Sepulang makan malam bersama Jonas dan Mister Miguel, Mario pulang ke apartmentnya di New York.
Apartment itu bertipe studio dengan satu kamar tidur saja dilengkapi dengan pantry dan ruang santai yang sederhana di bagian tengah ruangan. Mario melengkapi unit apartmentnya dengan sebuah TV berukuran 32 inchi di dinding ruang tengah.
Tepat ketika dia selesai mandi ponselnya berbunyi, ada panggilan masuk. Ternyata Max yang meneleponnya. Jakarta dan New York berbeda 12 jam. Jadi ketika dia sudah akan pergi tidur, Max baru mulai bekerja.
Mario menerima panggilan telepon itu lalu mengaktifkan mode loud speaker sembari memakai celana boxernya lalu mengeringkan rambut hitam tebal berombaknya yang mulai panjang sebahu dengan handuk.
"Halo, Max," sapanya.
"Halo, Rio. Sorry ganggu ya ... ada yang mau kuomongin sebentar. Ini penting," jawab Max.
Mario berjalan keluar kamar tidurnya menuju ruang santai di depan kamar tidurnya.
"Oke, san
Pagi ini, Inez memiliki jadwal meeting dengan jajaran managemen Jansen Pharma pukul 09.00 waktu Jakarta yang sama dengan pukul 03.00 AM waktu Paris.Semalam sebelum tidur, Inez sudah memberitahukannya pada Edward mengenai jadwalnya di dini hari itu. Pria itu paling tidak suka bila ditinggalkan sendirian oleh Inez di ranjang saat tidur. Edward terlalu manja kepadanya seperti bayi besar.Inez sudah berpakaian rapi untuk meeting daring dengan pihak perusahaannya di Jakarta. Clara yang akan memimpin dari Jakarta, dia bertugas menyimak dan memberikan tanggapan mengenai agenda rapat itu. Inez duduk menghadap layar laptop di meja kerja di ruang kerja rumah yang berbeda ruangan dengan kamar tidurnya dengan Edward.Pria itu masih tertidur lelap ketika Inez tadi bersiap-siap bekerja. Inez memang tidak ingin membangunkannya. Dia lebih tenang melakukan pekerjaannya sendirian di ruang kerja rumah itu.Meeting pun dimulai tepat waktu. Di layar laptopnya tam
Pukul 03.00 PM waktu New York, Mario sudah siap mengikuti briefing panitia Big Bang MMA Pro Fighting di Madison Square Garden yang megah di tengah kota New York.Para petarung MMA profesional kelas welter se-Amerika Serikat yang telah lolos seleksi berkumpul di back stage untuk mendengarkan pengarahan panitia tentang run down acara sore hingga malam nanti. Acara ini diselenggarakan hari ini saja sampai didapatkan juara 1 peraih sabuk welter di akhir periode semester ganjil. Pada akhir tahun nanti akan diadakan lagi pertandingan yang sama untuk semester genap. Istilahnya mid year dan end year tournament.Pada babak penyisihan ini, Mario akan bertarung dengan Caleb Albertine, petarung kulit hitam asal Detroit. Pria itu berusia 25 tahun, dengan gaya bertarung lebih ke judo dan ahli mengunci lawan di lantai ring arena octagon. Sementara Mario berbeda gaya bertarung, dia lebih menyukai tendangan dan tinju.Panitia mengatakan masing-masing peserta akan bertarung
Babak demi babak dari pertandingan MMA itu dimenangkan oleh Mario dengan kemenangan yang berkesan. Serangannya tepat sasaran dengan kekuatan penuh, itu yang membuat Mario memimpin di setiap pertarungan di atas ring octagon Madison Square Garden malam ini.Pada babak final, sesuai dugaan Mario dia berhadapan dengan pemegang sabuk juara bertahan MMA kelas welter musim sebelumnya yaitu Brendan Hayes.Pria kulit putih yang tampan dan klimis itu berdiri di atas ring octagon berhadapan dengan Mario sembari menyengir dan berkata, "I told you before, Man. I better watchout with you, then we meet here now." Brendan Hayes pun tertawa."Thanks for your compliment before, Bro! I will do my best," balas Mario dengan ramah.Wasit pun naik ke ring octagon itu untuk memulai pertarungan babak final malam ini. "Ronde yang akan tersedia pada babak final ada 5 ronde, harap menghemat stamina atau lakukan serangan jitu dengan cepat. Selamat bertanding. FIGHT!" ujar wasit
Sore hari setelah Mario pulang bekerja, dia pulang ke apartmentnya di 17th Avenue. Sopirnya menurunkan Mario di depan bangunan apartement 30 lantai itu.Tiba-tiba terdengar suara desingan peluru bertubi-tubi, pengawal Mario segera merapat melindungi Mario dan Jonas. Beberapa pengawal tertembak peluru penempak jitu yang ada di atas gedung seberang jalan.Sementara berondongan tembakan peluru dari atas gedung seberang terus ditembakkan, Jonas menarik Mario cepat-cepat masuk ke dalam lobi gedung apartment itu. Dia tidak ingin membahayakan nyawa Mario dan dirinya dengan berada di luar gedung."Damn! Siapa yang ingin membunuhmu, Mas?" teriak Jonas dengan frustasi bercampur gugup gemetaran seluruh tubuhnya bersimbah peluh.Mario yang sudah beberapa kali mendapat serangan pembunuh bayaran terkait statusnya ketika masih menjadi suami sah Inez tidak terlalu syok, tetapi tetap saja jantungnya berdegup kencang karena insiden baru saja. Dia hampir tewas tertembak di
Pasca insiden penembakan sniper di depan gedung apartment tempat Mario tinggal di New York. Organisasi Mister International mempekerjakan bodyguard baru pengganti yang 5 orang kemarin yang tewas. Kali ini bodyguard Mario berjumlah total 20 orang.Status Mario saat ini adalah mega bintang, bukan lagi orang biasa yang mendadak beken karena sekedar menang Mister International. Di seluruh dunia, sosoknya menghiasi dinding promosi brand-brand terkenal. Mario juga sering tampil di layar kaca dalam acara talkshow serta iklan produk. Tidak hanya itu, arena MMA pro fighter juga menempatkan Mario di jajaran atlet papan atas kelas welter karena kemenangannya yang begitu banyak sepanjang tahun ini.Dimanapun Mario berada selalu diserbu fans dan paparazi yang berusaha mencari sensasi terhangat dari sosok istimewa yang sedang naik daun itu. Bahkan, follower sosial media miliknya mencapai puluhan juta saat ini. Konten youtube miliknya yang dikelola oleh Jonas selalu diserbu lik
Seusai makan malam di rumah Paris, Edward mengajak Inez untuk berjalan-jalan di taman sekeliling rumah bergaya Provinsi Perancis itu. Langit malam di Paris sedang cerah bertabur jutaan bintang di angkasa.Lengan kekar Edward melingkari pinggang ramping Inez. Bibirnya mengecup pipi halus Inez dengan mesra. Mereka terdiam tak bicara hanya berjalan bersisian menapaki jalan taman yang ditumbuhi rumput jepang yang rapi di tengah taman.Tukang kebun di rumah Edward itu memiliki sentuhan artistik yang bagus. Rumpun-rumpun pohon yang biasa dibuat bonsai dibentuk dengan rapi menampilkan wujud binatang atau bulatan-bulatan berbagai ukuran yang nampak indah.Akhirnya, Edward mengajak Inez untuk duduk di bangku taman yang terbuat dari kayu pohon Oak. Dia memangku tubuh Inez dan tidak mengizinkan wanita itu duduk di sampingnya, lengannya mendekap erat tubuh Inez. Mereka terdiam sejenak mendengarkan suara binatang malam yang hidup di taman itu."Cantikku Sayangku
Mungkin ini adalah hari yang tergalau sepanjang hidup Inez. Pagi ini adalah saat terakhirnya bersama Edward karena nanti malam Mario akan menjemputnya di bawah Menara Eifel seperti janji mereka berdua setahun lalu.Ketika sarapan pagi bersama Edward, dia diam-diam menatap wajah pemuda itu dengan tatapan sendu. Saat Edward menatap balik ke arahnya, dengan segera Inez menunduk menatap ke piringnya.Pemuda itu merasa Inez agak aneh pagi ini lalu bertanya, "Ada apa, Sayang?""Eh ... ohh ... nggak ada apa-apa kok, Mas. Oya nanti sore, Inez akan berkunjung ke rumah Madame Lily de Lacours, dia mengadakan acara minum teh bersama beberapa teman wanitanya," ujar Inez mencari-cari alasan untuk pergi dari rumah nanti sore."Boleh, Nez. Pulangnya jangan malam-malam ya. Nanti Mas kuatir kalau kamu sendirian di luar rumah," jawab Edward seraya membelai pipi Inez dengan lembut.Hati Inez serasa diremas oleh sesuatu yang tak nampak, dia akan meninggalkan pria
Mata Inez bertatapan dengan sepasang mata jernih yang begitu lembut tatapannya."Mas ...," ucap Inez lalu berlari menghambur ke dekapan Mario dengan berurai air mata. Betapa rindu dia pada sosok itu.Mereka berpelukan dan menangis bersama."Aku rindu kamu, Nez ... rindu setengah mati!" kata Mario melingkarkan lengannya di pinggang Inez sembari menatap wajah Inez yang basah karena air mata yang meleleh di pipinya, jemari Mario menghapus jejak air mata itu. Di matanya kecantikan Inez tak berubah sedikitpun sejak mereka berpisah setahun lalu di London.Mereka pun berciuman di bawah Menara Eifel dengan bulir-bulir putih salju yang masih saja turun dari langit."Bawa aku pulang bersamamu ke Jakarta, Mas. Tempatku adalah bersamamu ...," ujar Inez dengan serius."Plok ... plok ... plok ... plok!" Suara tepuk tangan menggema di keheningan malam.Mario dan Inez pun menoleh ke sumber suara itu. Ternyata Edward yang bertepuk tangan d