"Kenapa, Bu? Apa ada yang salah?" tanya Tasya sedikit bingung saat melihat ibu tadi tertawa.
"Nggak ada kok, Mbak, hanya aja, kok kaya kasian ya," ucap Ibu itu kembali."Kasian kenapa, Bu?" tanya Tasya sedikit penasaran.Sebenarnya, perasaannya sedikit tak enak saat melihat ibu itu dan beberapa ibu lainnya yang nampak tertawa meremehkannya."Gak papa kok, Mbak. Semoga bisa bahagia ya sama Mas Varo. Gak nyangka aja sih, kok bisa-bisanya Mbak nyia-nyiain Mas Bagas yang udah mapan dan lebih memilih Mas Varo yang cuma penyanyi cafe itu," ucap Ibu tersebut sambil tersenyum meremehkan."Ma -- maksud ibu apa?" tanya Tasya nampak tak paham."Ya ilah, Mbak, gak perlu berkelit lagi, kita semua udah tau kok yang sebenarnya kalau Mbak itu yang selingkuh di belakang Mas Bagas. Ya ampun, gak nyangka yah kalau ternyata seleranya sedikit lebih rendah haha," ucap Ibu tersebut.Beberapa ibu yang lain pun nampak menimpalinya.Semua sama, menyalahkan Tasya yang 'katanya' berselingkuh di belakang Bagas dengan varo."Ya ampun, Mbak, orang tuh kalau mau selingkuh ya setidaknya sama yang level diatasnya lah, jangan dibawahnya," ucap Ibu lainnya."Udah enak dapet calon suami Manager, eh malah milih penyanyi cafe. Mending kalau yang punya cafenya, lah ini? cuma jongosnya haha," ucap Ibu lainnya.Sungguh, Tasya pun menjadi sedikit geram mendengar ucapan orang-orang itu. Ingin rasanya ia berteriak dan memaki mereka semua yang telah menghina dirinya itu.Tasya pun memilih untuk pergi dari acara rewang itu dan masuk kedalam kamarnya.Ia biarkan acara itu diurus oleh kakak iparnya saja, karena jujur ia sakit hati mendengar ucapan ibu-ibu itu.Tasya pun menangis di dalam kamarnya dengan perasaan yang tak karuan.Ia pun mengambil hpnya dan mencoba menghubungi Varo, akan tetapi tak diangkat oleh pria itu.Tasya pun akhirnya mengirimkan pesan singkat kepada prianya itu."Mas, maaf jika permintaan aku ini sedikit melunjak dan tak tau diri, dan aku minta maaf. Tapi, apa bisa, aku minta mahar ke kamu, setidaknya seperti yang Bagas kasih ke Keysa? Jujur, sakit aku denger ucapan Ibu-ibu di acara rewang ku pada ngehina kamu."Tak ada balasan dari Varo saat itu, pesannya pun masih centang abu-abu yang menandakan belum terbaca.Sekitar satu jam kemudian, barulah Varo membalas pesan itu.["Kamu tenang aja, pokoknya beres kalau itu mah. Serahin semuanya sama aku."]"Oke, terimakasih, Mas," balas Tasya pada pesan itu.Tasya pun hanya bisa pasrah dan berharap bahwa apa yang dikatakan Varo itu benar adanya.***Hari pun berlalu begitu cepat. Dua hari kemudian, hari H pun tiba.Dari pagi, perasaan Tasya sedikit tak tentu, antara ragu, takut, dan juga khawatir begitu mendominasi hatinya."Gimana perasaan kamu, Sya?" tanya Pak Ega memastikan keadaan anaknya itu."Aku deg-degan, Pah," lirih Tasya pelan.Pak Ega pun memeluk anak perempuannya itu seakan memberinya sedikit kekuatan."Bismillah ya, Sya, semoga ini memang yang terbaik untuk kamu," ucap Pak Ega lembut dan mendapat anggukan dari Tasya.“Amiin, semoga aja ya, Pah,” ucap Tasya sambil tersenyum tulus.Setelah itu, Tasya pun lalu berganti bajunya memakai kebaya adat berwarna putih dan mulai di make up. Tak lupa siger melati khas adat Sunda pun melekat seperti mahkota di atas kepalanya.Selang satu jam kemudian, rombongan keluarga Varo pun tiba di sana.Suara riuh petasan yang mulai dinyalakan pun menyambut kedatangan keluarga Varo di depan rumah Tasya.Dengan langkah tegap dan pasti, Varo pun berjalan diapit oleh Om dan Tantenya menuju kursi tempat akad akan dilangsungkan.Setelah berbagai sambutan dari kedua keluarga calon mempelai, Tasya pun dipanggil keluar dari dalam rumahnya untuk menemani Varo di sana.Betapa terkejutnya Varo saat melihat Tasya yang nampak cantik seperti dewi itu dengan kebaya putih dan siger melati di atasnya.Tatapan Varo tak henti-hentinya menatap wanita itu sambil tersenyum. Begitu pun dengan Tasya yang tak berhenti menatap Varo sambil tersenyum.Ia tak menyangka bahwa Varo hari itu terlihat lebih gagah dan tampan dari biasanya. Bahkan pesona Varo pun mampu mengalahkan Bagas saat itu.Setelah Tasya duduk di sana, barulah mahar yang Varo bawa dikeluarkan oleh temannya Varo yang saat itu berada di belakangnya.Tasya pun nampak sedikit terkejut melihat mahar yang berada di depannya itu. Pasalnya, mahar itu, terlihat jauh lebih banyak dari yang ia minta."Bagaimana, apa sudah bisa dimulai?" tanya Penghulu kepada mereka berdua.Mereka berdua pun mengangguk dan tak lama, ijab kabul pun segera dimulai."Saya nikahkan dan kawinkan, anak perempuan saya yang bernama, Natasya Olivia Dewantara binti Jenggala Dewantara, dengan mas kawin berupa seperangkat alat solat, satu set perhiasan emas seberat tiga ….Pak Ega seketika berhenti mengucapkan kalimat itu. Mata tuanya seketika terbelalak melihat nominal yang tertulis di kertas yang ia baca.Pak Ega pun menatap Varo seakan-akan meminta kepastian jika yang akan ia baca itu benar adanya.Seakan mengerti apa yang dimaksud Pak Ega, Varo pun mengangguk mantap.“Maaf, saya ulangi lagi, ya. Saya nikahkan dan kawinkan, anak perempuan saya yang bernama, Natasya Olivia Dewantara binti Jenggala Dewantara, dengan mas kawin berupa seperangkat alat solat, satu set perhiasan emas senilai tiga puluh gram, dan uang tunai sebesar tiga puluh juta dibayar tunai,” ucap Pak Ega kembali.Deg!Tasya yang tertunduk pun langsung mengalihkan pandangannya terhadap Varo dan menatapnya dengan intens.'Si -- siapa sebenarnya, Mas Varo?’Varo pun mengucapkan kalimat ijab itu dengan tenang dan tegas.Setelah mengucapkan itu, pandangan Varo pun lalu beralih pada Tasya yang dari tadi nampak memandang nya.Namun, saat Varo mengarahkan pandangannya, Tasya pun segera memalingkan wajahnya ke arah samping.Varo pun hanya tersenyum sekilas karenanya dan kembali melanjutkan proses itu.Setelah melafalkan doa, kini tibalah pemberkasan. Beruntung, tak ada masalah saat melakukan pemberkasan itu meskipun nama mempelai prianya berganti.Setelah melakukan pemberkasan, kini tiba saat keduanya pun menyematkan kedua cincin mereka.Dengan perasaan yang berdebar, Varo pun menggapai lengan kanan Tasya dan mulai memasukkan cincin itu ke jari manisnya. Tasya pun melakukan hal yang serupa, memakaikan cincin di jari manis Varo dan kemudian menyalami lengan lelakinya itu."Makasih, Mas," ucap Tasya sambil tersenyum tulus dan hanya dibalas sebuah kecupan hangat di pucuk kepala Tasya.Mendapat perlakuan seperti itu, sungguh membuat wajah Tasya na
Tasya mengecup pelan pipi Varo, namun hanya sebentar saja, setelah itu ia memalingkan wajahnya ke sembarang arah sambil menahan rasa malu yang sedikit mendera.Varo yang mendapat serangan tiba-tiba itu, menjadi terkekeh sendiri dan tak kuat jadinya jika tak meledek sang istri.“Cie, ada yang udah gak sabar nih nunggu nanti malem,”ledek Varo kepada istrinya.“Apaan sih, Mas,” gerutu Tasya sambil menutup wajahnya dengan tangan yang lantas membuat keduanya tertawa geli karenanya.Tak terasa, waktu pun berlalu dan malam pun mulai menyapa. Acara di malam hari nampak lebih meriah dibanding dengan siang hari tadi, karena ada banyak teman Tasya yang baru hadir disana.Tak hanya itu, teman-teman musik Varo pun banyak yang hadir kembali meskipun tadi mereka sudah kesana. Hal itu, karena atas permintaan Varo agar acaranya tetap ramai.Acara itu pun akhirnya berakhir pukul 21.00 WIB. Sangat jauh di luar perkiraan Tasya yang hanya akan berakhir sebelum jam 18.00 WIB.Selama itu pula tak henti-hent
"Ngeselin banget sih, main tinggal tidur aja tuh orang," gerutu Tasya kesal saat melihat Varo yang sudah terlelap di kasurnya itu."Haish, aku belum ngantuk, tapi ya udahlah." Tasya pun akhirnya memilih untuk segera tidur meskipun saat itu ia belum benar - benar mengantuk.Setelah beberapa saat, akhirnya Tasya pun bisa memejamkan matanya dan menyusul Varo menuju alam mimpinya.Pagi pun mulai menyapa, sekitar pukul 06.00, Tasya mulai membuka matanya dengan perlahan dan merasa ada sesuatu yang melingkar di area perutnya. Ia merasa seperti sedang di peluk oleh seseorang dari belakang dan benar saja setelah ia mulai tersadar ternyata lengan Varo sudah melingkar sempurna disana."Aaarggh!" seru Tasya setengah berteriak."Varo lepasin gak!" seru Tasya kembali sambil menyingkirkan lengan Varo dengan sedikit kasarTasya pun segera bangkit dari tidurnya dan mengguncangkan tubuh lelaki yang ada disampingnya itu.Karena guncangan yang cukup keras, perlahan Varo pun membuka matanya dan terbangun.
Varo nampak mengaduh kesakitan saat kakinya di injak oleh Tasya."Maafin ucapan Mas Varo, Kak," ucap Tasya merasa bersalah dan hanya mendapat senyuman dari Sang kaka ipar."Santai aja, Sya, wajar kok, Varo kan baru masuk ke keluarga kita, dan aku gak marah. Aku emang belum di kasih kepercayaan sampe sekarang meskipun kita udah 5 tahun nikah, mungkin karena emang sakit aku juga," ucap Keysa dengan lirih."Kakak sakit? Sakit apa?" tanya Varo sedikit penasaran."Kanker sumsum tulang belakang, dan sekarang lagi proses kemoterapi. Aku udah nyuruh Revan buat cari istri baru biar dia bisa punya anak tapi gak mau," jawab Key sambil tersenyum.Namun, jawaban dari Key malah membuat raut wajah Revan sedikit masam."Kamu tuh ngomong apa sih, sampe kapan pun aku gak akan pernah ya nyari istri baru lagi. Gak punya anak gak masalah, yang penting aku cuma mau menua sama kamu," ucap Revan dan hanya mendapat senyuman saja dari Key."Bucin banget kamu, Mas sama aku haha," kekeh Key sambil tersenyum.Sen
"Apa?! Bagaimana bisa?!"Tasya terperanjat kaget mendengar ucapan Pak Devan --- calon mertuanya. Bagaimana tidak, pernikahannya akan terselenggara beberapa hari lagi, akan tetapi, pada malam ini mereka membatalkannya secara sepihak.Dan alasan pembatalan itu, sungguh membuat hati Tasya begitu sakit dan kecewa, karena tenyata, Bagas -- kekasihnya telah menghamili Keysa, yang tak lain adalah sahabat Tasya sendiri.Pak Devan yang ditemani oleh istrinya itu nampak tertunduk dalam sambil memainkan jari jemarinya karena rasa penyesalan yang berkecamuk.Brak!Semua orang pun terperanjat kaget karena gebrakan itu."Semudah itu kalian mempermainkan keluarga saya, hah?! Kenapa kalian tega seperti ini?!" sentak Pak Ega --- orangtua Tasya yang tadi menggebrak meja tersebut lalu menunjuk wajah kedua orang yang ada didepannya.Melihat hal itu, Tasya pun langsung buru-buru mengambil tangan sang Papa dan membelai tangan itu dengan lembut."Pah," lirih Tasya pelan sambil membelai tangan itu.Perasaann
"Sya, kenapa?" tanya Pak Ega lembut sambil membelai punggung sang anak.Namun, bukannya menjawab, Tasya hanya menggelengkan kepalanya saja."Duduk," titah Pak Ega kepada tiga orang yang ada di hadapannya itu.Dengan langkah malas-malasan, Pak Devan dan Bu Dhira yang tadi hendak pergi pun, akhirnya terpaksa duduk kembali karena permintaan lelaki itu."Kamu kenal Tasya?" tanya Pak Ega kepada lelaki itu dan mendapat anggukan darinya."Saya Varo, kebetulan saya sama Tasya satu tempat kerja di food court. Tasya jualan di sana, dan saya mengisi acara musik di sana setiap jumat sampai minggu. Saya sering memperhatikan Tasya, tapi mungkin Tasya yang gak pernah memperhatikan saya, apalagi dia juga sudah punya kekasih," ucap lelaki itu menjelaskan siapa dirinya kepada Pak Ega."Sya, daripada pernikahan ini gagal dan keluarga kita malu juga, lebih baik, izinkan aku yang gantiin Bagas jadi calon suamimu," pinta Varo lembut kepada Tasya.Tasya nampak tertunduk dan menggeleng pelan."Maaf," lirih T
'Tasya,' batin Varo sambil membelalakkan matanya saat mendengar jeritan itu.Dengan langkah perlahan dan sedikit mengendap-endap, Varo pun menghampiri Tasya, dan saat melihat apa yang terjadi."Astagfirullah, Tasyaa ...."***Tasya menyayat pergelangan tangannya dengan sebuah cutter yang tadi ia ambil dari kedai.Perlahan, darah segar pun mulai mengalir dari pergelangan tangannya yang tersayat itu bersamaan dengan air mata yang mengalir deras dari manik matanya.Tak lama Tasya pun ambruk dan terduduk disana."Astagfirullah, Tasya," ucap Varo sambil terkejut.Varo pun segera berjongkok di depan Tasya dan bermaksud mengambil cutter yang di pegang olehnya. Namun, tangannya kalah cepat karena Tasya berhasil mengacungkan cutter itu persis ke hadapan Varo.Varo pun lalu melangkah mundur sambil memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh Tasya."Pergi, sana! Ngapain kamu disini!" seru Tasya menyuruh Varo pergi.Varo pun menggeleng pelan dan hal itu membuat Tasya semakin murka."Pergi, gak!" s
"Tak ada tapi - tapian!" seru Varo dengan sedikit ketus, bahkan tanpa menengok sedikit pun ke arah Tasya.Tasya pun hanya bisa menghembuskan napasnya kasar dan tak berani berontak lagi.Ia membiarkan Varo menggandeng tangannya hingga mereka tiba di parkiran.Setelah menstarter motornya dan menyuruh Tasya untuk naik, perlahan motor pun mulai bergerak meninggalkan kawasan hutan pinus.Hening pun melanda mereka selama di atas motor itu. Baik Tasya maupun Varo tak ada niat untuk memulai obrolan mereka, keduanya nampak kalut dengan pikiran masing-masing.Merasa sedikit jengah dan khawatir, Varo pun membenarkan kaca spion motornya menghadap Tasya agar ia bisa memantau apa yang dilakukan oleh wanita itu.Tak lama, motor pun akhirnya berhenti di sebuah klinik yang berada di sana."Kok berhenti di sini, gak jadi pulang?" tanya Tasya sedikit penasaran."Iya, kita berobatin tanganmu dulu,," jawab Varo sambil memarkirkan motornya."Gak usah, lukaku kecil kok, tenang aja," ucap Tasya berusaha meno