Share

6# Pemakaman

Author: Zafa Diah
last update Last Updated: 2023-10-12 14:27:51

Rumah duka dipenuhi dengan pelayat. Warna hitam sebagai penanda tengah berkabung. Banyak orang berdatangan untuk menyampaikan duka mendalam.

Anyelira berdiri di antara para pelayat. Rekan jaksa dan orang-orang ternama beserta sanak saudara berjejer di depan sana. Dari belakang, ia hanya sekedar memandang dan turut melantunkan doa dalam hati.

Selepas orang-orang pergi dari pemakaman, Anyelira mendekati pusara itu. Di atasnya tertulis Hendrik Anggara. Nama pamannya. Anyelira berjongkok di samping pusara. Tangannya bergerak mengelus nisan itu.

"Om, terima kasih. Terima kasih sudah merawat Lira menggantikan ayah dan ibu. Terima kasih sudah memberikan yang terbaik untuk Lira. Lira nggak tahu bagaimana balasnya--tapi Lira janji untuk menjadi jaksa yang baik. Lira nggak akan membuat nama Om malu. Lira ... Lira akan buat Om bangga." Air mata Lira mengalir tanpa diperintah. Punggungnya ditepuk oleh seseorang.

Menoleh, bisa ia lihat Bambang berdiri di belakangnya. Lelaki itu setia menemaninya kala pemakaman sudah ditinggalkan oleh para pelayat.

Anyelira tersenyum lemah. Ia kembali menoleh pada makam Hendrik. "Anyelira pamit dulu. Nanti Anyelira akan datang lagi. Membawa Ganesha ikut serta. Dia juga ingin melayat ke makam Om." Menghela napas berat, Anyelira kembali bersuara. "Om, kalau di sana Om ketemu sama ayah dan ibu--tolong beritahu mereka. Anyelira sudah bahagia. Jangan cemas. Dan berbahagialah di sana."

Selepas itu, Anyelira berdiri. Bambang merangkul bahunya dan menepuk-nepuk kepalanya. Membawa Anyelira menuju mobil wanita itu. Di sana, anak dan istri Bambang sudah menunggu. Anyelira sengaja tidak membawa Ganesha karena cemas lelaki itu akan rewel dan memaksa ikut untuk di pemakaman. Sedangkan orang-orang banyak yang kurang nyaman dengan suaminya. Anyelira tahu ini tidak benar. Tapi untuk kali ini saja, Anyelira hanya ingin memberikan penghormatan terakhir tanpa mendapatkan kesinisan dari sekelilingnya yang mengenal suaminya.

"Siapa ini? Bukankah Anyelira Arsyana? Mana suami idiotmu itu? sengaja tak kau ajak, eh?"

Langkah Anyelira dan Bambang berhentu seketika. Mereka kompak menoleh pada siapa yang datang. Seorang lelaki berkemeja hitam lengkap dengan celana dan sepatu pantofel warna senada. Tanpa menelisik lebih dalam, lelaki ini tentu saja baru datang dari pemakaman pamannya.

Anyelira menipiskan bibirnya. Kesedihan yang membuncah berhelung dengan kemarahan. Ya, Anyelira mengenal pria itu. Sama sekali tidak asing dengan perawakannya. Pria yang dibencinya setengah mati dan membuatnya trauma dengan lelaki normal sepertinya.

Erick Anggara.

anak pertama pamannya. Sepupu Anyelira yang berbeda dua tahun lebih muda darinya. Sudah lama mereka tidak bertemu. Sebab sejak kejadian kala itu, Anyelira mencoba menjauh dari Erick dan memblokir akses lelaki itu menemuinya. Jikalau dirinya bermain ke rumah pamannya--Anyelira akan memilih waktu di mana Erick tengah berada jauh dari temapt tinggalnya.

"Erick Anggara. Lama tidak berjumpa."

"Iya. Bukankah terakhir kali kita bertemu adalah ketika kau masih menjadi jaksa baru? Kau bahkan tidak mengundangku ke pernikahanmu. Kejam sekali."

Erick menampilkan raut kesakitan. Terlihat begitu menjengkelkan di mata Anyelira. Bambang menepuk bahunya. Lelaki itu jelas menyuruhnya untuk bersabar.

"Lama tidak bertemu, Rick. Bagaimana kabarmu?" Bambang basa-basi. bersambut dengan kernyitan di alis Erick.

"Baik. Tentu saja. Setelah sekian lama, aku bisa pulang ke negara ini pada waktu yang lama."

"Kalau begitu, nikmati waktumu. Kami akan segera pulang."

"Kau tadi belum menjawab pertanyaanku, Anyelira. Di mana suamimu? Aku ingin menghajarnya karena telah berani merebutmu dariku."

Mata Anyelira membelalak. "Aku memastikan kalian tidak akan bertemu, Sialan!"

Anyelira berbalik. Melangkah cepat pada mobilnya. Bambang mengikuti dari belakang dengan langkah terburu. Mereka lantas pergi melewati Erick yang masih setia berdiri di tempat semula.

Anyelira sebisa mungkin mengatur napasnya. Ia terlalu marah. Juga ... ingatan ingatan samar yang susah payah ia lupakan mencoba menyerbu kepalanya.

***

Ganesha nareswara menatao datar sema kejadian di depannya. Wajahnya tak menyiratkan apapun selain raut dingin dan juga ... bengis.

Tangan Ganesha mengerat. Lelaki itu sebisa mungkin menahan emosinya kala melihat istrinya digandeng pria lain. Belum lagi lelaki sialan yang datang mengganggu. Ganesha bersumpah--jika dirinya tidak dalam keadaan berpura-pura abnormal, Ganesha pasti sudah melenyapkan mereka sedari awal ia melihat batang hidungnya.

"Tuan--"

"Ganesha. Bukankah aku sudah memveritahumu berkali-kali?"

Saka terlihat menganggukkkan kepalanya. Ganesha tak tahu itu hanya sekadar respon untuk melindungi dirinya dari amarah Ganesha atau memang tidak mau berurusan panjang dengannya hanya karena sebuah nama. Ganesha tak peduli. Yang ia pedulikan sekarang hanyakah istrinya.

Anyelira sudah memasuki mobil dan pergi dari sana.

Hah!

Menghela napas kasar, rasa-rasanya Ganesha ingin menyudahi sandiwara konyolnya. ia ingin mengakui segalanya pafa istrinya jikalay dirinya bukanlah lelaki idiot yang tidak bisa menjaganya dan diandalkan. Hanya saja, jika Ganesha melakukannya bukannya senang, Anyelira mungkin akan mengirim surat cerai kepadanya.

Sialan!

Mengapa pikiran wanita harus serumit itu sih?!

"Tu--Ah, Ganesha. Apa kau mau ke pemakanan sekarang, orang-orang sudah pergi."

Ganesha mengangguk. Pria itu keluar dari mobil bersama Saka di belakangnya. Sengaja memang Ganesha tidak merengek ingin ikut bersama Anyelira, dirinya memang memiliki rencana untuk datang secara pribadi dengan keadaan normal. bukan bersandiwara.

Mata Ganesha melirik sekeliling, bahkan ajudan Hendrik yang semasa hidup selalu menjadi bayang-bayang lelaki itu, kini tidak menampakkan batang hidung mereka. Ganesha hanya menertawakan nasib buruk lelaki tua yang kini sudah menyandang status baru. mendiang.

Iya, mendiang Paman Hendriknya.

Ganesha tersenyum miring. tangannya menggenggam tanah kuburan itu dengan kuat.

"Hai, Om. Bagaimana menelan racun yang pernah kau berikan padaku? Enak?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Idiotku Ternyata Mafia   31# Anyelira Marah

    lagi dan lagi. Anyelira tak tahu, mengapa kata kamar mandi dan Ganesha selalu saja menimbulkan kenangan buruk baginya? Seperti saat ini contohnya.Padahal keadaan kaki suaminya itu tengah parah-parahnya. Dan bisa-bisanya pria itu terjatuh lagi?“Kenapa jatuh?” tanpa sadar, nada bicara Anyelira menjadi dingin. Dia menatap Ganesha tanpa belas kasih. Perasaan dan otaknya sedang berjalan rumit. Terlalu sukar dan menyakitkan. “Ganesha, bukankah aku sudah mengingatkanmu untuk jangan bertindak ceroboh?!”Anyelira kesal. Ia muak. “Jika jatuh, setidaknya cobalah untuk bangkit. Sampai kapan kau akan begini terus?”Perempuan itu sadar sepenuhnya siapa kini yang dimarahinya. Suaminya. Yang nampak baik-baik saja hanya cedera pada bagian kakinya—namun memiliki kelainan pada dalam dirinya. semarah apapun Anyelira saat ini, ia tahu, Ganesha tidak berhak diperlakukan begitu. tetapi … sekali ini saja, tolong biarkan Anyelira.“Terserah kau mau hanya duduk diam di sini saja, aku tidak lagi peduli padamu

  • Suami Idiotku Ternyata Mafia   30# Kabar Duka Lagi

    Akan selalu ada kejutan-kejutan yang datang disela-sela sibuknya menata kehidupan. Mencoba bertahan hidup di tengah gempuran rumit yang menyambang tak terduga.Seperti saat ini tepatnya. Ketika Anyelira baru saja membuka matanya kembali, ia mendapati puluhan missed call dari Bambang. Ada apa? itu bukan sesuatu hal yang wajar. maka dari itu, Anyelira mendial balik nomor Bambang. sahabat sekaligus bawahannya itu."Hei, mentang-mentang sedang dinas di luar kota kau jadi bermalas-malasan?" Suara Bambang terdengar marah, sekaligus parau."Ada apa?"Anyelira mengenyahkan kantuknya. matanya menatap waspada mdengar dengusan Bambang dari balik telephon."Fajar tadi ... senior Arkan dinyatakan tewas."Mata Anyelira membola terkejut. Shock bukan main kala mendengar kabar itu. Padahal, bukankah baru kemarin Anyelira dan rekan-rekannya mrnguburkan jaksa ketua. Mengapa, sekarang mendengar kabar duka lainnya? Belum lagi, hal yang sama terulang. Beliau adalah salah satu teman dekat Anyelira."Dia dit

  • Suami Idiotku Ternyata Mafia   29# Pesan dari F

    Ganesha menatap tajam benda pipih itu. Ia tak peduli bahwa kini tengah memimpin rapat perihal rencana pembunuhan yang akan dilaksanakan oleh Raka. Sekarang, bawahannya itu sudah kembali ke kota."Bos?" panggil Rosa lagi.Ganesha mendengkus dan membanting ponsel milik pemuda bernama F. Dari yang Ganesha dengar F merupakan orang yang tengah dicari oleh Anyelira. Jadi wajar saja jika istrinya itu mengirimkan pesan pada lelaki itu. Hanya saja, Ganesha tak suka. Ia tak pernah senang ketika Anyelira bergaul dan berinteraksi dengan lelaki lain selain dirinya."Ada masalah apa sih?" Kini suara Riki yang terdengar.Ganesha mendengkus marah. Ia melayangkan tatapan tajamnya pada orang-orang itu. "Rencana pembuhan itu ... lakukan dengan cara paling tragis.""Tapi--" Ganesha tak mau mendengar bantahan dari siapapun. Ia harus segera menyembuhkan gemuruh hatinya yang memerintahkannya unyuk segera menyusul pada Anyelira dan menyeret wanita itu kembali oada rengkuhannya. Jika tidak ingin dimusuhi ole

  • Suami Idiotku Ternyata Mafia   28# Alasan El

    Sebuah berita yang cukup mencengangkan bagi Anyelira datang di saat seperti ini. ia mengerjapkan matanya dan mencoba berbicara dengan tenang. “El, apa maksudmu tadi?” tanyanya meminta penjelasan.Dari seberang sana, El tak kunjung menjawab. Tetapi Anyelira memastikan, panggilan mereka masih terhubung. Maka dari itu, Anyelira memastikan sekali lagi.“El?”“Tadi, suawaktu cari informasi, aku berpencar dengan Rosa. Dan aku bertemu F di sana.”Sejujurnya, Anyelira tidak pernah membayangkan hal macam ini. selama ini ia selalu memperkirakan mereka akan menemukan makam F atau jika memang pria itu masih hidup, paling tidak mereka akan bertemu di ranjang pasien. Itupun dalam keadaan koma. Iya, Anyelira memiliki kebiasaan menyiapkan hal-hal terburuk. Sampai-sampai ia jadi bingung sendiri kala mendengar kabar gembira yang tidak sesuai dengan ekpekstasi mengerikannya.“Kalau begitu, syukurlah. Kita bisa segera menutup kasusnya.”

  • Suami Idiotku Ternyata Mafia   27# Pengakuan El

    “Ganesha, apa kau terus berlarian saat aku pergi tadi?” nada Anyelira tak menggertak. Bahkan terksan halus dan lembut.Sayangnya, Ganesha tahu, di balik nada suara mendayu itu terselip kemarahan yang begitu besar. Anyelira menyentuh kaki Ganesha yang sudah nampak membiru bahkan kini telah berwarna ungu gelap. Bengkak yang semula tak begitu terasa, kini semakin menjadi. Anyelira tentu panik, makanya perempuan itu lekas membaw Ganesha ke rumah sakit terdekat.“Sebuah keajaiban suaminya masih bisa berdiri tegak sekalipun dipapah. Kondisinya semakin parah. Saya akan merekomendasikan untuk menggunakan kruk. Dan untuk sementara, saya akan memakaikan perban. Supaya suaminya ini tidak terlalu melakukan banyak aktivitas yang dapat menyebabkan lukanya semakin infeksi.”Ganesha melirik istrinya. Tentu saja, Anyelira hanya menganggukkan kepala mengikuti saran dokter. Sebenarnya ia sama sekali tak suka dengan ide itu. hanya saja, saat ia ingin protes menolak, istrinya

  • Suami Idiotku Ternyata Mafia   26# Pengakuan F

    Faktanya, Anyelira bahkan tidak bisa fokus untuk mengorek apa yang terjadi dengan F. malah, tadi ia hanya mencari informasi mengenai sejarah dan secuil mengenai bakso di sana. makanya, Anyelira kini tampak tak berdaya. Wanita itu memilih menyerahkan rekaman suaranya. El dan Rosa menerima. Mereka sama – sama berpandangan kala mendengarkan voice recorder itu hingga selesai.“Kok nggak nanya-nanya tentang F, Mbak?” Rosa nampak tak puas.Lira memilih menganggukkan kepala. wajahnya menunduk. Padahal tadi ia meremehkan kemampuan dua orang ini. nyatanya, dirinyalah yang paling tertinggal.“Kenapa malah tanya-tanya sejarahnya segala?” kembali, Rosa mencercanya. Anyelira memilih diam.“Rosa, tenang. Dari yang aku tangkep, si Didin ini memang radak sensitive sih. Coba deh dengerin lagi.” El mencoba menengahi. Lelaki itu kembali mengulang voice recorder yang sudah tertutup. “Ini bahkan baru ditanyain tentang perbakso-an lho. dia sudah nutup akses. Lalu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status