Share

BAB 5

Penulis: Anisah97
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-07 15:31:30

KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNG

BAB 5

"Kamu kalau mau pergi, pergi saja, tapi jangan membawa beras Ibu, kembalikan berasnya!" hardik ibuku saat aku sudah berdiri di hadapannya.

Aku menoleh ke belakang dan melihat Ibu mertua dan ketiga kakak iparku yang melihat ke arahku dan Ibu.

Aku tidak tahu apa tanggapan mereka sekarang terhadap ibuku? Ibu datang di saat tidak tepat kalau hanya untuk membahas soal beras.

Salahku juga, kenapa aku membawa beras itu. Walau beras itu adalah milik kami sendiri.

"Bu, tolong jangan sekarang, ada Ibu mertua dan kakak iparku, aku mohon, Bu. Jangan mempermalukan-"

"Oh, ternyata ada Ibu mertuamu? Setelah beberapa tahun kamu menikah dengan anaknya yang mis-kin itu, dan baru sekarang dia datang. Pantasan saja kamu mencuri beras di rumah Ibu, ternyata mau menjamu keluarga suamimu itu untuk makan!" sela Ibu membuatku semakin malu.

"Bu, tolong jangan berbicara seperti itu, Tolong lah, Bu. Ayo, masuk dan berkenalan lah dengan Ibu mertuaku," pintaku memohon dengan tatapan mengiba. Berharap ibuku bisa mengerti situasi saat ini.

Aku tidak mau keluarga suamiku tersinggung dengan sikap atau pun ucapan ibuku.

Tin! Tin!

Mbak Gina yang berada diatas motor menekan klaksonnya berulang kali. Dia terus mendesak agar aku cepat memberikan Ibu beras.

"Bawa ke sini beras yang kamu ambil dari rumah Ibu, kalau kamu tidak mau malu di hadapan keluarga suamimu, apa kamu mau? Ibu permalukan suamimu karena tidak becus dalam mencukupi kebutuhanmu, sehingga kamu mengambil beras Ibu!" tekan Ibu sambil menatapku tajam.

"Tapi, itu beras milik kami, Mas Ilham baru membelinya seminggu yang lalu, dan bukankah masih ada satu karung lagi di rumah Ibu?"

"Oh, jadi kamu mau malu?"

"Baik, Bu. Akan kuminta Mas Ilham untuk membawa berasnya," cegahku saat ibuku mau melangkah masuk ke dalam rumah. Kalau masuk ke rumah ingin berbicara baik-baik tentu aku tidak akan mencegahnya.

Saat aku berbalik badan, Ibu mertuaku turun dari tangga.

"Bu, kenapa turun? Masuk lah lagi," ucapku.

"Itu, Ibu kamu?" tanya Ibu mertua.

Aku melihat ke arah ibuku yang langsung membuang pandangan ke arah lain. Ya Allah, kenapa ibuku tidak bisa bersikap baik dan ramah kepada besannya?

"Iya, Bu," jawabku.

"Besan, ayo masuk, kita bicara di dalam rumah sambil minum teh," tawar Ibu mertuaku.

Di luar dugaanku, ternyata ibu mertuaku sangat ramah. Syukurlah, mungkin Ibu mertuaku tidak mendengar apa yang sudah ibuku katakan tadi.

"Tidak perlu! Di rumah saya juga banyak teh, jangan sok akrab!" ketus ibuku tanpa melihat ke arah Ibu mertua.

"Ibu," lirihku, pilu sekali hatiku melihat sikap ibuku ini.

"Lalu? Besan ke sini ada perlu apa kalau tidak mau masuk?" tanya ibu mertua, walau ibuku berucap ketus, ibu mertua masih bisa berbicara dengan nada rendah.

"Kamu dengar baik-baik! Anakmu itu, sudah membawa anakku hidup susah setelah menikah dengannya, dia hidup menumpang di rumahku selama dua tahun, tapi tanpa berterimakasih anakmu itu malah menyuruh anakku sendiri untuk menjadi maling di rumahku!"

"Ibu-"

"Selama dua tahun menumpang, tapi dia tidak pernah memberikan uang untuk Ibu mertuanya, dia tidak bisa mencontohi menantuku yang lainnya, yang selalu memberikan uang untuk jajan Ibu mertuanya. Memberi lima puluh ribu pun tidak pernah, memang dasar menantu mis-kin!" Ibuku terus berbicara dan meng hina Mas Ilham, tanpa memberikan kesempatan sedikit pun untukku berbicara.

Kupandangi kakak-kakak iparku yang hanya melihat dari jendela rumah. Aku sangat malu melihatnya.

"Mas, ambilkan beras yang ada di dapur, bawa semuanya dan berikan pada Ibu, kita memang hidup mis kin, tapi kamu tidak pernah mengajariku untuk mencuri di rumah ibuku," ucapku seraya melihat ke arah ibuku yang tampak tersenyum miring.

Ibu mertuaku hanya melihatku sekilas, entah apa yang Ibu mertuaku pikirkan tentangku? Yang jelasnya, Ibu mertua pasti merasakan kecewa, karena anak bungsu kesayangannya ternyata mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari ibuku.

Mas Ilham sudah kembali dengan karung beras dua puluh lima kilo yang sudah berkurang sedikit. Mbak Gina memanggil dan menyuruhnya untuk meletakkan beras itu diatas motor.

"Besan, apa begini sikapmu terhadap setiap anak dan menantumu yang tidak memberikanmu uang?" Ibu mertua bertanya, saat kaki ibuku ingin melangkah pergi.

"Hanya kepada mereka berdua, karena mereka berdua sangat jauh dari kata berbakti kepada orang tua, makanya, anak laki-laki itu harus disekolahkan tinggi-tinggi, biar dapat pekerjaan kantoran dan tidak seenaknya menikahi anak orang dan membawanya hidup susah! Anak dan menantu saya yang lainnya selalu berbakti kepada saya, setiap bulan selalu mengirimkan uang. Kalau Anggita, boro-boro ngasih saya uang, sedangkan pekerjaan suaminya hanya menyadap karet dan serabutan!"

"Jangan pernah memandang remeh kepada anak dan menantu yang susah, Besan. Mereka berdua memang susah, tapi, apa selama dua tahun tinggal bersama Besan, anak dan menantuku tidak pernah mengeluarkan uang atau pun tenaga? Misalnya, di saat besan sakit, apa mereka berdua membiarkannya begitu saja?" ucap Ibu mertuaku.

Aku terharu mendengarnya, seandainya ibuku mempunyai pemikiran seperti ibu mertua.

"Mereka pernah merawatku, pernah membeli kebutuhan dapur walau hanya sedikit, tapi, anggap lah itu sebagai bayaran karena mereka menumpang hidup di rumahku!" balas ibuku dan berlalu menuju motor.

"Itu Ibu kandung kamu atau Ibu tiri?" ucap ibu mertua setelah motor yang dikendarai Mbak Gina menghilang dari pandangan.

Aku menghela napas panjang.

"Ibu kandung saya, Bu. Saya minta maaf atas nama Ibu saya, maaf karena sikapnya yang membuat Ibu merasa sakit hati," kataku sambil menunduk.

"Sayang, jangan bersedih, tidak apa-apa kok, ibuku sudah terbiasa menghadapi situasi seperti tadi, di tempat tinggal ibuku juga banyak orang-orang yang sikapnya nyebelin seperti ibumu itu." Aku mendongak menatap mata Mas Ilham.

"Ibuku nyebelin, Mas?"

"Eh, mmm, anu, tidak kok, maksudku-"

"Tidak apa-apa, Mas. Ibuku memang nyebelin," potongku cepat, suamiku merasa tidak enak hati saat aku menanyakan hal itu.

Untuk pertama kalinya suamiku menyebut ibuku nyebelin. Ya, ibuku memang nyebelin.

"Pak Udin ke mana sih?" Ibu mertua tampak menelpon seseorang, namun tidak kunjung dijawab oleh pemilik nomor telepon itu.

"Nelpon siapa, Bu?"

"Pak Udin!"

Ibu mertua menjawab pertanyaan Mas Ilham dengan nada ketus. Raut kekesalan di wajah ibu mertua sangat jelas terlihat. Ini semua karena ibuku.

BERSAMBUNG...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Serabutan Ternyata Anak Sultan   TAMAT BAB 60

    KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 60"Dek, ini Kak Arini." Mas Ilham menyerahkan ponselnya padaku."Gimana, apa sudah selesai? Kamu baik-baik saja 'kan, Kak? Sekarang ada di mana?" tanyaku yang langsung beruntun, sembari menatap saudaraku di layar ponsel.Akhirnya. Kak Arini menelpon lewat panggilan video. Setelah berjam-jam aku gelisah menunggu kabar. "Jangan cemas, aku sudah punya pengalaman dua kali melahirkan, semuanya baik-baik saja, keponakanmu juga sehat dan gemoy," imbuhnya, dan memperlihatkan bayinya yang tampak tidur di sampingnya. "Kakak lahiran normal di rumah," lanjutnya."Alhamdulillah, Kak. Aku sangat cemas, sampai-sampai tidak bisa makan karena memikirkanmu," kataku jujur. Memang itu adanya."Sekarang kamu makanlah, rasa khawatirmu sangat berlebihan, sana makan." ucapnya memberikan perintah."Besok jadi pulang 'kan?" Terdengar suara Ibu bertanya, lalu kamera ponsel Kak Arini mengarahkan pada Ibu yang duduk di sampingnya."Insyaallah jadi, Bu. Ibu sehat 'kan?"

  • Suami Serabutan Ternyata Anak Sultan   BAB 59

    KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNG BAB 59"Mas, siapa mereka semua?" tanyaku, sembari mengeluarkan putraku dari dalam mobil.Setelah itu, mataku tertuju kepada laki-laki dan dua perempuan yang berjalan semakin mendekat ke arah kami."Itu ayahnya Ilham. Ayah mertuamu." Ibu mertua berkata dengan suara yang sangat pelan."Ilham, apa kabar, Nak?""Alhamdulillah, Ilham baik. Ayah sendiri apa kabarnya?""Ayah baik. Kamu sudah menikah, tapi tidak memberitahu Ayah sama sekali, apa ini anakmu? Apa ini cucu Ayah?" Binar mata dan senyum bahagia terpancar jelas di wajah Ayah mertua. "Iya, ini anakku, cucu Ayah." sahut Mas Ilham, singkat."Ayah," panggilku sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. Ayah mertua menyambutnya dengan baik, lalu aku beralih menyalami dua perempuan di sampingnya.Mas Ilham pernah bilang, kalau sudah lama tidak bertemu dengan ayahnya. Tapi, kenapa saat berhadapan langsung sikap mereka tampak biasa-biasa saja? Maksudku, tidak ada sama sekali adegan peluk-memeluk unt

  • Suami Serabutan Ternyata Anak Sultan   BAB 58

    KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 58PoV Ilham."Ilham, kamu sama Malik tunggu di dalam sana saja. Pesan makanan apa saja. Biar Ibu sama Anggita ke sana sebentar, Ibu dan Anggita mau cari sesuatu." Ibu berbicara padaku sambil menunjuk ke arah toko pakaian wanita. Sudah jelas sesuatu yang sangat pribadi yang akan mereka cari."Pergilah, Ilham juga capek dari pagi keliling mal," sahutku sambil membawa langkah masuk ke dalam restoran cepat saji.Aku memesan makanan untuk kami makan siang. Sambil menunggu pesanan datang dan menunggu Ibu dan Anggita kembali. Kusempatkan untuk membawa putraku bermain perosotan yang tersedia di dalam restoran ini."Ilham," panggil seseorang dari belakangku.Aku membalikan badan melihat ke belakang, saat seseorang itu mendekat, aku langsung memberikan jarak. Wanita di depanku ini ingin meraih tanganku, namun kutepis dengan cepat.Ya. Siapa lagi kalau bukan Jasmin. Entah kenapa dia ada di sini? Apa dia mengikutiku sampai ke sini? Sungguh, tidak tahu ma

  • Suami Serabutan Ternyata Anak Sultan   BAB 57

    KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNG BAB 57Author PoV."Kenapa, Ilham? Apa yang membuatmu ingin pulang secepat ini? Bukannya kamu mau satu Minggu di sini?" tanya Bu Belinda dengan menatap Anggita dan Ilham bergantian. Bu Belinda terkejut dan heran, karena mendengar anak bungsunya yang tiba-tiba ingin pulang secepat itu."Mungkin, Ilham tidak suka kalau aku tetap berhubungan baik dengan kalian semua, Bu. Aku tidak ada bermaksud apa-apa, sungguh, aku hanya tidak bisa melupakan kalian semua, karena kita sudah seperti keluarga, kita bersama bertahun-tahun, mulai dari aku dan Ilham sekolah dan sampai saat kami hampir mau menikah, kenapa kamu tidak suka padaku, Ilham? Apa kamu masih sakit hati karena tidak jadi menikah denganku?" imbuh Jasmin dengan matanya yang terlihat berkaca-kaca. Sekilas dia menatap ke arah Anggita.Jasmin sengaja ingin membuat Anggita cemburu, dia pikir, dengan membuat Anggita mendengar ucapannya mengenai masa lalunya dengan Ilham, akan membuat Anggita marah karena

  • Suami Serabutan Ternyata Anak Sultan   BAB 56

    KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 56"Kak, kenapa wanita itu ada di sini?" Kak Irna menoleh ke arahku, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit."Dia memang akrab dengan kedua kakak iparmu itu. Tapi, kamu tenang saja, kata Kak Titin. Jasmin sudah menikah. Dan aman dari plakor. Sudah, kamu jangan mikirin apa-apa ya?" bisik Kak Irna. "Kakak ini, kok bisa tahu sih kalau aku takut suamiku diambil pelakor? Syukur kalau Jasmin sudah menikah, aku pikir bakalan ada drama tentang ... hmm, sudahlah.""Jangan takut, adikku orangnya bisa menjaga mata dan hati. Insyaallah," kata Kak Irna sambil mengusap bahuku."Aamiin. Yang penting Jasmin sudah menikah. Oya, terimakasih atas kado yang Kak Irna beri padaku, aku suka." Aku memeluk Kak Irna sebentar, namun wanita yang kupeluk itu justru membalas memelukku lebih erat dan lama."Alhamdulillah kalau kamu suka. Sekarang, ayo kita ke depan." Kak Irna mengurai pelukan, dan beralih mengambil nampan yang sudah berisi gelas minuman dingin."Lain kali leb

  • Suami Serabutan Ternyata Anak Sultan   BAB 55

    KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 55"Bu, besok aku dan Mas Ilham mau ke Bandung, apa Ibu mau ikut?" tanya Anggita pada Bu Dira yang tengah mencuci tangannya di wastafel.Setelah dua bulan akhirnya Anggita dan Ilham memutuskan untuk pergi ke Bandung besok pagi, rencana yang pernah tertunda karena sebuah musibah yang tidak terduga menimpa keluarganya."Kalian saja yang pergi, Ibu di sini saja, nanti minta kakakmu untuk menemani Ibu di sini," jawab Bu Dira sambil duduk di kursi yang ada di pintu dapur, dan melihat Anggita menyendokkan nasi dan lauk ke dalam piring."Baik lah, Bu. Nanti aku akan memberitahu Kak Arini agar datang ke sini, tapi, ibu yakin tidak mau ikut? Sekali-kali keluar rumah gitu," tanya Anggita sekali lagi. Berharap ibunya mau ikut pergi ke rumah Ibu mertuanya."Ibu yakin, Ibu titip salam saja sama Ibu mertuamu, bilang ke Ibu mertuamu. Ibu tidak bisa duduk terlalu lama di dalam mobil, nanti hanya menyusahkan saja kalau Ibu ikut, kamu tidak lama 'kan, di sana?

  • Suami Serabutan Ternyata Anak Sultan   BAB 54

    KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 54Author PoV."Baru bangun kamu? Kamu pasti pura-pura pingsan, kan? Supaya digendong sama mantan suamimu itu!" Arini sedikit kaget sekaligus bingung. Sebab, melihat suaminya alih-alih marah tanpa menanyakan keadaannya."Maksud kamu apa, Mas?" tanya Arini, dengan raut wajah kebingungan yang sangat jelas terlihat. Arini memijit pelipisnya seraya bangkit dari tempat tidur."Kalau mau balikan sama Jaya bilang sama aku. Jangan kayak gini caranya, ini sama saja kamu ingin menjatuhkan harga diriku sebagai seorang suami, aku cemburu saat tahu kamu diangkat oleh Jaya ke dalam kamar." Arini mendongak menatap Angga."Kamu tidak mengerti apa yang aku rasakan, Mas. Kamu tidak mengerti gimana rasanya diabaikan oleh anak-anak, simpan cemburumu itu," lirih Arini sambil bergerak turun dari ranjang. "Aku benar-benar tidak tahu kenapa aku bisa pingsan? Aku memang menyesali semuanya, tapi tidak untuk kembali kepada Mas Jaya, dan bercerai darimu." lanjut Arini."

  • Suami Serabutan Ternyata Anak Sultan   BAB 53

    KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 53Ayam sudah selesai dipotong, kami beralih ke penjual ikan. Karena belanjaannya banyak, aku meminta jasa kuli panggul untuk membantu membawakan belanjaan kami."Bang, ikan yang ini lima kilo ya?" pinta Kak Irna dan meminta penjualnya untuk sekalian membersihkan ikan itu.Kak Irna melihatku sejenak, lalu wanita yang mempunyai tahi lalat diatas bibir itu mengukir senyum."Kamu kepikiran tentang nama Jasmin yang disebutkan Una tadi?" tanyanya sambil mengeluarkan uang dari dalam dompetnya, dan menyerahkan kepada abang-abang penjual ikan itu."Memangnya benar ya, Kak? Kalau Mas Ilham pernah hampir menikah?" "Semua orang punya kenangan masa lalu, jadi, jangan pernah mempertanyakan masa lalu mantan suamimu, ya? Sekarang, Ilham sudah menikah denganmu, dan sudah punya buah hati dari cinta kalian berdua. Masa lalu harus dibuang jauh-jauh, agar hidup akan terasa lebih bahagia dan sejahtera. Mengerti?" ucap Kak Irna."Mengerti, Kak." sahutku seraya men

  • Suami Serabutan Ternyata Anak Sultan   BAB 52

    KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 52"Siapa dia, Anggita?" tanya Kak Arini yang keluar kamar, dan melihat seorang wanita yang tidak kukenal itu lekat."Aku tidak tahu, Kak. Datang-datang langsung rebahan di sofa," jawabku. "Malahan tanpa mengucapkan salam," lanjutku dan melihat ke arah pintu utama."Anggita.""Alhamdulillah, Ibu. Akhirnya sampai juga, kenapa lama sekali sampainya, Bu?" Kuhampiri Ibu mertua dan langsung memeluknya erat, lalu membalas mencium kedua pipinya dengan sayang, perlakuanku sama seperti yang ibu mertua lakukan kepada menantunya ini setiap kali bertemu."Hujan lebat sekali tadi, jadi kami memilih untuk menepi sampai hujan reda," jelas Ibu mertua. "Di mana ibumu?" tanyanya, dan celingukan mencari keberadaan ibuku."Di kamar, Bu. Masuk aja," jawabku. Ibu mertua meninggalkan kami semua dan masuk ke dalam kamar ibuku."Anggita, Kak Irna turut berduka atas meninggalnya saudaramu, maaf ya? Kami tidak sempat untuk datang tepat waktu, kami sampai setelah-" "Tid

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status