Home / Thriller / Suami Idiotku Ternyata Mafia / 5# Jangan Tinggalkan Aku

Share

5# Jangan Tinggalkan Aku

Author: Zafa Diah
last update Last Updated: 2023-10-11 22:22:06

Anyelira keluar dari mobilnya. Meninggalkan Ganesha yang masih terduduk bingung di dalam mobil. Entahlah, wanita itu bahkan tidak berpikiran jernih dan membawa suamiku tak normalnya ikut serta ke tempat kejadian perkara.

“Bagaimana kejadiannya?” tanyanya ketika sudah menemukan Bambang di depan pintu. Anyelira melangkahi garis pembatas polisi tanpa kesusahan. Wajahnya panik dengan air mata yang sudah menggenang.

Bagi Anyelira Jaksa Ketua nyaris menggantikan sosok ayahnya yang telah tiada. Lelaki tua itu merupakan sahabat dekat ayahnya—hingga membuat Jaksa Ketua menganggapnya selayaknya putrinya sendiri.

“Hei, tenanglah.” Bambang memeluk Anyelira. Berusaha menenangkan temannya. Anyelira memberontak. Saat ini dia tidak membutuhkan pelukan macam ini. dia hanya … perlu kejelasan.

Mengapa dan bagaimana lalu juga siapa. Semuanya. Anyelira harus tahu semuanya!

“Bagaimana bisa dia ditemukan meninggal? Om Hendrik tidak selemah itu hingga mudah dibunuh.”

Anyelira juga seorang jaksa. Sebagai seorang penegak hukum—yang kerap juga bersinggungan dengan penjahat, memiliki musuh jelas menjadi konsekuwensi mereka. terlebih seseorang berpangkat tinggi sebagai Jaksa Ketua—jelas resikonya lebih besar. Namun sekalipun begitu, selama ini Om Hendrik selalu bisa menyelamatkan diri dan membalas musuhnya.

Jadi, bagaimana semua bisa terjadi?

“Dugaan sementara karena racun,” jelas Bambang. “Sekarang jenazah sedang diautopsi di rumah sakit rujukan. Pemakaman akan dilakukan besok sore. Apa kau mau mengunjungi Tante Sekar?”

Anyelira menggeleng lemah. Sekalipun ia ingin, ia tidak bisa. Sebab dalam keluarga Om Hendrik semuanya tidak menyukainya selain Om Hendrik. Akan lebih baik ia melayat esok pagi. Karena kehadirannya sekarang hanya akan membawa amarah bagi keluarga mendiang.

“Oke kalau begitu kita pulang. Kau ke sini dengan apa?”

“Mobil.”

“Baiklah. Kemarikan kuncimu, aku akan mengantarmu.”

Anyelira hanya menuruti kemauan Bambang. Ia memberikan kuncinya tanpa kata lalu berjalan sesuai arahan Bambang. Hingga ketika mereka sudah berada di depan mobil Anyelira, wanita itu mengerjab terkejut. ia lupa jika ke sini dengan Ganesha.

Kini, suaminya tengah berjongkok di samping mobil. Meringkuk seperti anak hilang.

“Aku melupakannya.”

“Kasihan sekali anak ayam itu.”

Anyelira menoleh sebal pada Bambang. Namun ia tidak membalas apapun. Hanya terus melangkah menghampiri suaminya. Tangannya mengulur. Mengusap kepala Ganesha yang menunduk.

Mendengkak, Anyelira bisa melihat wajah Ganesha yang dipenuhi dengan air mata. Wajah sembab itu kian menambah rasa bersalah pada hati Anyelira. Genesha beranjak memeluk istrinya. Bisa dirasakan, tubub lelaki ini bergetar ketakutan.

“Anye, Jangan tinggalkan aku. Aku mohon,” bisiknya diiringi riak suara tangisannya.

Anyelira menepuk punggung Ganesha lemah. Saat ini keadannya sedang tidak baik-baik saja. sudah sedari tadi air matanya terus menetes. Kini Anyelira tidak bisa menahan diri lagi.

Biarkan saat ini ia menikmati dukanya. Di dalam rengkuhan orang yang ia sayangi. Ganesha tak perlu tahu alasan mengapa dirinya menangis. Anyelira hanya butuh dekapannya. Kehangatannya. Dan juga … hati yang sama-sama terluka.

***

“Nye, tadi itu bukannya rumah Om Hendrik ya?” tanya Ganesha.

Lelaki bertubuh tegap itu tengah mememluk bonekanya di atas tempat tidur mereka. anyelria baru keluar dari kamar mandi. Mereka tiba di rumah sekitar tiga puluh menit lalu. Di antarkan Bambang menggunakan mobil Anyelira.

Gerakan tangan Anyelira menyisir rambut berhenti sekejab. Dari cermin, Anyelira tahu—Ganesha tengah menatapnya menuntut penjelasan. Sekalipun pikiran Ganesha tidak normal seperti kebanyakan lelaki sepantarannya, bukan berarti Ganesha tidak ingat pernah mengunjungi rumah itu. terlebih bukan sekali dua kali Anyelira mengajak suaminya. Sekalipun selalu mendapar respon negative dari keluarga pamannya.

“Ya, itu rumah Om Hendrik,” jawab Anyelira sekenanya.

Jujur, ia belum belum berani membicarakan perihal Om Hendrik yang telah tiada kepada Ganesha. Ia bingung haru memulainya darimana. Walaupun Om Hendrik dan Ganesha tidak begitu dekat—mengingat sikap dingin pamannya kepada Ganesha saat awal pertemuan mereka—tetap saja, Anyelira tahu, Ganesha pasti sudah menganggap Om Hendrik sebagai keluarganya sendiri.

“Kenapa tadi aku nggak lihat Om Hendrik? Om lagi nggak mau ketemu sama aku ya?”

Anyelira menggeleng. “Bukan begitu,” ujarnya.

“Terus?”

Anyelira mendekat pada Ganesha. Perempuan itu mengenggam tangan suaminya dari boneka. Mengusapnya sejenak sebelum mengembangkan senyuman miris.

Ayolah, Anyelira. Percuma menghindar. Untuk apa? Cepat atau lambat Ganesha juga pasti akan tahu. Suka tidak suka. Mau tidak mau. Membicarakan fakta adalah tugasnya. Sekalipun itu pahit untuk dirinya sendiri dan orang yang akan mendengarnya. Anyelira harap, Ganesha tidak terlalu terkejut.

Meskipun hubungan mendiang pamannya dan Ganesha tidak begitu bagus—Ganesha tetap menyayangi Om Hendrik.

“Om Hendrik meninggal, Nesha,” ungkap Anyelira. Satu detik … dua detik. Anyelira menatap Ganesha penasaran. Ia hanya mendapati raut kebingungan dari wajah suaminya.

“Meninggal artinya perpisahan selamanya, kan?” Anyelira mengangguk berat. “Kenapa Om Hendrik meninggal? Om Hendrik lagi marah ya sama aku?”

Anyelira menggeleng. Bisa dilihat mata Ganesha mulai berkaca-kaca. Pria itu hendak menangis. Anyelira memeluk suaminya. Mengusap-usap punggung Ganesha dengan perasaan berkecamuk.

“Om Hendrik nggak marah denganmu, Nesh. Om Hendrik hanya sudah menemukan jalannya. Dia … sudah menunaikan tugas dunianya dengan baik. dia … sudah ingin beristirahat.”

Kembali. air mata Anyelira menetes. Satu persatu. Semakin lama menjadi deras. Anyelira akui, perpisahan dengan orang yang disayangi begitu berat. Anyelira berandai—jika tadi ia memili mengunjungi pamannya dari pada main ke play station—mungkinkah hati Anyelira tidak akan menjadi seberat ini?

Sementara tanpa Anyelira ketahui, seseorang yang dikiranya juga tengah ikut menanngis bersamanya saat ini malah menampilkan senyum puas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Idiotku Ternyata Mafia   31# Anyelira Marah

    lagi dan lagi. Anyelira tak tahu, mengapa kata kamar mandi dan Ganesha selalu saja menimbulkan kenangan buruk baginya? Seperti saat ini contohnya.Padahal keadaan kaki suaminya itu tengah parah-parahnya. Dan bisa-bisanya pria itu terjatuh lagi?“Kenapa jatuh?” tanpa sadar, nada bicara Anyelira menjadi dingin. Dia menatap Ganesha tanpa belas kasih. Perasaan dan otaknya sedang berjalan rumit. Terlalu sukar dan menyakitkan. “Ganesha, bukankah aku sudah mengingatkanmu untuk jangan bertindak ceroboh?!”Anyelira kesal. Ia muak. “Jika jatuh, setidaknya cobalah untuk bangkit. Sampai kapan kau akan begini terus?”Perempuan itu sadar sepenuhnya siapa kini yang dimarahinya. Suaminya. Yang nampak baik-baik saja hanya cedera pada bagian kakinya—namun memiliki kelainan pada dalam dirinya. semarah apapun Anyelira saat ini, ia tahu, Ganesha tidak berhak diperlakukan begitu. tetapi … sekali ini saja, tolong biarkan Anyelira.“Terserah kau mau hanya duduk diam di sini saja, aku tidak lagi peduli padamu

  • Suami Idiotku Ternyata Mafia   30# Kabar Duka Lagi

    Akan selalu ada kejutan-kejutan yang datang disela-sela sibuknya menata kehidupan. Mencoba bertahan hidup di tengah gempuran rumit yang menyambang tak terduga.Seperti saat ini tepatnya. Ketika Anyelira baru saja membuka matanya kembali, ia mendapati puluhan missed call dari Bambang. Ada apa? itu bukan sesuatu hal yang wajar. maka dari itu, Anyelira mendial balik nomor Bambang. sahabat sekaligus bawahannya itu."Hei, mentang-mentang sedang dinas di luar kota kau jadi bermalas-malasan?" Suara Bambang terdengar marah, sekaligus parau."Ada apa?"Anyelira mengenyahkan kantuknya. matanya menatap waspada mdengar dengusan Bambang dari balik telephon."Fajar tadi ... senior Arkan dinyatakan tewas."Mata Anyelira membola terkejut. Shock bukan main kala mendengar kabar itu. Padahal, bukankah baru kemarin Anyelira dan rekan-rekannya mrnguburkan jaksa ketua. Mengapa, sekarang mendengar kabar duka lainnya? Belum lagi, hal yang sama terulang. Beliau adalah salah satu teman dekat Anyelira."Dia dit

  • Suami Idiotku Ternyata Mafia   29# Pesan dari F

    Ganesha menatap tajam benda pipih itu. Ia tak peduli bahwa kini tengah memimpin rapat perihal rencana pembunuhan yang akan dilaksanakan oleh Raka. Sekarang, bawahannya itu sudah kembali ke kota."Bos?" panggil Rosa lagi.Ganesha mendengkus dan membanting ponsel milik pemuda bernama F. Dari yang Ganesha dengar F merupakan orang yang tengah dicari oleh Anyelira. Jadi wajar saja jika istrinya itu mengirimkan pesan pada lelaki itu. Hanya saja, Ganesha tak suka. Ia tak pernah senang ketika Anyelira bergaul dan berinteraksi dengan lelaki lain selain dirinya."Ada masalah apa sih?" Kini suara Riki yang terdengar.Ganesha mendengkus marah. Ia melayangkan tatapan tajamnya pada orang-orang itu. "Rencana pembuhan itu ... lakukan dengan cara paling tragis.""Tapi--" Ganesha tak mau mendengar bantahan dari siapapun. Ia harus segera menyembuhkan gemuruh hatinya yang memerintahkannya unyuk segera menyusul pada Anyelira dan menyeret wanita itu kembali oada rengkuhannya. Jika tidak ingin dimusuhi ole

  • Suami Idiotku Ternyata Mafia   28# Alasan El

    Sebuah berita yang cukup mencengangkan bagi Anyelira datang di saat seperti ini. ia mengerjapkan matanya dan mencoba berbicara dengan tenang. “El, apa maksudmu tadi?” tanyanya meminta penjelasan.Dari seberang sana, El tak kunjung menjawab. Tetapi Anyelira memastikan, panggilan mereka masih terhubung. Maka dari itu, Anyelira memastikan sekali lagi.“El?”“Tadi, suawaktu cari informasi, aku berpencar dengan Rosa. Dan aku bertemu F di sana.”Sejujurnya, Anyelira tidak pernah membayangkan hal macam ini. selama ini ia selalu memperkirakan mereka akan menemukan makam F atau jika memang pria itu masih hidup, paling tidak mereka akan bertemu di ranjang pasien. Itupun dalam keadaan koma. Iya, Anyelira memiliki kebiasaan menyiapkan hal-hal terburuk. Sampai-sampai ia jadi bingung sendiri kala mendengar kabar gembira yang tidak sesuai dengan ekpekstasi mengerikannya.“Kalau begitu, syukurlah. Kita bisa segera menutup kasusnya.”

  • Suami Idiotku Ternyata Mafia   27# Pengakuan El

    “Ganesha, apa kau terus berlarian saat aku pergi tadi?” nada Anyelira tak menggertak. Bahkan terksan halus dan lembut.Sayangnya, Ganesha tahu, di balik nada suara mendayu itu terselip kemarahan yang begitu besar. Anyelira menyentuh kaki Ganesha yang sudah nampak membiru bahkan kini telah berwarna ungu gelap. Bengkak yang semula tak begitu terasa, kini semakin menjadi. Anyelira tentu panik, makanya perempuan itu lekas membaw Ganesha ke rumah sakit terdekat.“Sebuah keajaiban suaminya masih bisa berdiri tegak sekalipun dipapah. Kondisinya semakin parah. Saya akan merekomendasikan untuk menggunakan kruk. Dan untuk sementara, saya akan memakaikan perban. Supaya suaminya ini tidak terlalu melakukan banyak aktivitas yang dapat menyebabkan lukanya semakin infeksi.”Ganesha melirik istrinya. Tentu saja, Anyelira hanya menganggukkan kepala mengikuti saran dokter. Sebenarnya ia sama sekali tak suka dengan ide itu. hanya saja, saat ia ingin protes menolak, istrinya

  • Suami Idiotku Ternyata Mafia   26# Pengakuan F

    Faktanya, Anyelira bahkan tidak bisa fokus untuk mengorek apa yang terjadi dengan F. malah, tadi ia hanya mencari informasi mengenai sejarah dan secuil mengenai bakso di sana. makanya, Anyelira kini tampak tak berdaya. Wanita itu memilih menyerahkan rekaman suaranya. El dan Rosa menerima. Mereka sama – sama berpandangan kala mendengarkan voice recorder itu hingga selesai.“Kok nggak nanya-nanya tentang F, Mbak?” Rosa nampak tak puas.Lira memilih menganggukkan kepala. wajahnya menunduk. Padahal tadi ia meremehkan kemampuan dua orang ini. nyatanya, dirinyalah yang paling tertinggal.“Kenapa malah tanya-tanya sejarahnya segala?” kembali, Rosa mencercanya. Anyelira memilih diam.“Rosa, tenang. Dari yang aku tangkep, si Didin ini memang radak sensitive sih. Coba deh dengerin lagi.” El mencoba menengahi. Lelaki itu kembali mengulang voice recorder yang sudah tertutup. “Ini bahkan baru ditanyain tentang perbakso-an lho. dia sudah nutup akses. Lalu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status