🌺🌺🌺🌺🌺
# Pov Ceu Yuni (Mamahnya Wahyu)
Tanpa sengaja, hari ini aku bertemu dengan Bu Sri, dan juga Sinta, di dalam mobil angkutan kota jurusan Cibeber-Cimahi, sewaktu kami hendak pergi jalan-jalan ke mall di daerah Pasar Antri Cimahi.
Dengan tegas, aku memperkenalkan Huma, kepada mereka sebagai calon menantuku, mereka pun nampak kaget mendengarnya, bahkan aku sempat mengundang mereka ke acara kami besok di rumah Wahyu.
Mudah-mudahan mereka mau mengerti dan berhenti mengharapkan Wahyu.
Memang, aku dulu pernah menjodohkan Wahyu dan Sinta. Namun, Wahyu sama sekali tak merespon, bahkan seringkali menghindari
🌺🌺🌺🌺🌺# Pov Ceu YuniPada malam harinya, aku sengaja menginap di rumah Wahyu, agar bisa mengutarakan niatku.Tok ...Tok ...Tok ..."Yu, Wahyu! Buka pintunya, Nak! Buka atuh kasep, jangan ngurung diri terus," teriakku.Kriiieet ... suara pintu pun terbuka.Setelah membuka pintu, Wahyu kembali duduk di lantai kamarnya, tampak ia sedang termenung sambil melihat-lihat album foto pernikahan bersama mendiang istrinya."Wahyu, yang sudah meninggal tak akan kembali lagi, sebaiknya dikirimi doa, bukan dikirimi air mata terus-menerus." ucapku. "Kehidupan ini akan terus berputar, siap ataupun tidak siap kita akan melewatinya," imbuhku lagi."Ingat, Wahyu! Jangan terlalu terlena dengan kesedihan.Bukannya mamah melarang kamu untuk berduka cita, tapi kamu juga
🌼🌼🌼🌼🌼# Pov HumaHari ini aku akan pergi ke rumahnya Aa' Wahyu yang di Cimahi Tengah.Calon mama mertua, tadi sudah menelpon, beliau sudah berangkat dan sudah berada di lokasi sekitar sepuluh menit yang lalu.Kini, aku telah siap-siap untuk segera menuju ke sana."Mamah, Eneng berangkat dulu ya?" pamitku pada mamah di tempat catering kami yang baru.Tempatnya tak jauh dari rumah kami."Iya, salam buat Ceu Yuni ya? Bilangin nanti mamah ke sananya agak siangan," ucapny
🌹🌹🌹🌹🌹#Pov HumaAku pun segera masuk dan hendak bergabung bersama ibu-ibu di dapur.Wika sedang bermain bersama Raiqah dan juga beberapa anak tetangga di ruang tamu"Wika, ini simpan dulu handphone nya!" Aku menghampiri Wika dan menyerahkan handphone milik Wika."Mamah Huma, tadi ayah bilang apa? Ada bilang kita disuruh pergi ke Aceh, nggak? " tanya Wika."Kalian liburannya kapan? Kata ayah, liburan ini kita pergi. Siapa yang mau ikut? " Aku bertanya kepada anak-anak, menatapnya satu persatu.
🌷🌷🌷🌷🌷#Pov HumairaSetelah Raiqah tertidur, aku teringat dengan buku harian tadi, aku segera mengambilnya di dalam tasku, perlahan aku mulai membuka buku Diary yang tertulis nama Dewi Eka Handayani.Kubuka dihalaman pertama, tertulis biodata tentang Dewi, dan terpampang foto masa kecil Dewi ukuran postcard.Nama: Dewi Eka Handayani TTL. : Cimahi/ 14 Juli 1981 Hoby: eksperimen masakan, all about at flowers, dll Pesan: kejarlah duniamu tapi jangan tinggalkan
🌼🌼🌼🌼🌼 #Pov Huma Pada malam harinya kami berkumpul di ruang tamu, untuk membicarakan masalah yang penting. Bukan hanya kami, bahkan kedua Kakak Aa' Wahyu dan keluarganya pun turut serta hadir, kami sekarang tinggal menunggu Bapaknya A' Wahyu datang. "Assalamualaikum," ucap seseorang dari luar. "Waalaikumsalam," jawab kami kompak. Bapaknya A' Wahyu datang bersama dua orang pria. "Maaf lama nungguin, ya!" ucap bapaknya A' Wahyu tersenyum.
"Pak, aki (kakek) Juned, kok udah bagi-bagi harta?" Ceu Yuni menatap Pak Yudi penuh tanda tanya. "Aki (kakek) sama nini (nenek) hidupnya gimana nanti, kalau semua harta sudah dibagi-bagi gitu," imbuhnya lagi. "Bapak juga kurang tau, Mah! Kalau kata Pak Agung, kita disuruh bertanya langsung sama Ki Juned, kalau bisa secepatnya kita menemui beliau, banyak yang harus dibicarakan katanya, kalau nanya sama mereka mah percuma, mereka nggak tau apa-apa, mereka kan cuma menjalankan tugas," jawab bapak. "Besok aja yuk, kita ke sana nya, rame-rame!" ucap Teh Ina sembari menoleh ke arah bapak, lalu mengedarkan pandangan ke semua arah mencari dukungan dari yang lain. "Sok atuh! (Silahkan!) Mamah mah setuju aja.Kamu juga bisa pergi kan Neng Huma?" Ceu Yuni menatapku, menanti jawaban. Aku menoleh ke arah mamah, minta persetujuan, mamah pun mengangguk tanda setuju. "Boleh, Mah," jawabku singkat. "Nenek, aku sudah n
# Keesokan harinyaPagi-pagi sekali, sebelum adzan berkumandang, aku sudah terbangun, suasana nampak begitu sunyi, hanya detak jam dinding yang terdengar.Aku segera beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, kemudian membuat sarapan pagi dan membereskan kekacauan di dapur.Menjelang Subuh, terdengar suara orang mengaji dari mesjid depan rumah, aku masih sibuk berkutat di di dapur. Sambil memasak, aku pun membersihkan ruangan."Bikin apa, Neng!" Ceu Yuni menyapaku secara tiba-tiba, membuatku kaget."Nasi goreng, Mah!" jawabku.
Sadar dalam bahaya, aku menulis pesan singkat Kepada adikku Haikal dan mengaktifkan GPS, agar keberadaanku mudah untuk di lacak, lalu mengirimkan lokasi terkini kepada Haikal melalui pesan dengan logo bergambar gagang telepon berwarna hijau."Stop, Pak! Atau saya akan teriak," pekikku.Lagi-lagi sang sopir hanya terdiam, lalu akhirnya berkata,"Teriaklah! Mobil ini kedap suara," ucapnya singkat."Siapa kamu? Apa maumu? Siapa yang menyuruhmu?" Teriakku, berusaha membuka pintu mobil, namun tidak bisa di buka, aku pun memukul-mukul jendela dan berteriak meminta tolong."Tolong ... !" teriakku.