Hai para pembaca. Mohon maaf karena saya jarang update dan selalu banyak bolongnya. 2 hari kemarij saya sakit sampai tidak bisa update karena harus bedrest. Saya tidak bisa berjanji banyak. Karena saya penulis tunggal. Yang jika terjadi sesuatu pada saya maka sepenuhnya kesalahan saya. Tapi saya akan tertap berusaha untuk tetap menulis dan update tepat waktu. Mohon dukungan dan doanya agar saya bisa melanjutkan karya saya ini setidaknya sampai tamat. Kisah tentang Dimitri dan Ellen ini masih panjang dan penuh intrik. Semoga kalian tetap menyukai serta tetap menantikannya. Tetaplah baca karya saya. Dan terima kasih semuanya. I love you all. 🥰🥰🥰
"Pindahkan ibu Mia sekarang juga!" Dimitri marah besar setelah mengetahui segalanya yang terjadi pada Ellen, istrinya. Juga tentang rencana Raynand dan Mia. Meski masih mengenakan baju pasien dan dalam keadaan tidak sehat, namun pria itu tetap berjuang mencari tahu lewat Marc yang ia sibukkan oleh masalah ini. "Hasil test DNA. Setelah itu keluar maka aku akan benar-benar mencabik-cabik Darren," kata Dimitri marah besar. Sementara Marc menahan tawanya. Sang tuan bahkan masih terbaring di ranjang rumah sakit. Tapi dia sudah memiliki tenaga untuk mengamuk. Pria itu merekamnya secara diam-diam dan mengirimkannya pada Ellen.Di seberang sana, Ellen terbahak melihat suaminya mengamuk. Lalu sesaat kemudian air matanya menetes membasahi kedua pipinya. Rasa rindu yang tak tertahankan. Juga perasaan tertahan karena saat ini dia harus fokus pada pernikahannya yang tinggal menghitung hari."Apa yang kau tertawakan?" tanya Mia yang datang dengan baki berisi teh hangat dan camilan berupa kukis c
Yuri terdiam menatap wajah Darren. Untuk sesaat bahkan dia kehilangan kata-kata. Pria itu menatapnya penuh siasat. Yuri sangat mengetahui akan hal itu. "Dimana dia? Apakah kau yakin dia ada di tempat ini?" tanya Yuri mengedarkan pandangannya ke arah belakang. Tak menemukan siapapun yang mencolok, kembali Yuri menatap Darren. Pria yang saat ini menatapnya dengan tatapan tak biasa. "Bahkan tempat ini sangat ramai. Apakah Madelaine tidak takut wajahnya terekspos?" tanya Yuri lagi. "Mungkin dia sangat ingin terlihat namun malu karena memiliki tompel di wajahnya," goda Darren tertawa lepas. "Darren, kau ini ..." Yuri menahan tawa atas lelucon Darren. "Lagipula memangnya aku hafal dengan wajahnya?" tanya Darren tertawa lepas. Yuri tertawa kecil. "Iya. Bagaimana mungkin kau mengenali wajahnya? Lagipula dia tidak pernah terekspos," kata Yuri. "Dan kau juga, kenapa malah menggodaku seperti itu? Aku hanya merasa penasaran. Orang seperti apa dia sampai bisa membuat baju sebagus itu.""Yan
"Baiklah. Aku akan ikut rencana kalian," kata Ellen dengan raut wajah terpaksa. Namun Mia dan Raynand justru merasa lega. Akhirnya Ellen bersedia untuk bekerja sama. "Biarkan tuan Dimitri mengambil sampel untuk test DNA. Marc akan mencocokkannya dengan nyonya besar Madelaine," kata Mia.Dan ketika Dimitri memeluk tubuh Ellen, pria itu mengambil beberapa helai rambut Ellen. Meski terasa, Ellen tetap bersikap seolah tak tahu tentang itu. "Lalu biarkan tuan Darren tetap menganggap mu Yuri. Kau harus tetap menjadi Yuri dan menikah dengannya," lanjut Mia."Kalian sudah sangat lancang!" bentak Ellen. "Aku ini istri Dimitri. Yang secara tidak langsung adalah bibi Darren. Bagaimana mungkin aku menikahinya?""Nyonya tolong tenangkan dirimu dulu," kata Mia."Dimitri pasti akan bertindak untuk membongkar semuanya. Di saat itulah kau bisa kembali menjadi Ellen sepenuhnya. Dan tinggalkan kehidupan sebagai Yuri," jelas Raynand. "Bagaimana dengan ibu Mia?" tanya Ellen. "Tuan Dimitri sudah men
Beberapa jam sebelum pertemuan Ellen dengan Dimitri. Wanita itu berjalan masuk ke sebuah gedung terbengkalai sendirian. Namun siapa sangka dirinya malah bertemu dengan Mia dan Raynand. Rupanya mereka tengah menunggu kedatangan Ellen."Kalian kenapa bisa ada di sini?" tanya Ellen terkejut. "Siapa kau?" tanya Mia."Apa maksud kalian? Tentu saja aku Yuri. Tempat ini memang gelap. Jadi kalian tidak bisa melihat dengan jelas," ujar Ellen terbata. Mia menunjukkan secarik kertas pada Ellen. Itu tulisannya. Secarik kertas yang ia berikan pada Dimitri. Bagaimana mungkin bisa ada pada mereka?"Ellen, kau sudah mengingat semuanya. Seharusnya memang seperti itu," kata Raynand tersenyum senang. "Aku ..." Ellen kebingungan. Dia tak tahu siapa musuh siapa teman. Bahkan dia tak bisa percaya pada Raynand seperti Mia percaya pada pria itu. "Ellen, maafkan aku karena sudah memanfaatkan mu. Aku melakukannya dengan alasan yang kuat," kata Raynand. Ellen menatap Mia penuh tanya. Wanita itu tak bisa d
Ellen berjalan mundur. Dia tahu betul itu bukan aroma tubuh suaminya. Dengan perasaan takut, dia mencoba untuk mengenali siapa yang berada di hadapannya saat ini. "Marc, mana Dimitri?" tanya Ellen."Nyonya, maafkan saya." Marc hanya tertunduk."Katakan!" bentak Ellen."Tuan mengalami kecelakaan dalam perjalanan kemari. Sekarang Tuan Dimitri sedang dalam penanganan dokter," kata Marc mencoba menjelaskan dengan sisa tenaga. Ellen seketika terduduk di lantai yang sangat dingin. Dia sadar tak seharusnya dia menentang Darren. Mungkin pria itu sudah tahu dan inilah rencananya. Ellen merasa dirinya sangat ceroboh.Wanita itu menutupi keduua telinganya dengan kedua telapak tangannya. Lalu berteriak; "Aarrggkk!!!"Lalu seseorang berjalan ke arahnya dan mendekapnya dengan erat. Aroma darah tercium sangat pekat. Ellen mbuka matanya dan mendapati sang suami tengah bersimbah darah. Wanita itu menangis seketika."Apa yang terjadi padamu, Dimitri? Kenapa ada darah dimana-mana?" tanya Ellen seseng
Dimitri sudah hilang kesabaran. Darren benar-benar akan menikahi Yuri. Hal gila yang bahkan manusia bermoral pun tidak akan pernah berpikir sampai sejauh itu. Pria itu segera mendatangi Darren. Namun Marc mencoba menahan Dimitri ketika mereka sudah sampai di gedung apartemen Darren. Marc mengajak Dimitri untuk duduk sejenak. "Tuan, jika kau lakukan itu maka semua rencana Mia dan Raynand akan sepenuhnya gagal. Tahanlah sebentar saja," kata Marc memohon. "Bagaimana aku bisa menahannya? Darren akan menikahi istriku!" bentak Dimitri dengan volume suara pelan."Aku mengerti, Tuan. Tapi Mia dan Raynand juga sedang berusaha sampai sejauh itu. Mereka pasti sedang merencanakan sesuatu untuk mencegahnya," ujar Marc. "Percayalah pada mereka." "Bagaimana jika mereka terlambat?" tanya Dimitri dengan kepala tertunduk. "Mereka juga tidak akan membiarkan itu terjadi," kata Marc lalu menarik peralahan tangan Dimitri untuk pergi dari tempat itu.Kali ini Marc berhasil mencegah tuannya mengamuk. Namu