ibu cuma tempe, tahu, bayam, kangkung? Kalau aku pulang lembur juga masakannya sudah habis. Makanya, aku beli makan dari luar karena tahu kalau sampai rumah semua sudah habis."Ririn menghela napas. Dia benar-benar kaget mendengar ucapan suaminya yang dia yakini semua akibat fitnah mertuanya. "Duit sejuta dari kamu itu kalau dibilang cukup ya nggak cukup, Mas. Apalagi kalau makannya minta yang enak-enak. Itu sejuta kan bukan cuma buat dapur, tapi masih kepotong wifi, listrik, air, uang sampah, uang sosial dan lainnya. Coba bayangkan, kamu sekali makan misal beli nasi goreng atau bakmi aja udah dua puluh ribuan. Sementara kamu kasih jatah aku sebulan buat tiga orang dewasa, masih kepotong biaya ini itu. Sisanya berapa coba? Bisa makan sama tempe, tahu, sayur saja sudah beruntung. Sesekali aku juga masakin ayam, ikan dan lainnya kok, tapi nggak bisa sering-seringlah. Kalau keseringan duitnya nggak cukup. Kalau hutang di warung, nanti kamu protes pula."

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Cekcok

    "Mau telepon, Ram? Angkat aja nggak apa-apa." Langit mempersilakan, namun Rama menggeleng. "Kamu kok aneh begitu, Mas? Kenapa?" tanya Ririn lagi. Dia kembali mengernyit, menatap suaminya yang mendadak salah tingkah. "Nggak, Sayang. Kayanya tadi salah sambung. Nomor itu sudah tiga kali ini menerorku.""Kenapa nggak diblokir aja sekalian kalau memang cuma teror?" tanya Ririn lagi. "Iya nanti aku blok." Obrolan selesai. Ririn tak mau berdebat lagi karena menghargai Langit yang mengajak mereka makan di cafe baru itu. Langit hanya ingin mengucapkan terima kasih karena beberapa hari belakangan Ririn selalu menemani Senja di rumah. Senja yang baru saja melahirkan memang butuh sosok sahabat yang bisa diajak bercanda di saat suaminya ke luar kota dan Ririn selalu hadir untuknya. Sebuah keberkahan tersendiri bagi Senja memiliki sahabat sebaik Ririn. Oleh karena itulah, dia meminta suaminya untuk mentraktir Ririn dan Rama di cafe. Cafe baru yang ternyata milik Awan. "Ini hadiah dari Senja,

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Gelagat Aneh

    "Awan? Kamu di sini?" tanya Langit saat melihat laki-laki yang sempat menyukai istrinya itu sudah berdiri di depannya. Awan mengangguk pelan lalu menoleh pada perempuan yang duduk di depan Langit. Dia Ririn, sahabat Senja yang kini tersenyum ramah. "Gimana kabarnya, Lang?" tanya Awan sembari mengulurkan tangan. Langit pun menyambutnya. Kedua lelaki itu saling jabat tangan lalu menepuk-nepuk lengan pelan. "Semua baik. Alhamdulillah. Kamu sendiri?" tanya Langit balik. Awan manggut-manggut lalu kembali tersenyum. "Ohya, kenalkan ini Ririn, sahabatnya Senja. Itu suaminya, Rama," tunjuk Langit pada lelaki yang baru keluar dari toilet. Awan menoleh lalu kembali sedikit membungkukkan badan saat Rama beradu pandang dengannya. Mereka pun bersalaman. "Duduk, Wan. Sekalian makan bareng." Langit menarik kursi di sampingnya yang tak berpenghuni. Beberapa pesanan Langit pun datang. Namun, Awan masih berdiri di samping meja sembari meminta pelayan untuk membersihkan meja yang sedikit kotor.

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Binar Semesta

    Terik mentari menyinari bumi yang agak gersang. Sudah berminggu-minggu tak ada rintik hujan yang membasahi bumi. Hawa panas menyengat, ditambah kemacetan semakin mengular. Awan baru saja kembali dari kampungnya di perbatasan kota. Kini mulai dengan segala aktivitasnya di ibukota, dengan segala kemacetan yang ada, kesendiriannya dan kesibukannya di kantor. "Kenapa macet banget sih? Apa ada kecelakaan di depan sana?" gumam Awan sembari melirik arloji di tangan kirinya. Beberapa kali jemarinya mengetuk-ngetuk gagang stir. Berkali-kali pula dia menggumam sendiri karena cukup lama menunggu kendaraan di depannya melaju. Bukannya langsung melesat menembus kemacetan, yang ada justru semakin jalan perlahan seperti siput. "Ada kecelakaan di sana!" Teriak seorang penjaja minuman. Awan menghela napas panjang. Pantas saja semakin macet karena dugaannya memang benar. Sebuah truk terbalik, di depannya ada mobil berwarna putih yang ringsek. Dua kendaraan roda dua pun ikut parkir di sebelahnya deng

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Cahaya Senja

    "Habis dari panti asuhan Cahaya Senja ini kita lanjut kemana, Mas?" tanya Senja saat kembali masuk ke mobil kesayangan suaminya itu. Wanita bergamis ungu itu melambaikan tangannya ke tiga pengurus panti dan sepuluh anak yang kurang beruntung itu.Panti asuhan Cahaya Senja memang baru dibangun dan diresmikan. Oleh karena itulah belum cukup banyak anak panti di sana. Baru sepuluh anak saja yang berusia di bawah sepuluh tahun."Pokoknya ikut saja, Sayang." Langit membalas santai."Kenapa ini arah ke kantor kamu, Mas? Katanya mau makan siang? Kenapa malah muter-muter," ujar Senja lagi.Dia begitu penasaran, tapi Langit hanya tersenyum tipis. Langit tetap bungkam dan tak ingin membocorkan kejutannya."Memang ke arah kantor kita, Sayang. Pokoknya nanti kita bisa deketan tiap hari." Senja mengernyit lalu menoleh pada Langit yang kini manggut-mqnggut sembari tersenyum. Senja semakin penasaran apa maksud suaminya itu."Isshh, apaan sih, Mas? Penasaran banget." Senja merajuk. Dia mengerucutkan

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Syukur

    Lintang Pratama. Anak lelaki Langit Biru dan Senja Prameswari itu kini berusia tiga bulan. Sejak Lintang lahir, Senja merasa dunianya mulai berbeda. Rasa bahagia dan syukurnya bertambah dan melimpah. Apalagi Langit benar-benar bisa memerankan sosok suami dan ayah yang nyaris sempurna.Seperti janji Langit saat Senja melahirkan tiga bulan lalu, dia akan berusaha untuk mewujudkan segala keinginan istrinya. Keinginan yang sudah mulai dia wujudkan sejak kehamilan istrinya menginjak tujuh bulan. Buku diary di laci meja rias itu membuat Langit mengetahui semua mimpi-mimpi istrinya selama ini.Senja memang gemar menulis. Dia menceritakan tentang kehidupannya dalam diary berwarna ungu muda itu, termasuk tentang Langit dan anak lelakinya, Lintang Pratama. Di halaman depan diary, Senja selalu menuliskan impiannya lalu menceklis beberapa mimpi yang telah terwujud. Salah satunya membahagiakan kedua orang tuanya dan memberikan kehidupan yang lebih baik."Sayang, nanti siang siap-siap ya?" ujar Lan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status