Share

SLTC 007

last update Last Updated: 2023-11-03 21:00:43

“Apa ini?” tanya Hani yang nampak enggan mengambil kertas tersebut.

“Tolong Mbak! Kalau tidak ada persetujuan tentang hal ini, maka Saya tidak bersedia menikah,” tekan Sova dengan mata tajam.

Ditatap seperti itu oleh sang calon istri bos nya, membuat nyali Hani menciut. Ia pun segera mengangguk dan mengambil kertas tersebut, memotretnya, lantas mengirimkannya langsung kepada Roy.

“Sudah. Bisakah kita mulai berhias?” tanya Hani lagi. Ia tak ingin membuang-buang waktu berdua dengan Sova. Ia khawatir akan ada banyak pertanyaan lain yang tak akan sanggup Ia jawab.

“Tunggu jawabannya!” titah Sova tanpa melirik sedikit pun ke arah Hani.

Tak menunggu lama, ponsel Hani pun segera berdering. Wanita itu pun segera menggeser gambar telepon berwarna hijau untuk menjawab panggilan dari Roy.

“Hallo. Iya.” Hanya dua kata itu yang diucapkan oleh Hani, sebelum akhirnya Ia menyerahkan ponsel itu kepada Sova.

Sova yang sudah mengira siapa yang menghubungi Hani, segera meraih ponsel itu sambil menganggukkan kepalanya sebagai pengganti kata Terima kasih kepada Hani.

“Hallo!” kata itu yang diucapkan Sova, namun bertalu dengan bunyi genderang perang di dalam batinnya. Bagaimana pun, bisa saja Ia berbicara dengan seorang lelaki tua yang akan menjadi suaminya.

“Ya. Sova!” terdengar suara bariton menyapanya dari seberang telepon. Suara itu terdengar begitu berwibawa, membuat Sova merasa terlindungi. Tidak terdengar seperti suara kakek-kakek yang pesakitan.

“Ya, Pak Roy!” sahut Sova dengan menekan gemetarnya.

“Kamu memberikan Saya dua persyaratan tadi? Tapi, saat ini kita tidak sedang dalam keadaan tawar menawar. Ayahmu ada padaku!” ucapnya terdengar lebih tegas daripada saat lelaki itu hanya menyebut namanya, di awal obrolan mereka.

Sova menarik nafasnya dalam-dalam. Ia berusaha menetralkan rasa takut dan terintimidasi, agar menjadi kuat dan tak diremehkan. Dia merasa belum tahu siapa sosok calon suaminya yang sebenarnya, jadi dia harus tegas juga.

“Saya tak tahu bagaimana nasib Ayah saat ini. Bisa saja ini hanya akal-akalan kalian agar bisa menjebakku!” ucap Sova membuat Roy sedikit terhenyak. Ia tak mengira bahwa gadis desa yang Ia pilih karena kagum dengan pandangan pertama tersebut, bisa bersikap tegas dan memulai negosiasi dengan menarik. Sudut bibirnya pun melengkung, menggambarkan bahwa Ia cukup senang dengan sikap Sova.

“Ayahmu aman, selama semua ini berjalan lancar!” jawab Roy tetap tenang.

“Tidak, jika tak ada bukti apapun. Saya bisa melaporkan anda dengan pasal berlapis. Penculikan, pem... pembunuhan,” ucap Sova seraya menarik nafas panjangnya saat Ia harus mengatakan kata ‘pembunuhan'. Di otaknya terbersit kekhawatiran jika apa yang diucapkannya memang nyata. “Eksploitasi anak di bawah umur, perbuatan tak menyenangkan dan masih banyak lagi... “ ucap Sova yang pernah membaca sedikit buku tentang hukum. Padahal, Ia tak begitu faham dengan isinya, namun lumayan juga untuk menggertak lelaki tua yang sedang mempermainkan hidupnya ini.

“Silakan! Tapi, saat kamu masih di perjalanan untuk ke kantor polisi, itu artinya kamu tidak bertemu lagi dengan Ayahmu!” sahut Roy dengan tetap tenang.

“Jangan macam-macam!” bentak Sova dengan tangan terkepal.

“Segeralah bersiap. Setelah akad, kita akan melihat ayahmu! Saya, pak RT, pak Amil dan saksi-saksi semua sudah ada di depan rumahmu. Jangan terlambat, supaya kita tak terlambat menemui Ayahmu, Ayah kita!” ucap Roy. “Oya, jangan panggil saya Pak. Panggil saja Sayang, atau Bang, Mas, Kang, Aa, Uda. Apapun yang kamu senang, asal jangan Bapak!” ucapnya lagi seraya menutup panggilan telepon secara sepihak.

“Sudahlah, secepatnya pakai baju ini!” Hani segera meminta ponselnya kembali, kemudian menggantinya dengan satu set kebaya berwarna broken white.

Tanpa berpikir panjang, Sova pun segera mengenakan kebaya tersebut, dan akhirnya pasrah didandani dengan make up flawless.

“Selesai. Ayo, sudah ditunggu di luar!” pinta Lina yang tiba-tiba berada di balik pintu.

Sova langsung menoleh ke arah sumber suara. “Tunggu Mbak, saya mau ketemu Ibu saya dulu. Boleh minta tolong panggilkan? Maaf, merepotkan!” ucap Sova merasa tak enak hati. Selama ini, dia terbiasa disuruh, dan hampir tak pernah balik menyuruh orang lain, meskipun itu teman-temannya sendiri. Keadaannya di rumah lah, yang membuat Ia terbiasa melakukan segala hal sendiri dan tak mengandalkan orang lain.

Tanpa menjawab ucapan Sova, Lina pun segera berbalik arah lagi. Tak lama, muncul bu Devi dari balik pintu.

“Ada apa?” tanya bu Devi yang nampak sumringah. Hatinya begitu senang karena akan segera mendapatkan sisa uangnya. Setelah itu, dia akan meminta Sova bercerai. Selesai. Hal itulah yang membuat wanita paruh baya itu sangat senang.

“Mama, tolong tanda tangani di sini!” pinta Sova seraya menyerahkan sebuah pulpen dan secarik kertas yang sudah Ia bubuhkan tulisan dan materai.

“Di mana?” tanya bu Devi seraya mengambil pulpen dan kertas itu.

“Di sini!” tunjuk Sova ke bagian tanda tangan pihak ke dua. “Sebagian tanda tangannya kena ke materai sini ya, Ma!” tunjuk Sova lagi.

“Maksudnya?” tanya bu Devi tak mengerti. Jangankan untuk mengerti permintaan Sova, baca tulis pun dia tak bisa. Tapi kalau tanda tangan, dia terpaksa bisa karena harus membubuhkan tanda tangan di KTP.

“Ini. Begini!” Sova memberikan contoh dengan membubuhkan tanda tangannya sendiri di pihak ke satu.

“Oh, iya. Mama ngerti. Begini doang sih... gampang!” ucap bu Devi sambil mencebik dan menarikan pulpen yang Ia genggam. Ia membubuhkan tanda tangan tepat di tempatnya. “Selesai. Nih!” Bu Devi setengah melemparkan kertas dan pulpen tersebut ke hadapan Sova.

“Ma, makasih ya!” ucap Sova tulus, yang langsung menubrukkan dirinya di pelukan bu Devi. Bagaimana pun tahun-tahun yang Ia lalui bersama sang Ibu tiri, tetaplah bagi Sova bahwa bu Devi merupakan ibu baginya. Andai saja bu Devi bersikap sedikit lebih baik, dia akan dengan senang hati mengabdikan diri untuk wanita yang bukan merupakan ibu kandungnya tersebut.

“Ih, apaan sih.” Bu Devi meronta, berusaha melepaskan diri dari Sova. Wanita paruh baya itu tidak mengingat perjanjiannya dengan Sova tadi. Dia pun tak mengira apapun tentang apa yang ia tanda tangani. Bahkan, wanita itu tak menyadari jika Sova sedang mengucapkan salam perpisahan kepadanya.

Bu Devi segera pergi ke luar kamar Sova. Sedangkan Hani yang membaca surat perjanjian itu lewat ekor matanya, mengerti dengan perasaan Sova yang berkecamuk.

“Jangan nangis, Mbak! Ada keluarga baru yang pasti lebih baik, yang mau menerima Mbak apa adanya!” ucap Hani seraya menyodorkan tissue kepada Sova. “Hapus air matanya, khawatir kena make up, nanti mukanya kaya ondel-ondel,” kekeh Hani yang membuat Sova ikut terkekeh. Untung saja make up yang dipakaikan bukan make up murahan, yang sekali kena air mata langsung memudar.

“Yuk!” ajak Hani lagi sambil meminta tangan Sova untuk Ia tuntun. Mereka pun berjalan beriringa menuju ruang tamu.

“Nah, ini dia pengantin yang kita tunggu-tunggu!” Nyaring suara pak RT yang disambut riuh oleh para tetangga yang ikut berkumpul sampai ke luar rumah. Mereka tak menganggap pernikahan ini sebagai pernikahan wanita muda, karena di kampung mereka, wanita seusia Sova sudah banyak yang menimbang bayi, bahkan sudah banyak juga yang menimbang bayi dalam keadaan janda. Jadi, usia Sova bukanlah usia pernikahan di bawah umur bagi mereka.

“Sini Neng Sova, duduk di samping suamimu! Akarnya tadi sudah di depan pak Harun, sekarang tinggal tanda tangan dokumen sama foto-foto saja,” ucap pak Amil yang membuat Sova membelalakkan matanya. Ia kaget dengan pernyataan bahwa dirinya sudah sah dinikahi tanpa sepengetahuannya.

Sova pun mengalihkan pandangannya kepada sosok lelaki yang mengenakan tuxedo hitam, yang saat ini sedang mengangkat wajahnya untuk melihat Sova.

Pandangan mata mereka pun bertemu, membuat Sova kaget bukan kepalang. “Hah. Anda!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Lansiaku Ternyata CEO   SLTC 106

    "Jadi benar?" desis Roy. Matanya masih menatap hampir tak berkedip pada rekaman-rekaman yang sedang terputar di sana. "Apanya Kang?" tanya Sova saat Ia melihat wajah tegang suaminya. "Akang, benar apanya?" tanya Sova sekali lagi, karena Ia tak mendapatkan jawaban apapun dari Roy. "Akang sudah salah menilai, Sayang." Roy menatap Sova seraya mengelus pipi wanita itu, meminta kekuatan dalam hatinya. "Menilai apa?" tanya Sova. Namun, lagi-lagi Roy tak memberinya jawaban. Sova mencebik, kesal karena merasa diabaikan. Bukankah Ia yang seharusnya masih marah dan mendiamkan Roy? Kenapa malah terjadi hal sebaliknya? Sova mengambil ponsel miliknya dari tangan Roy, penasaran dengan apa yang dilihat oleh suaminya. Sedangkan Roy, Ia tak lagi berusaha mengambil lagi ponsel tersebut. Semua kejadian dimana Lina datang sampai Ia membawa Dania pergi, terekam jelas oleh CCTV yang terkoneksi dengan ponsel Sova. Sedangkan, di CCTV rumah yang sengaja Ia pasang, tak ada satu pun bayangan Lina masuk ke

  • Suami Lansiaku Ternyata CEO   SLTC 105. Fakta

    "Apa maksudnya, Kang? Masa pak Beni resign? Mbak Hilda gimana? Mana mbak Hilda?" tanya Sova beruntun. "Mereka memfitnah Lina. Padahal, Beni... ah, entahlah. Apa dia sedang dekat dengan Hilda? Jadi dia selingkuh?" desis Roy namun masih bisa didengar oleh Sova. "Rupanya ini karena mbak Lina? Selingkuh? Benarkah? Jadi, mereka menjebakku agar mau menerima mbak Dania di rumah ini?" tanya Sova sangat lirih, namun masih jelas terdengar oleh Roy. "Apa? Jadi mereka yang memintamu untuk memasukkan Dania ke rumah? Memintamu untuk menerima Dania di rumah ini?" tanya Roy seraya menatap Sova, mencari kebenaran di kedalaman mata istrinya. "Emmhhh... iya, Kang." Sova akhirnya jujur akan hal yang tak Ia bicarakan kepada Roy. Bahkan, Ia cenderung melakukan hal itu di belakang Roy. Roy menyugar rambutnya frustasi. Kesalahan adalah kata yang tepat untuk apa yang telah dilakukan Sova, itu menurut Roy. "Tapi kenapa? Kenapa kamu lakukan itu semua, Sayang? Kau undang penyakit ke dalam rumah tangga kit

  • Suami Lansiaku Ternyata CEO   SLTC 104. Lebih Cuek

    Roy tak peduli saat Hilda mengejar Beni untuk keluar dari sana. Ia segera melangkahkan kakinya menuju lift. Ia berniat untuk menyusul Sova, membiarkan masalah Dania diurus oleh anak buahnya, sedangkan dia hanya akan menyelesaikan masalahnya dengan Sova. Roy hendak meraih handle pintu saat pintu itu terbuka dari dalam. Di hadapannya ada suster Rina yang membawa botol susu bekas pakai. "Sus, biarkan kami dulu ya. Nanti kalau kami perlu, baru akan Saya panggil lagi," ucap Roy dengan tatapan mengintimidasi. Dia tak ingin terganggu oleh orang lain saat sedang bicara dengan Sova. "Emmhhh," Suster Rina menoleh ke dalam, memastikan keadaan Rafa baik-baik saja. "Tapi Pak... " tolak Suster Rina, berusaha memberikan argumen. "Enggak ada tapi-tapian... " kesal Roy saat perawat yang Ia pekerjakan hendak menolak titahnya. "Ba... baik, Pak," sahutnya cepat, kemudian berlalu dari kamar tersebut. Sova yang begitu serius mengurusi Rafa,

  • Suami Lansiaku Ternyata CEO   SLTC 103. Resign

    SLTC 103"Ada apa?" tanya Roy setelah Beni duduk di sebrangnya. "Maafkan Saya, Pak. Tapi Saya enggak tahu lagi harus berbuat apa," ucap Beni membuat Roy mengerutkan keningnya. "Katakanlah!" titah Roy seraya memandangi Beni lebih seksama. Ia curiga akan ada hal tak beres yang diceritakan oleh Beni. "Saya sangat mencintai Lina," ucap Beni pada akhirnya. "Lantas?" tanya Roy merasa apa yang disampaikan oleh Beni bukanlah poin utamanya. Beni hanya diam. Lelaki yang telah lama mengabdi pada Roy itu tak lagi mengatakan apapun, membuat Roy tak sabar. "Jangan bilang gara-gara Lina belum juga hamil, kamu berniat poligami. Begitu?" tanya Roy membuat Beni mengangkat wajahnya kaget, menatap Roy dengan tatapan tak percaya. "Tuh kan, ketebak." Roy terkekeh seraya geleng-geleng kepala. "Bukan Pak Bos, bukan itu," ucap Beni buru-buru. "Jangan berkilah, Ben. Apa kurangnya Lina sampai-sampai kamu tega mau menduakannya? Apa kau sudah menemukan perempuan lain? Apa kau sudah memberi tahu Lina renc

  • Suami Lansiaku Ternyata CEO   SLTC 102

    SLTC 102Roy masih tertegun setelah mendengar ucapan Sova barusan. Ia berpikir jika apa yang dikatakan Sova sangat masuk akal dan memungkinkan dan memiliki nilai kebenaran. "Apa benar seperti apa yang istriku bilang, Ben?" tanya Roy benar-benar meminta pendapat. "Menurutku demikian," sahut Beni membuat Roy kaget. Roy tak menyangka jika jawaban Beni begitu singkat, padat dan langsung pada point nya. "Ya sudah, ayo kita kembali ke ruang kerja!" ajak Roy. "Ben, Aku mengizinkanmu untuk membongkar makam Dania dan mengambil sampel dna-nya, untuk dites dan dibandingkan dengan DNA perempuan itu, " ucap Roy tiba-tiba.Beni yang sedang memikirkan baik-baik apa yang dilaporkan oleh anak buahnya tadi tentang Lina, tak mendengar apa yang diucapkan oleh Roy. Bahkan pandangan Beni nampak kosong di hadapan Roy."Ben" Ucap Roy lagi seraya menepuk pundaknya cukup keras. "Ada apa?" teriak Beni Karena ia merasa kaget dengan tepukan di bahunya."Sejak kapan kamu hobi melamun?" Ucap Roy yang sebenarny

  • Suami Lansiaku Ternyata CEO   SLTC 101

    Mata Roy berkilat merah. Ia begitu marah dengan apa yang disampaikan oleh anak buahnya barusan. "Jaga kedua tua bangka ini, jangan sampai mereka berdua kabur!" titah Roy membuat semua orang yang berada di sana saling melemparkan pandangan. "Siapa yang kau sebut dengan tua bangka?! " teriak Pak Tejo dengan geram. Namun, Roy tak mendengarkannya sama sekali. Ia terus melenggang pergi, keluar dari ruang kerja. Beni mengikuti Roy dengan segera. ia belum tahu apa yang terjadi, namun Ia tak merecoki Roy dengan berbagai macam pertanyaan. Saat tiba di kamar tamu, Roy langsung masuk ke dalam kamar dengan pintu yang memang sudah terbuka. Begitupun dengan Beni, Ia langsung ikut masuk ke dalam kamar dan mendapati kesalahan apa yang telah terjadi. "Mana dia? " tanya Roy dengan mata yang masih berkilat merah."A... Ampun Tuan! Kami tidak tahu, kami betul-betul tidak tahu! " ucap anak buah Roy yang seharusnya ditugaskan berjaga di sana.Saat Roy dan Beni keluar dari ruang kerja tadi, sebenarnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status