Share

Kapan Menikah?

last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-12 11:59:39

“Nah, itu benar. Anggap saja kita ini sama seperti kedua orangtuamu,” ucap Silva mengulas senyum ramah di bibirnya.

Dari nada suara Silva sepertinya maminya ini sangat menyukai Morgan.

Diikuti anggukan kepala setuju dari Morgan.

“Kamu tahu kenapa saya menyuruhmu kemari, Morgan?” Tegas Philip bertanya tanpa basa-basi

Dia ingin mendengar langsung penjelasan dari Morgan dengan pengakuan Samira tadi lagi.

Sekilas melirik Samira, tapi gadis cantik itu hanya terdiam. Morgan langsung paham tujuan pertanyaan Philip.

Morgan menurunkan sedikit dagunya sebelum menjawab, “Benar, Pi. Saya meminta maaf atas kejadian semalam di apartemen. Saya dan Samira minum alkohol terlalu banyak, dan ..." Morgan menurunkan pandangannya dari tatapan tegas Philip.

"... membuat Samira mabuk dan tidak pulang semalam. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi, Pi."

Samira meremas telapak tangannya, gemuruh dadanya meningkat menunggu reaksi sang papi. Ada rasa takut kalau-kalau Philip akan marah besar ke Morgan.

Philip meneguk liur kepayahan. Dirinya tidak pernah mengizinkan Samira bersentuhan dengan alkohol, apalagi mabuk sampai tidak pulang ke rumah. Namun, dia tidak menyalahkan Samira sepenuhnya.

Mau marah namun tidak ada alasannya. Samira juga bukan lagi gadis remaja, di sisi yang lain ia tinggal dengan Silva yang gemar kelab malam dan mabuk.

Sekarang Philip bisa lebih tenang setelah mendengar langsung dari Morgan. Apalagi melihat sikap Morgan yang dewasa dan bertanggungjawab. Dia langsung percaya kepadanya.

Tanpa berpikir-pikir Phillip bertanya, “Kapan kamu akan menikahi Samira, Morgan?” Takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap Samira dengan kejadian itu.

Samira yang cuma diam saja dan jadi pendengar yang baik itu, rasanya bak sambar petir mendengar pertanyaan Philip barusan.

Itu tidak ada dalam rencananya tadi. Padahal ia meminta Morgan cuma untuk mengaku-ngaku sebagai kekasihnya, dan melewatkan semalaman dengan mabuk.

Morgan paham situasi Samira sekarang namun dia juga tidak mau salah-salah menjawab, yang membuat Samira tersinggung dan marah padanya.

“Usia Samira sudah tidak muda lagi. Jadi, kamu harus cepat-cepat memikirkan ke sana, Morgan!” lanjut Philip mengurai tatapannya dari Morgan bergeser ke Samira. Seakan meminta persetujuan dari putri kesayangannya itu.

“Kalau kalian sudah cocok, tidak perlu berlama-lama lagi, Samira,” ujar Philip.

“I-iya, Pi. A-aku ... masih sibuk di kantor sekarang-sekarang ini. Jadi, mungkin nanti setelah luang waktuku, aku segera membicarakannya dengan Morgan.” Samira tergugu.

Silva mengernyit dahi, tidak puas dengan jawabannya. Melihat Morgan yang mapan, seperti bukan orang biasa-biasa, harusnya Samira tidak perlu memikirkan kesibukannya di kantor lagi.

Tapi ... Silva tidak ingin berdebat dengan Samira soal itu, apalagi di depan Philip yang selalu menjadi garda terdepan bagi Samira.

"Stt, aku ragu dia terlihat seperti orang kaya, Silva. Coba tanyakan pekerjaannya!" bisik Lala menyikut lengan Silva. Menjaga nada suaranya agar tidak kedengaran Philip.

Tidak ingin melewatkan pertanyaan sepenting itu, Silva pun bertanya, “Kamu bekerja di mana, Morgan?”

A-apa? Samira bahkan tidak berpikir sampai ke sana. Samira mulai panas dingin namun ia memaksa-maksa tetap bersikap tenang, kalau tidak ingin kebohongan ini terbongkar.

Harap-harap Morgan bisa menjawab tidak jujur, seenggaknya bisa memikirkan jawaban yang membuatnya tidak dipandang rendah.

“Sekarang saya bekerja sebagai pegawai magang di salah satu kantor besar, Mam.”

Silva sampai ternganga mendengar jawaban Morgan.

Cepat-cepat Samira membuang wajahnya ke samping. Mengerat geraham kasar karena kesalnya.

Ia mendesahkan rasa kecewanya. Cuma bisa pasrah mendengar cibiran dari tante Lala dan ibunya sekarang.

"Sudah aku duga, dia bukan dari kalangan keluarga kaya, Silva!" ucap Lala makin memanas-manasi Silva.

"Kamu harus percaya ucapanku ini, Silva!"

Lala senyum-senyum kecil, puas karena kekasih Samira bukan benaran orang kaya raya seperti yang ditakutkannya. Dia tidak senang jika sampai Samira mendapat pria kaya raya.

Silva mengerutkan dahi. Percaya tak percaya, tapi melihat mobil mewah Morgan, wibawa, dan penampilan maskulinnya, cuma pegawai magang?

Silva ragu jika harus sepikiran dengan Lala, ...

"Tapi, dia kelihatan orang kaya. Lihat saja mobil mewah dan penampilannya, Lala!" Silva berbisik-bisik. "Sikapnya sangat sopan dan berwibawa."

"Aku yakin Samira yang membelanjakan semua itu, Silva. Kamu lihat beberapa bulan ini, Samira bahkan tidak pernah menunjukkan uangnya padamu!" Lala menyahuti dengan berbisik. "Yah, dia harus bisa menjaga sikap jika tidak mau kehilangan gudang uangnya!"

Kedua mata Silva membeliak, otaknya memutar cepat. Semua yang dikatakan Lala itu ada benarnya juga. Samira punya kedudukan tinggi sementara Morgan cuma pegawai magang.

"Kamu cuma pegawai magang, tapi berani mau menikahi Samira?" Datar Silva bertanya, menatap rendah seakan menghakimi pria di depannya.

Merasa ada kekecewaan dalam ucapan Silva, Morgan menjawab tenang, "Secepatnya saya mendapat pekerjaan yang lebih baik lagi, saya berjanji akan segera menikahi Samira, Mam."

Silva menyipitkan matanya. Mau ditaruh di mana wajahnya, kalau sampai semua tahu Samira menikah dengan pria yang cuma pegawai magang.

Tapi ... usia Samira yang sudah 34 tahun membuat Silva mau tak mau pasrah saja Samira menikah dengan siapapun.

Dia tidak perlu takut Samira jadi perawan tua dan tidak laku lagi. Lagian Morgan sangat tampan, bertanggungjawab, dan tidak kelihatan yang bukan dari keluarga kaya.

Sementara Philip mencari-cari kejujuran di ucapan Morgan.

Hal gila apa yang sudah dilakukannya, kalau sampai membiarkan Samira menikah dengan pria ini. Namun, hatinya terasa sakit setiap mendengar aduan dari Silva tentang putrinya itu.

Apalagi mendengar tangisan kecewa Samira atas semua perlakuan Lala selama ini.

“Usia kamu berapa, Morgan?” tanya Philip.

“Saya 25 tahun, Pi.”

Dahi Philip mengkerut seperti memikirkan sesuatu yang rumit. Sesaat menghela napas berat.

“Sekarang kalian bisa berpacaran dulu. Tapi secepatnya kamu memikirkan ke pernikahan kalian, Morgan!”

Samira mendongak, tidak percaya akhirnya mendengar itu dari Philip. Jadi, Morgan tidak perlu berlama-lama lagi di sana dan iapun sudah terbebas sekarang.

Namun, baru saja Samira hendak menghela napas lega, terdengar celetukan pedas Lala.

"Jangan percaya, pria ini hanya tidak ingin kehilangan kekayaan Samira, kakak ipar!" seru Lala yang langsung memanas dengan keputusan Philip itu, sampai-sampai berani menyela.

Kemudian menggeser pandangan sinisnya ke Morgan.

"Samira memiliki kedudukan bagus di kantornya dan dia cuma seorang bawahan! Siapa pria yang mau menolaknya, alih-alih pegawai magang, kakak ipar Philip?"

Philip yang beranjak dari kursinya bersiap pulang, kembali duduk. Menggeser pandangan dan menumpulkan tatapannya di wajah mantan adik iparnya itu.

"Kamu yang selalu bilang, jika tidak ada pria yang mau dengan putriku, Lala Firdaus!" kata Philip menyebut nama lengkapnya tanpa emosi.

"Kenapa sekarang setelah Samira membawa kekasihnya, kamu melupakan ucapanmu itu?" Philip mengalihkan pandangannya ke Silva yang terdiam bisu.

Sempat gelisah, tapi mendengar pembelaan Philip atas dirinya, Samira lebih percaya diri dan tenang.

"Kapan kamu siap menikahi Samira, bawa Samira menemui saya, Morgan!" tegas Philip mengalihkan pandangannya ke pria tampan di depannya.

Samira kaget saat Morgan meraih cepat tangannya dan menggenggamnya sangat erat. Seakan-akan menunjukkan kesungguhannya kepada Philip dengan menjawab, "Secepatnya aku akan menemui anda!"

Samira terbelalak, bingung. Karena ia membayar Morgan untuk mengaku-ngaku sebagai kekasihnya saja.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Dadakanku Seorang Miliarder    TAMAT

    "Samira, kenapa menutupinya dariku?" "Aku tidak menutupi apapun dari kamu. Siapa yang mengatakannya padamu?" desak Samira masih dalam rasa kaget. "Ini! Aku rasa aku tidak salah melihat. Ini milikmu, 'kan?" ucap Morgan meletakkan kotak test pack beserta kertas kehamilannya dari klinik ke dashboard mobil. "D-dari mana kamu mengambilnya?" Wajah Samira memutih seolah-olah darah berhenti mengalir di sana. Matanya melotot, terpaku pada benda yang baru saja diletakkan Morgan. "Tanpa sengaja aku menemukannya dari dalam laci meja di kamar. Aku sedang mencari-cari remote AC tadi, karena kamu lupa mematikannya." Samira terdiam dan menjauhkan wajahnya. Ia tersudut karena tidak bisa membantah lagi. Ia juga pasrah apapun keputusan Morgan dengan hubungan mereka sekarang. Ia juga yakin, jika Timothy sudah menyampaikan semua pembicaraan mereka tadi kepada Morgan "Samira, apa aku bisa bertanya?" "Hmm, apa ada yang penting dibicarakan sekarang?" jawab Samira balik bertanya. Mengangkat

  • Suami Dadakanku Seorang Miliarder    Gugup Dan Canggung

    "What? Kamu jangan mengada-ada, Tim! Kamu tahu apa yang bisa aku lakukan padamu kalau sampai berbohong!" "Silakan pulang sekarang dan tanyakan padanya. Samira sudah mengakui kalau dirinyalah wanita yang bersama anda malam itu.""Hahk! Jelas ia bisa saja mengaku-ngaku agar bisa mendapatkan kalung unik itu! Kamu tahu berapa harga kalung itu?" geram Morgan."Yah, Tuan Philip sudah menunjukkan kwitansi pembelian kalungnya. Dan, hanya Samira seorang yang memiliki kalung seperti itu!" jelas Timothy."Sekarang misi sudah selesai. Dan, selama ini pun kamu sudah menikah dengan wanita yang kamu cari-cari," ujar Timothy mengangkat kedua tangannya di atas telinganya."Tim ..." Morgan menggertak gerahamnya kasar. "Apa Samira yang mengatakan itu semuanya?""Yah, itu benar. Aku sangat lelah, jadi harus pulang sekarang."Morgan meremas angin dalam genggaman tangannya. Antara senang dan rasa bersalah setelah mengetahui siapa gadis yang dicari-carinya selama ini.Morgan kembali menghenyakkan duduknya

  • Suami Dadakanku Seorang Miliarder    Terbongkarnya Rahasia

    Tidak lama menunggu di tempat yang mereka janjikan, tampak Timothy berjalan masuk menuju meja Samira menunggu."Maaf membuatmu menunggu," ujar Timothy."Hmm, aku juga baru tiba. Oiya, kamu sendirian kan?" tanya Samira. Kepalanya celingukan seperti mencari seseorang yang datang bersama Timothy."Yah, memangnya harus dengan siapa?""Hehee, nggak seh." Samira tampak salah tingkah. Sedikit lega karena tidak melihat ada Morgan di sana Timothy mencari posisi duduk yang nyaman dan melipat kedua tangannya di atas meja. Pria tampan tersebut menumpulkan tatapannya di wajah Samira yang tampak sedikit memerah karena malu-malu.Rahang wajahnya mengeras, tatapan matanya sangat serius menatap gadis cantik di depannya. Seakan pria tersebut menyimpan sebuah rahasia besar yang ingin diungkapkan saat itu juga."Samira, apa kamu memiliki hubungan dekat dengan Morgan?" Nada suaranya terdengar tegas."A-apa maksud kamu, Tim?" Setengah mati Samira menguasai rasa gugupnya. Namun, ia tetap berusaha memaksak

  • Suami Dadakanku Seorang Miliarder    Mencari Wanita Misterius

    "Iya! Kamu tahu apa yang bisa aku lakukan padamu jika sampai mengabaikan perintahku, Tim!" "Satu lagi, kamu melupakan cara sopan menyebut Tuan Muda Morgan Francois!""Itu sangat berpengaruh dengan kedudukan kamu sekarang, Tim?"Morgan melirik ke samping, sengaja menaikkan salah satu sudut bibirnya. Senyumnya sinis penuh ancaman.Merasa terancam Timothy menjadi sedikit gugup, mencoba mencari pembenaran diri. Dia tidak mau kalau Morgan sampai mengadukan yang bukan-bukan kepada pak Baroto. Bisa-bisa pria tua itu menghukumnya jadi pegawai magang.Otak cerdasnya memutar cepat, mungkin cara tepat menyelamatkan dirinya sekarang, dengan menyinggung tentang wanita misterius itu."Oke, saya salah Tuan Muda! Mungkin terbawa suasana jadi ya keceplosan," ujar Timothy menggaruk-garuk kepala belakangnya."Hahaa. Tidak perlu terlalu serius, aku juga cuma bergurau." Morgan menyahuti sambil tertawa kecil namun terdengar menakutkan."Sekarang kamu lakukan apa yang aku perintahkan tadi, Tim!" Kemudian

  • Suami Dadakanku Seorang Miliarder    Kalung Dalam Laci

    "Tim, aku pinjam charger ponsel kamu ini, ya," ujar Samira seraya tangan kirinya cepat-cepat menutup laci meja. Sementara tangan kanannya lantas meraih charger yang ia letakkan tadi di atas meja, dan menunjukkannya kepada Timothy. Namun, sang pria yang masih sibuk dengan ponselnya itu, enggan mengangkat kepala sekedar melihat Samira. "Apa kamu mendengar ku?"Timothy yang kurang fokus mendengar, bertanya, "apa tadi? Charger ya?""Hmm, iya. Ponselku mati, nih. Mana aku lupa membawa charger nya.""Ooh .. tidak apa-apa, pakai saja." Santai Timothy menjawab. Menutup ponsel dan memasukkannya ke dalam saku celana berbahan thaisilk yang dia kenakan.Samira bergeser dari kursi kebesaran Timothy ke arah kursinya guna memberi ruang kepada sahabatnya itu. Gemuruh dadanya meningkat menunggu reaksi pria itu. Ia takut kalau Timothy sampai melihatnya memegang kalung yang ia lihat di laci tadi. Yang ia yakini itu adalah kalung miliknya yang tertinggal pada Morgan di malam panas itu."Apa urusan

  • Suami Dadakanku Seorang Miliarder    Menemukan Sesuatu

    "Aku sangat paham dan tidak akan pernah lupa. Sekarang kamu hanya perlu menjawab pertanyaanku tadi, Samira!"Rasanya, ia ingin berteriak keras, menyadarkan pria bodoh yang sedari tadi hanya memutar-mutar ucapannya. Samira mendesah dalam kekecewaannya. Menggeser bola matanya ke jam dinding."Aku mau tidur," ucapnya mengakhiri pembicaraan mereka."Tapi kamu belum menjawabnya, Samira!" Tidak ada sahutan, seiring suara pintu kamar yang sengaja di tutup keras. Beberapa detik setelahnya terjadi keheningan dalam apartemen. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing.Samira duduk dengan memeluk kedua lututnya di atas ranjangnya. Sementara Morgan duduk dengan meremas rambutnya. Sesekali mengumpat dan bergumam tidak jelas.***Tiga bulan sejak hari itu."Sial! Ini tidak bisa ditutupi lagi!" desis Samira menatap dirinya di dalam cermin. Perutnya yang membuncit semakin kelihatan jelas.Entah sudah berapa banyak membuat alasan agar bisa tidak masuk ke kantor. Bahkan, ia juga sudah mendapat tegu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status