Varo pun mengucapkan kalimat ijab itu dengan tenang dan tegas.
Setelah mengucapkan itu, pandangan Varo pun lalu beralih pada Tasya yang dari tadi nampak memandang nya.Namun, saat Varo mengarahkan pandangannya, Tasya pun segera memalingkan wajahnya ke arah samping.Varo pun hanya tersenyum sekilas karenanya dan kembali melanjutkan proses itu.Setelah melafalkan doa, kini tibalah pemberkasan. Beruntung, tak ada masalah saat melakukan pemberkasan itu meskipun nama mempelai prianya berganti.Setelah melakukan pemberkasan, kini tiba saat keduanya pun menyematkan kedua cincin mereka.Dengan perasaan yang berdebar, Varo pun menggapai lengan kanan Tasya dan mulai memasukkan cincin itu ke jari manisnya. Tasya pun melakukan hal yang serupa, memakaikan cincin di jari manis Varo dan kemudian menyalami lengan lelakinya itu."Makasih, Mas," ucap Tasya sambil tersenyum tulus dan hanya dibalas sebuah kecupan hangat di pucuk kepala Tasya.Mendapat perlakuan seperti itu, sungguh membuat wajah Tasya nampak sedikit merona karenanya.Setelah acara jab kabul selesai, kini mulailah beralih ke acara selanjutnya ala adat sunda.Dimulai dari acara nyawer beras dan uang koin, lalu diteruskan dengan sungkeman kepada kedua orangtua mempelai.Di prosesi sungkeman ini, ada sedikit yang berbeda diantara mereka. Dimana Varo yang saat itu statusnya yatim piatu, jadi ia pun sungkem kepada Oom dan juga Tantenya. Sedangkan Tasya, ibundanya sudah lama meninggal, dan proses sungkeman itu dilakukan kepada Pak Ega dan juga Kakaknya, Revan. Acara ini pun di warnai sedikit haru.Setelah proses sungkeman kelar, dilanjutkan acara injak telur dan berakhir dengan saling menyuap ayam bekakak.Semua rangkaian acara pun dilakukan dengan penuh suka cita oleh Varo dan juga Tasya. Seakan mereka lupa bahwa saat itu Varo hanyalah peran pengganti dari Bagas.Setelah rangkaian acara adat itu selesai, barulah tamu undangan satu persatu di persilahkan untuk menyalami kedua mempelai itu untuk memberikan ucapan selamat menempuh hidup baru kepada keduanya.Namun, tak hanya ucapan itu yang keluar dari mulut para tamu. Beberapa kata maaf pun terucap dari beberapa orang, terutama ibu-ibu yang dulu menghinanya di acara rewang itu."Mbak Tasya, maafin ucapan ibu kemarin ya, rupanya, meskipun cuma penyanyi cafe tapi cuannya banyak yah. Pantes aja kalau nekat selingkuh," ucap Ibu itu dengan sedikit meledek.Tasya pun menyalami tangan wanita itu dengan sedikit meremasnya seolah ia kesal akan perkataan ibu yang tadi menghinanya itu.Setelah Ibu itu turun dari atas pelaminan, Varo pun mengambil tangan Tasya dan langsung membelai dengan lembut."Apa karena orang itu kemarin minta mahar yang sama kek Bagas?" tanya Varo memastikan dan mendapat anggukan dari Tasya."Eh tapi, yang ada malah berkali-kali lipatnya. Puas aku sekarang bikin dia diem. Eh tapi tetep aja dia bikin aku kesel lag," gerutu Tasya kepada sang suami.Varo pun hanya diam saja sambil menggelengkan kepalanya pelan.Tak lama, Bagas dan Kesya pun mulai bergerak menuju atas pelaminan. Saat Tasya melihat itu, perasaannya tiba-tiba menjadi kalut dan sedikit kacau."Sans, jangan sedih, tunjukkan wajah bahagiamu," bisik Varo lembut di telinga Tasya.Sungguh hal itu mampu membuat bulu kuduk Tasya nampak sedikit meremang dan membuat wajahnya merona."Diabetes aku lama-lama liat muka mu merah mulu," gerutu Varo dan hanya mendapat kekehan dari Tasya saja.Saat Bagas tiba di atas pelaminan, Tasya dan Varo pun segera berdiri menyambut mereka. Keduanya pun nampak salaman dan hanya tersenyum saja. Tak ada percakapan diantara keduanya, seakan mereka semua tak saling kenal satu sama lain.Setelah turun dari atas pelaminan, nampak Keysa yang sedikit merenggut kesal kepada suaminya itu."Heran, bukannya Varo itu cuma penyanyi cafe? Kok bisa, dia ngasih mahar segede itu buat Tasya?" tanya Keysa sedikit penasaran kepada sang suami.Bagas pun hanya menggeleng pelan tanda tak paham."Duh, kalau tau kek gitu, mending kemaren aku godain Varo aja dibanding godain kamu," gerutu Keysa kembali."Apa maksud kamu bilang begitu?!" seru Bagas sedikit kesal karena tingkah istrinya itu."Pikir aja sendiri!" seru Keysa balik setelah itu berjalan dengan langkah yang sedikit menghentak karena menahan kekesalan yang ada.Tasya dan Varo pun nampak memperhatikan tingkah kedua orang itu dari atas pelaminan dan keduanya pun langsung terkekeh geli."Mampus! Rasain tuh, emang enak,"ucap Tasya sambil terkekeh geli."Keknya seneng banget dia liat besti-nya menderita," sindir Varo sambil bersidekap dada."Dih, mana ada bestie rebut calon suami orang? Bestai iya," gerutu Tasya kesal.Varo pun tak menanggapi ucapan Tasya dan hanya terkekeh saja dan menggelengkan kepalanya pelan.Tasya pun kembali tersenyum apalagi saat menyambut beberapa teman dari tempat mereka bekerja itu."Cie selamat ya, Var, akhirnya kesampean juga nikah sama bidadarinya," ucap salah satu teman musik Varo.Mendengar ucapan itu, sontak Varo pun menginjak kaki temannya itu hingga mengaduh kesakitan."Makannya disana ya, jangan banyak-banyak ntar abis haha," ledek Varo kepada teman-temannya itu sambil tersenyum.Tak lama, mereka pun segera pergi meninggalkan pelaminan dan menuju tempat prasmanan yang ada.Tasya pun menatap tajam ke arah Varo, seolah bertanya apa maksud perkataan temannya tadi namun Varo malah membuang mukanya ke sembarang arah.Tak lama, terdengar sayup-sayup seorang ibu yang menghampiri Pak Ega dan memberitahu soal makanan yang ada disana.Varo pun hanya mengernyitkan dahinya saja seolah mengerti ada sesuatu yang tak beres di sana."Sya, bikin acara sampe jam berapa?" tanya Varo kepada sang istri."Jam 4-an, Mas. Tapi gimana ya, temen-temen sekolah ku belum pada datang. Mereka datangnya pada malam semua, dan aku rasa juga beberapa makanan udah abis," jawab Tasya dengan sedikit sayu dan bingung.Hening pun kembali melanda mereka berdua. Keduanya pun nampak tenggelam dalam pikirannya masing-masing.Hingga akhirnya, lamunan mereka pun sedikit buyar saat melihat Revan yang lewat dihadapan mereka berdua.Varo pun seakan menemukan sebuah ide dan segera meninggalkan pelaminan dan menghampiri Revan."Mas," panggil Tasya kepada Varo namun tak digubris sama sekali.Dari atas pelaminan, Tasya jelas melihat Varo dan Revan yang sedang berbicara cukup serius setelah itu mereka berdua pergi entah kemana.Selang 15 menit kemudian, barulah Varo kembali lagi kesana disusul oleh MUA yang tadi meriasnya."Teh, nanti kita ganti baju lagi jam 5an ya," ucap MUA itu yang sontak membuat Tasya sedikit bingung."Gi -- gimana maksudnya, Teh? Bukannya cuma sampai jam 4 doang saya pesannya? Dan ini udah mau kelar kan?" tanya Tasya bingung dan mendapat gelengan dari Sang MUA."Awalnya iya, Teh, tapi tadi A Revan udah perpanjang sampai malem jam 8, jadi nanti kita ganti baju lagi ya jam 5," ucap MUA itu.Setelah itu, Sang MUA pun segera pergi dari atas pelaminan itu, meninggalkan sejuta tanya di dalam benak Tasya."Mas?" tanya Tasya kepada Varo penuh selidik."Apa?" jawab Varo singkat.Ingin rasanya Tasya bertanya lebih jauh, namun saat melihat raut wajah Varo langsung di urungkannya.Rasa penasaran Tasya pun semakin besar kala ada beberapa orang yang datang dengan seragam sebuah resto dan langsung masuk ke dalam rumahnya."Kok aku kepo ya, ada apa?" tanya Tasya sambil memegangi kepalanya.Tasya pun nampak memperhatikan sang suami yang ada disampingnya itu dan hanya mengangguk ke arah orang berseragam restoran itu.Setelah sepersekian detik ia pun akhirnya bisa memahami, bahwa itu pasti adalah kelakuan dari sang suami.Tasya pun tersenyum lalu menarik wajah Varo ke dekatnya dan ...Cup!"Eh?"Revan dan Key pun mengangguk berbarengan dan langsung membuat Tasya dan Pak Ega sedikit terkejut."Se -- serius?" tanya Pak Ega tak percaya."Beneran, Yah," jawab Revan dengan mantap.Pak Ega dan Tasya pun saling berpandangan dan tersenyum."Alhamdulillah ya Allah, akhirnya aku punya cucu dari anak pertamaku," ucap Pak Ega sambil tersenyum bahagia.Ia pun lantas memeluk menantunya itu dan mengusap rambut Key dengan pelan."Selamat ya, Nak. Akhirnya, perjuangan kalian selama 7 tahun nggak sia-sia. Inget, kamu nggak boleh capek-capek, jaga kandungan kamu baik-baik. Kalian nunggunya lama lohh," pesan Pak Ega mengingatkan."Iya, Yah. Alhamdulillah banget ini juga, aku masih nggak nyangka. Masih berasa mimpi," ucap Key kembali."Jadi ... pulang sana!" seru Revan pelan. "Ayah udah punya mainan baru, udah nggak butuh kamu lagi. Kamu cuma beban, haha," ledek Revan sambil mencium perut Yudha.Seolah mengerti apa yang diucapkan sang ayah, Yudha yang biasanya tertawa mendapat perlakuan seperti i
"Mbaknya tau lampu ayam yang kuning itu gak?" tanya Key dan mendapat anggukan dari mereka berdua."Lampu ayam itu nanti taruh ditengahnya, Mbak. Posisinya pasin sama perut si dedek. Terus, nanti pas tidur, matanya dikasih penutup mata biar gak silau. Lampunya nyalahin aja jangan dimatiin," jelas Key."Lah, bisa begitu, Mbak?" tanya lelaki itu sedikit tak percaya."Iya. Keponakan saya kebetulan pas lahir kadar bilirubinnya sedikit tinggi dan disuru inkubator terus jadi pake itu. Saya juga tau itu dari anak tetangga yang lahir prematur, Mbak," jawab Key sambil tersenyum."Berarti, emang udah pernah nyoba ya, Mba? Terus hasilnya gimana?" tanya lelaki itu kembali."Alhamdulillah normal semua. Pas kontrol minggu depannya udah normal semua, jadi lampu ayamnya langsung di lepas," jawab Key dan mendapat anggukan dari orang itu.Kedua orang itu pun lalu mengucapkan terimakasih kepada Key karena sudah dibantu.Tak lama setelah itu, Revan pun kembali ke kamar dan mereka pun bersiap untuk pulang.
Revan hanya terkekeh lalu menggelengkan kepalanya pelan. Sementara Key nampak tertawa geli setelah melihatnya."Ciee, ketemu pembacanya Mas Gerry tuh, Mas," ledek Key sambil terkekeh geli."Jadi beneran, Masnya itu Coco Nut?" tanya wanita itu kembali dan langsung mendapat anggukan dari Revan."Wah, seneng banget ketemu penulis aslinya. Bisa dong, minta tanda tangannya," ucap wanita itu kembali."Waduh, jangan lah, Bu. Malu saya," ucap Revan sambil menggelengkan kepalanya pelan."Haha gak apa-apa, Mas. Padahal, saya udah baca ceritanya di aplikasi hijau, tapi tetep pingin baca bukunya juga," ucap wanita itu kembali sambil tersenyum."Masya Allah, makasih ya, Bu, udah mau baca. Terimakasih udah mau beli bukunya juga, soalnya dari sana saya bisa punya uang lebih," ucap Revan merasa bersyukur dan mendapat anggukan dari wanita itu."Iya, Mas, sama-sama. Semangat berkaryanya ya, Mas," ucap wanita itu kembali.***Malam pun mulai menyapa, keadaan Key pun sudah membaik dan diperbolehkan untuk
"Abang!" seru Tasya dan Varo secara serempak.Namun, Revan hanya menggendikkan bahunya saja dan segera berlalu menuju mobilnya.Ia pun memilih untuk segera kembali ke rumah sakit karena takut sang istri kenapa - napa.Setibanya di rumah sakit, nampak Key yang masih terlelap. Revan pun membelai lembut pucuk kepala sang istri dan menciumnya perlahan.Key sama sekali tak bergeming, mungkin ia sedikit lelah jadi Revan membiarkannya saja untuk tidur.Revan pun memilih untuk membuka tabnya dan mulai mengetik. Namun, hanya sebentar, karena orang di seberangnya memanggil dirinya."Sibuk, Mas?" tanya pria itu ramah."Ndak, Pak," jawab Revan ramah lalu segera meletakkan tabnya di atas nakas.Revan pun segera mengalihkan pandangannya kepada pasien di samping sang bapak yang masih terlelap sama seperti Key."Siapa yang sakit, Pak?" tanya Revan ramah."Istri saya, Mas, abis keguguran," jawab pria itu sendu.Revan nampak mengernyitkan dahinya saat melihat pasien itu. Istrinya? Tapi kenapa terlihat
"Saya kenapa, Dok?" tanya Key sedikit panik sambil tangannya mengeratkan pegangannya kepada Revan.Revan pun menggeleng pelan sambil melihat layar itu dengan seksama."Seperti ada dua, Dok," jawab Revan cepat dan mendapat anggukan dari sang dokter."Benar, Pak. Sepertinya ada dua, tapi nanti kita pastikan lagi setelah 12 minggu ya, Pak. Karena disini belum terlalu jelas, mungkin karena usia kandungannya masih 8 minggu," jelas Dokter Farel yang langsung membuat Key begitu terkejut."Be -- berarti, apa kemungkinan saya hamil kembar, Dok?" tanya Key memastikan dan mendapat anggukan dari sang dokter.Key pun lalu menutup mulutnya dan lagi, air matanya mulai kembali turun."Ya Allah, kembar, Mas, kembar," lirih Key sambil sedikit tersenyum.Revan hanya mengangguk karena ia pun tak tau harus bilang apa. Ia benar - benar bahagia dengan kabar yang ia dengar saat ini."Selamat ya, Pak, Bu. Nanti, kita pastiin lagi 4 minggu lagi yah. Sekarang, waktunya kita dengar denyut jantungnya si dedek ya,
Setelah semua berkas selesai diurus, keduanya pun kini segera pindah menuju ruang inap.Revan memilih ruang rawat kelas 2 agar mereka ada temannya. Biasanya jika kelas 2 terdiri 4 bed sehingga ada teman mengobrol. Dan benar saja, disana sudah ada 2 orang lainnya yang mungkin sudah terlelap.Sesampainya disana, Revan pun kembali membelai lembut pucuk kepala Key yang sedang rebahan itu dan mengecupnya beberapa kali."Ya Allah, aku masih gak percaya dengan semuanya," lirih Revan pelan.Air matanya kembali keluar tanpa di komando, entah mengapa dirinya menjadi sedikit cengeng saat mengetahui sang istri hamil.Key pun tersenyum lembut dan segera menghapus air mata sang suami."Rejeki anak itu,.gak ada yang tau, Mas. Mungkin, ini balas untuk kita, karena udah belajar ngerawat Yudha, jadi kita dikasih mainan sendiri. Jangan nangis lagi ya, Mas, cengeng banget kamu," lirih Key lembut dan mendapat anggukan dari Revan.Revan pun terdiam sebentar lalu menarik kursinya agar ia bisa duduk tepat di