Lokasi Lelang Tambang Batu Bara - Aula Sementara Dekat Lokasi TambangDeretan kursi VIP tampak dipenuhi oleh para pengusaha tambang dari berbagai daerah. Di bagian depan, dua kubu besar menempati baris utama, perwakilan Sanjaya Corp dan perwakilan dari Bimantara Corp.Di sisi kanan, Wira Sanjaya duduk dengan senyum percaya diri. Di sebelahnya, Kakek Wijaya tampak tenang, meski sorot matanya menyiratkan keinginan menguasai penuh aset tambang tersebut. Mereka sangat percaya diri bisa memenangkan lelang dengan proposal bisnis buatan Kinara, serta bantuan surat wasiat palsu untuk membujuk Tuan Hanafiah.“Lelang ini formalitas saja,” bisik Wira pada Ayahnya. “Dengan surat wasiat ini, mereka tak punya celah untuk menang.”“Pastikan kamu tetap tenang. Setelah ini, tambang itu milik kita,” sahut Kakek Wijaya pelan.Sementara di sisi lain, Om Rudi dan Kak Rangga dari Bimantara Corp duduk dengan tenang. Mereka tampak menunggu dengan senyuman tipis. Dapat mereka lihat raut kesombongan dari sisi
Lorong-lorong sekolah dipenuhi wajah-wajah lega para siswa yang baru saja melewati minggu berat. Suara tawa dan desahan napas lega terdengar di mana-mana. Keyra melangkah keluar dari kelasnya dengan wajah letih, tapi ada sedikit senyum di sana. Ujian itu seperti mimpi buruk yang akhirnya lewat juga.“Keyra!” panggil seseorang dari belakang.Keyra menoleh. Kevin sedang berlari kecil mendekatinya sambil membawa selembar kertas bekas cakaran. Dia meremat kertas itu menjadi bola kecil, lalu melemparnya ke dalam tong sampah. Menandakan akhir dari perjuangan di semester satu.“Eh, Kevin. Udah selesai?” tanya Keyra.“Udah. Gila sih, tadi nomor terakhir bikin nyaris nangis,” Kevin menyodorkan wajah dramatis. “Kamu sendiri gimana?”Keyra mengangkat bahu sambil tersenyum tipis. “Lumayan. Kupikir bakal parah, soalnya ini ujian pertamaku di Nusa Bangsa. Tapi ternyata nggak seseram yang aku bayangin.”Kevin mengangguk kagum. “Kamu keren sih, Ra. Bisa ngimbangin materi yang telat dikejar dalam wakt
Setelah kedua remaja SMA itu berganti baju, mereka kembali ke gazebo untuk melihat Keyra dan kawan-kawannya. Sebenarnya hanya Abizar yang ingin ke sana, namun Keyla masih menempelinya seperti semut menempeli gula. Jadi, mau tidak mau tetap ikut bergabung juga.Saat baru mencapai pintu samping, Abizar tertegun dengan suasana di gazebo masih riuh penuh tawa, cerita, dan kehangatan. Namun bukan kericuhan itu yang mengusik Abizar. Melainkan pemadandangan di sudut gazebo, Kevin duduk di sebelah Keyra, meletakkan sesuatu di meja.“Ini... contekan rahasia,” bisiknya. “Aku udah rangkum semua kisi-kisi yang diberikan guru.”Keyra menatapnya terharu. “Makasih, Kevin!”Mata Keyra berbinar melihat catatan yang diberikan Kevin itu. Di mana lagi dia bisa mendapatkan Ketua Kelas sebaik Kevin. Bahkan Giselle dan Ririn yang sebenarnya juga ingin memberikan catatan kisi-kisi pada Keyra kalah cepat dengan Kevin, ikut terkejut.Giselle berteriak, “Eh, emang ya kalo ada modusnya. Gesit banget itu tangan.
Setelah memastikan bahwa Ibunya sudah aman dan mendapatkan perawatan yang layak, Keyra akhirnya bisa bernapas lebih tenang, meski tidak sepenuhnya. Saat ini, ia masih harus menghadapi ujian akhir sekolah yang semakin dekat, dan semua orang menyuruhnya untuk fokus pada itu.“Yang lain biar kami yang urus,” kata Tante Sandra tadi pagi.“Masalah ini urusan orang dewasa. Tugasmu sekarang cuma satu Keyra, belajar yang baik untuk ujian!” Nenek ikut menimpali.Atas permintaan semua orang, Keyra akhirnya duduk di gazebo dengan membawa laptop dan beberapa buku yang terbuka di depannya. Namun pikiran Keyra masih sedikit kacau. Sesekali tatapannya menerawang, memikirkan bagaimana hidupnya berubah drastis dalam hitungan hari.Suasana sunyi dan fokus belajar itu tak bertahan lama. Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari arah pintu halaman samping.“Eh, Kalian jangan lari-lari!”“Tenang Abizar, kami hati-hati, kok!”“KEYRAAAA!”Panggilan itu membuat Keyra mengangkat kepala kaget. Beberapa detik kemudi
Mobil hitam itu melaju keluar dari gerbang Kediaman Bimantara dengan mulus, membawa Abizar dan Keyla menuju SMA Nusa Bangsa. Keyla tampak ceria di kursi sebelah kemudi, sibuk berceloteh tentang soal-soal ujian dan rencana belajar kelompok. Namun Abizar hanya menjawab sekenanya. Pikirannya masih tertinggal di rumah, bersama seseorang yang seharusnya duduk di kursi belakang tadi.Sementara itu di balik jendela kamarnya, Keyra memperhatikan mobil mereka hingga menghilang dari pandangan. Napasnya terembus pelan, seolah menurunkan beban tak kasat mata dari pundaknya.‘Akhirnya mereka pergi juga...’Tapi ketenangan itu tidak bertahan lama. Meski hari ini dia tak perlu berurusan dengan Keyla, pikirannya tetap dipenuhi bayangan ujian akhir semester. Normalnya, dia akan menghabiskan pagi dengan membaca catatan atau menyusun strategi belajar. Tapi sekarang… prioritasnya bukan sekolah.‘Ibu di mana sekarang? Kak Rangga membawa Ibu ke sini atau ke tempat lain?’Batin Keyra mulai panik, mengingat
Ketiga remaja SMA itu keluar dari rumah. Hanya Keyla yang lengkap dengan seragamnya. Sementara, Abizar dan Keyra masih mengenakan baju biasa.“Berarti kita perlu ke rumahmu dulu, Zar?” tanya Keyla.“Ya! Seragamku ada di rumah,” balas Abizar.Pemuda itu berjalan menghampiri mobilnya di garasi. Saat dia membuka kunci mobil, Keyla tanpa aba-aba menarik pintu depan dan duduk begitu saja. Alis Abizar menukik lantaran bingung dengan sikap Keyla.“Ah, aku ikut ya. Papa bilang nggak akan pulang sampe 1 Minggu. Jadi, nanti aku nginep di rumahmu, Zar,” kata Keyla menjelaskan.Mata Keyra dan Abizar melebar. Mereka langsung saling pandang.“Astaga…” Keyra menggigit bibir bawahnya. Tangannya yang menggenggam tas mulai berkeringat dingin. Kalau Ibu tidak segera disembunyikan, semuanya bisa kacau.‘Bagaimana ini? Apa kita hubungi Kak Rangga dulu supaya menyembunyikan Ibu terlebih dahulu?’ _Keyra‘Jangan terlalu nampak. Keyla pasti akan mencurigai kita.’ _AbizarEntah sejak kapan, Pasutri muda itu mu