"Kalau anakku tidak mau meningģalkanmu. Sekarang, kau yang harus meninggalkan anakku. Jauhi dia, mengerti!"Ucapan Ayah Raja membuat nafas Abel tercekat. Raja tahu wanita itu kembali terluka karena lidah tajam Ayahnya lagi."Maaf, Om. Mulai sekarang saya tidak akan lagi meninggalkan anak anda. Sudah beberapa kali dia mempertaruhkan nyawanya demi menolong saya. Sekarang saatnya saya mengorbankan harga diri dan perasaan saya demi dia." balas Abel sambil menggenggam tangan lelaki yang ada di sebelahnya.Raja tersenyum mengembang mendengar ucapan Abel. Dia tak menyangka wanita yang selalu di anggapnya lemah itu kini berubah menjadi singa di depan Ayahnya."Jadi kau mau balas dendam dengan mengencani anakku sebagai ganti aku telah memecatmu dari perusahaan?" tanya sinis Ayah Raja, sorot matanya penuh kemarahan ke arah Abel."Ayah, kenapa akhir-akhir ini Ayah menjadi sering ikut campur urusanku? Ini sudah tengah malam Ayah, jangan buat kekacauan di rumah orang. Pulanglah!""Sebelum wanita i
Pov DamarPukul tujuh malam, aku sedang ada di rumah bersama istriku. Saat istriku sedang membantu asisten rumah tanggaku menyiapkan makan malam, ponselku berdering. Sebuah panggilan telepon masuk. Ternyata dari Dita. Buat apa malam-malam dia telepon, padahal dia tahu aku pria beristri harusnya tak dihubunginya di jam-jam seperti ini.Karena tak mau membuat marah wanita yang sangat hebat di atas ranjang itu, segera ku angkat teleponnya.[Hallo, sayang!] sapaku pada Dita, gadis belia yang tadi siang membuatku kelelahan karena aksinya.[Om, Raja dan mbak Abel akan berkencan malam ini. Dita gak mau tahu, Om gagalkan rencana mereka sekarang juga, gimanapun caranya!] desaknya.Kepalaku berdenyut nyeri mendengar ucapan Dita. Raja terlalu keras kepala sampai tak mau mendengar sedikitpun nasehatku. Apa hebatnya wanita seperti Abel di banding Jeni. Jeni anak teman bisnisku yang tentunya berasal dari keluarga terpandang juga kaya raya, cantik lagi. Bisa-bisanya Raja malah menyukai wanita gembel
Pov SisilBeberapa hari ini aku di sibukan dengan pekerjaanku yang menumpuk di kantor. Sudah hampir seminggu aku lembur. Rasanya rindu sekali dengan Abel dan yang lainnya karena beberapa hari ini aku tak bisa menemui mereka.Kabar terakhir yang ku dengar dari Abel dia telah jadian dengan Raja. Teman Oon bin songongku itu akhirnya berani juga mengambil keputusan itu, aku ikut senang karena aku yakin hanya Rajalah satu-satunya orang yang tulus padanya.Pukul sembilan malam aku dan teman-temanku baru saja keluar dari kantor. Karena perut kami lapar, kami memutuskan untuk mampir ke sebuah kafe yang tak jauh dari tempat kerjaku. Saat kami hendak masuk ke dalam mobil kami masing-masing tiba-tiba seseorang memanggilku."Sisil!" panggil Pak Jack, dia adalah manager baruku. Seorang duda usil yang akhir-akhir ini sangat menguji adrenalinku. Dia selalu mengacau entah ketika aku ada di kantor ataupun di rumah. Setelah pulang kerja dia selalu menggangguku dengan panggilan telepon berulang-ulang.
Raja belum ingin membuka matanya yang masih terasa sangat berat. Namun, gedoran pintu membuatnya terus memaksa matanya terbuka. Saat matanya berhasil terbuka sempurna, dia terkejut ketika menyadari tubuhnya dalam keadaan telanjang. Yang membuat lelaki itu makin syok, ternyata dia berada di ranjang yang sama dengan seorang wanita yang menutupi tubuh polosnya hanya dengan sebuah selimut putih."Siapa kau, kenapa ada disini?" tanya Raja terkejut, perempuan itu tertawa mendapatkan pertanyaan dari Raja. Raja bergegas mengutip pakaiannya yang berserakan kemudian dengan cepat ia kembali mengenakan bajunya."Kau amnesia sayang? semalam kau sudah buat aku kewalahan dan sekarang kau malah pura-pura tak ingat."Darah Raja mendidih mendengar jawaban wanita itu, sementara itu fokusnya kembali ke pintu masuk. Pintu berhasil di dobrak, dan Raja kembali dikejutkan melihat beberapa polisi kini memasuki kamar."Ada apa ini?" tanya Raja masih kebingungan."Kami mendapat laporan dari seseorang bahwa peng
"Lihatlah rekaman vidio ini!" ucap Jack kemudian memperlihatkan vidio saat kejadian semalam berlangsung. Tangan Abel mengepal saat melihat vidio itu di putar, begitu juga Ikhsan.Ponsel Ikhsan berdering, ternyata panggilan masuk dari anak buahnya.[Kami kehilangan jejak lelaki tadi. Beberapa mobil tiba-tiba datang mengacaukan fokus kami. Sepertinya lelaki tadi tahu kalau kami sedang mengikutinya.] lapor anak buah Ikhsan.Ikhsan jengkel, kalau saja dia tau lebih awal soal vidio yang Jack tunjukan, Heru pasti sudah bisa di ringkusnya."Segera kembali kesini. Kembali berjaga di sekitar rumah sini!" perintah Ikhsan kemudian mematikan sambungan telepon."Bagaimana, Bang? Apa kata anak buah, abang?" tanya Abel."Heru berhasil lolos dari pantauan mereka. Aku yakin Heru sudah tahu sebelumnya kalau dia sedang diikuti.""Jadi, bagaimana, Bang? Bagaimana kalau dia kembali datang kesini saat kalian tak ada." tanya Abel. Mulai ketakutan."Dia takan bisa masuk ke rumah ini. Aku akan menambah jumlah
Pov Dita"Om, sudah menjenguk Raja?" tanyaku pada Om Damar. Anaknya masuk penjara, sempat-sempatnya dia ngajak ngamar aku di hotel. Gak ada iba-ibanya sama sekali ini orang."Nanti setelah puas di layani kamu, Om baru akan datang nemuin dia." ujarnya mulai melepas kancing-kancing bajunya."Aku ikut ya, Om." rengekku sambil membantunya melepaskan bajunya."Bukan, Om gak ijinin kamu. Tapi hubungan kita bisa terbongkar nanti kalau sampai kamu ikut kesana. Lagian, Om pergi kan sama Jeni, jadi gak mungkin bisalah bawa kamu.""Jeni? siapa dia? setahuku istri Om namanya bukan Jeni.""Iya, dia memang bukan istri, Om. Tapi wanita yang mau Om jodohin dengan Raja." ucap Om Danar. Mendengar Jeni adalah wanita yang akan di jodohkan dengan Raja membuat hatiku seketika panas. Entah kenapa meski sudah berkali-kali mencoba melupakan Raja, aku tetap tak bisa. Bahkan kehadiran Om Damar pun tak bisa menggantikan posisi Raja di hatiku."Kok kamu diam dan cemberut, sih. Gak semangat seperti tadi." tanya Om
Pov Author"Mbak Cantik sekali." ucap Citra pada mantan kakak Iparnya saat selesai di dandani.Hari ini adalah hari pernikahan Abel dan Raja. Dengan mengenakan gaun pengantin berwarna putih, Abel terlihat sangat anggun dan cantik."Benarkah? bukankah make up ini terlihat sangat tebal?" tanya Abel tak percaya diri."Enggak tebal kok, Bel. Hari ini kamu terlihat sangat cantik." sahut Sisil yang sudah sembuh sepenuhnya dari sakitnya."Jangan terlalu memuji gitu, Sil. Aku sangat malu." ucap Abel dengan raut wajah malu."Baru aku yang muji sudah salah tingkah seperti itu kamu, Bel. Bagaimana kalau nanti suamimu yang muji!" kekeh Sisil. Wajah Abel makin memerah menahan malu."Aku lagi gerogi malah kamu ngledek gitu!" bebel Abel yang tak suka mendengar ledekan temannya membuatnya makin gerogi."Mbak mari kita turun, takutnya Mas Raja gak sabar nungguin calon istrinya turun!" ucap Citra menghentikan niat Sisil untuk kembali menggoda sahabatnya."Bener kata Citra, mari kita turun!" sahut Sisil
Mobil Raja telah masuk ke halaman rumahnya. Abel membantu Citra berjalan memasuki rumah Raja."Asalamualaikum, Bu. Kami pulang!" ucap Abel saat masuk ke dalam rumah.Ibu Raja yang mendengar suara Abel langsung keluar dari kamarnya lalu menghampiri Abel."Syukurlah kamu sudah pulang sayang. Kasian kamu harusnya sibuk melayani suami malah di repotkan dengan urusan gadis ini!" ceplosan ibu Raja membuat Citra tersinggung. Namun dia hanya bisa menahan diri agar tidak marah."Enggak apa-apa, Buk. Kami masuk dulu, ya." Abel cepat-cepat menghindar dari ibu mertuanya. Dia takut makin membuat Citra tak enak hati dengan ucapan-ucapan mertuanya.Saat dia meminta izin ingin membawa Citra ke rumah Raja awalnya memang tak di setujui ibu mertuanya namun karena dia terus membujuk wanita itu menjadikan wanita itu tak tega.Ibu mertua Abel sebenarnya orang yang sangat baik. Dia juga sangat menyayangi Abel. Tapi karena Citra adalah adik Putra, mantan suami jahat Abel yang pernah juga berhasil melukai Raj