Home / Romansa / Suami Tantrum / Kedatangan Nero

Share

Kedatangan Nero

Author: Nathania Lee
last update Last Updated: 2021-12-29 21:13:25

Suara gemericik air terdengar dari kamar mandi, menandakan ada aktivitas di dalamnya. Tidak lama kemudian, pria itu keluar dari kamar mandi dengan handuk yang hanya menutupi tubuh bagian bawah. Otot seperti roti sobek itu terlihat sempurna dilihat dari sisi manapun.

Nero menatap tubuhnya di cermin lalu masuk ke ruang ganti, memilih kemeja dan setelan jas. Tampak semua baju tersusun rapi sesuai warna. Tapi mata Nero menangkap sesuatu yang mengganggunya.

“Ck, siapa yang meletakkan ini!” Nero menajamkan matanya, kesal saat melihat baju berwarna putih tercampur di antara baju berwarna hitam. Dia mengambil baju itu lalu meletakkannnya di tempat semestinya.

Kini pria itu sudah berpakaian lengkap dengan kemeja putih dan dasi abu-abu gelap. Jas serta celana senada dengan warna dasi dan sepatu berwarna hitam yang menyilaukan mata. Setelah siap dengan dengan semuanya, Nero keluar dari kamar menuju ruang makan.

“Kau mau ke mana? Ke kantor atau ke rumah gadis itu?” Alton melirik Nero sekilas yang menurutnya seperti akan pergi ke pertemuan resmi.

“Apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak punya rumah?” Nero menatap tajam Alton yang masih berada di rumahnya.

“Hei, semalaman aku bekerja, mencari informasi tentang gadis itu.” Alton protes, karena penyebab dia tidak pulang ke rumah adalah demi Nero.

“Lalu? Apa yang kau dapatkan?” Nero acuh, apa pun itu alasan dia menikah adalah perusahaan yang tidak  boleh jatuh ke tangan ibu tiri. Dia tidak akan mengizinkan apa yang telah diperjuangkan ayahnya harus jatuh ke tangan yang salah.

“Nama gadis itu adalah Leah Andini, di sini tertulis dia adalah lulusan terbaik di universitas xx, ayahnya adalah seorang manager di salah satu e-commerce dan ibunya ....” Alton menghentikan bicaranya, dia menatap Nero yang terlihat tidak mendengarkan.

“Hei, apa kau mendengarkan aku?” Alton melambai-lambaikan tangannya pada Nero.

“Jauhkan tanganmu dariku.” Nero mengoleskan selai cokelat ke roti lapisnya.

Pria itu menggelengkan kepala, karena Nero mengoleskan selai pada roti lapisnya dengan sempurna, tidak ada sedikit pun selai yang keluar dari garis edar.

“Kau lihat apa?” Nero mendelik saat melihat Alton menatapnya dengan tatapan aneh.

“Aku tidak tahu apakah akan ada wanita yang sanggup menghadapimu, Nero.” Alton ikut mengoleskan selai, tapi tidak sesempurna seperti apa yang dilakukan Nero. Bahkan sedikit selai menempel di piring dan berantakan pada pisau.

“Mataku sakit melihatnya,” celetuk Nero.

Alton acuh, dia tidak menghiraukan tatapan tajam dari Nero. Dua pria itu sarapan dengan gaya mereka masing-masing.

***

Bel rumah Leah berbunyi dua kali. Tetapi belum ada tanda-tanda akan dibuka oleh penghuni rumah.

“Tekan lagi belnya!” perintah Nero pada Alton.

Alton ingin protes tapi diturutinya perintah Nero. Tidak lama kemudian seorang pria membuka pintu, pria paruh baya itu menatap Nero dan Alton dari ujung kepala sampai ujung kaki.

“Cari siapa?” tanya pria itu.

“Maaf kak, ini benar rumah Leah kan? Apakah Leahnya ada atau orangtuanya?” tanya Alton pada pria yang membukakan pintu.

“Jadi namanya Leah,” bathin Nero. Padahal dia sudah diberitahu sebelumnya oleh Alton, ternyata Nero benar-benar  tidak mendengarkan tadi.

“Perasaan di sana tertulis bahwa Leah adalah anak tunggal dan belum menikah. Lalu siapa pria ini? Apa kami datang ke rumah yang salah?” tanya Alton dalam hati,. Dia celingukan tapi merasa benar saat melihat nomor rumah yang bertuliskan angka dua belas.

“Kenapa kalian mencari Leah? Siapa kalian?”

“Maaf tapi kakak ini siapanya Leah?” tanya Alton penasaran.

“Kakak? Aku ayahnya.” Pria yang tidak lain adalah ayah Leah itu tersenyum manis.

Alton terkejut, bagaimana bisa ayah dari seorang gadis 20an memiliki wajah semuda itu. Apa pria ini vampir yang masa tuanya berhenti di usia tertentu.

Nero tampak tidak peduli dengan percapakan antara Ayah Leah dan Alton. Dia malah sibuk memperhatikan sekeliling. Semua tampak rapi dan terlihat sempurna, bunga-bunga berjajar rapi sesuai warna. Tanpa Nero sadari dia tersenyum, satu hal yang sangat jarang terjadi. Ayah Leah seolah mengerti apa yang sedang Nero pikirkan.

“Itu susunan bunga istriku, dia tidak bisa diam saat pot-pot itu tidak tersusun sesuai warna, begitu juga bunganya. Dia tidak segan untuk menanam semua bunga itu agar pot berjajar sesuai warna,” ujar Ayah Leah.

Alton terkejut, jangan-jangan Ibu Leah juga mengidap syndrom yang sama seperti Nero.

“Maaf, aku tidak menyadari jika Ayah Leah masih sangat muda.” Alton tersenyum, karena menurut informasi pria di depannya ini sudah berusia lebih dari empat puluh tahun.

“Itu karena kami menikah muda.” Ayah Leah menangkap maksud dari ucapan Alton.

“Kalau begitu apakah Leah ada di rumah?” tanya Alton.

“Leah sedang membantu ibunya memasak di dapur. Ayo masuk.” Ayah Leah mempersilahkan dua pria itu masuk tanpa ada rasa curiga sedikit pun. Tapi Nero tak serta merta menuruti, lagi-lagi dia melihat sekeliling ruang tamu. Sofa minimalis berwarna dongker  tampak serasi dengan taplak meja warna senada.

Setelah mempersilahkan mereka duduk, Ayah Leah masuk ke dalam untuk menghampiri istri dan anaknya. “Bu, ada dua pria mencari Leah,” bisiknya pada sang istri.

“Kalian kenapa bisik-bisik begitu, sih?” Leah berusaha menajamkan indra pendengarannya namun dia tidak bisa mendengar  apa pun.

Sudah lebih dari setahun Leah sendiri, ini kali pertama ada pria yang datang ke rumah. Bukan karena tidak ada yang mencoba datang, tapi Leah melarang siapapun untuk datang setelah dia gagal menikah. Alasannya sederhana, selain tidak enak dengan tetangga, alasan lainnya adalah karena Ayah Leah yang posesif terkadang membuat peraturan yang membuat calon pacar kabur sebelum berperang. Hanya Kevin yang mampu bertahan dengan semua peraturan itu tapi pada akhirnya pernikahan itu tetap gagal.

“Leah, apa kau diam-diam punya pacar? Hayo, ngaku.” Ayah serius bertanya dengan nada menggoda.

“Tidak.” Leah menjawab tegas pertanyaan ayahnya. Hari-harinya hanya disibukkan dengan bekerja dan menghabiskan waktu di rumah, sesekali dia membantu katering ibu. Leah trauma dengan pernikahan dan tidak percaya dengan pria manapun kecuali ayahnya.

“Lalu siapa dua pria di luar?” tanya ayah.

“Siapa?” Leah malah balik bertanya.

“Ada dua pria tampan di luar yang mencarimu.” Ayah mematikan kompor, lalu menggandeng istri dan anaknya ke ruang tamu. Sekarang mereka mengintip di balik gorden.

“Aku tidak kenal mereka,” ucap Leah ketus.

“Ayah jangan sembarangan mengizinkan orang masuk dong. Mana tahu mereka berniat jahat,” kata Leah lagi.

“Firasat ayah mengatakan kalau mereka oreng baik.” Ayah berbicara sambil berbisik.

“Lihat jasnya, sepertinya dia bukan orang biasa,” Ibu menimpali.

“Ibu, modus penipuan bisa apa saja. Berpura-pura menjadi orang kaya juga bisa jadi salah satu modus penipuan.” Leah melihat kedua orang tuanya yang malah tampak terpesona saat melihat dua pria yang tidak dikenal itu.

Akhirnya ayah keluar dari persembunyian setelah sepakat untuk membiarkan Leah dan ibunya tetap mengintip di balik gorden.

“Maaf sebelumnya, sebagai kepala keluarga di rumah ini saya mau bertanya, apa maksud dari kedatangan kalian ke sini?” Ayah bertanya dengan serius.

“Saya hendak melamar Leah.” Nero tanpa basa-basi berbicara dengan nada tak kalah serius.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Tantrum   Toko Buku

    "Ken.""Ya, Tuan?""Isi ruang kerja dengan buku baru." Nero menatap sekretarisnya."Buku? Buku seperti apa yang anda inginkan, Tuan?" tanya Ken."Isi dengan novel yang pernah kau bawa waktu itu.""Novel? Apa anda yakin?" tanya Ken bingung."Hmm." "Baik, Tuan. Saya akan segera menyiapkannya." Ken berlalu meninggalkan Nero dengan raut wajah penuh tanya.***Vero berjalan melintasi beberapa ruangan, dia menuju ruang private yang sudah disiapkan seseorang yang menghubunginya.Tepat di depan ruangan yang dimaksud, dua orang berbadan besar berdiri."Saya Veronika," ucap wanita itu.Salah satu dari pria itu membukakan pintu. Vero melihat seseorang tengah duduk membelakanginya."Duduklah," ucap pria itu dengan nada serius.Seketika Vero duduk di depan pria itu, dilihatnya pria itu ternyata masih muda. Pria yang terlihat gagah dengan setelan jasnya."Sebelumnya perkenalkan, nama saya Kevin. Ah, tidak perlu dikenalkan, ya. Kau sudah tahu siapa aku," ucap pria itu sambil menyeruput teh hijaunya

  • Suami Tantrum   Seharian di Kamar

    Nero terbangun, kaget saat mendapati kaki Leah menjadi bantalan tidurnya. Dilihatnya Leah yang masih tertidur meski dalam posisi duduk."Apa aku sudah gila sehingga aku tertidur dipangkuan seorang gadis," batin Nero."Kamu sudah bangun?" Leah meregangkan seluruh ototnya, lehernya sedekit sakit karena posisi tidur yang tidak benar."Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa tidur di pangkuanmu?" tanya Nero penasaran, raut wajahnya terlihat malu."Kamu tidak ingat? Semalam kamu bermimpi buruk, aku sudah mencoba membangunkanmu namun tidak bisa. Setelah itu kamu tertidur di sini." Leah menepuk kakinya yang dijadikan bantalan oleh Nero.Nero menggeleng, dia tidak ingat apapun."Aku mau mandi," ucap Leah. Namun kaki Leah mati rasa, dia terjatuh saat akan berdiri."Kaki ku kram," ucap Leah.Nero mengampiri Leah, menggendongnya lalu merebahkan tubuh gadis itu di kasur."Hari ini kau tidak usah bekerja. Besok saja.""Kenapa?" tany

  • Suami Tantrum   Mimpi Buruk

    Sesuai janji Leon, dia menemani Leah berkeliling rumah. Rumah yang ternyata memiliki satu rumah lagi di bagian belakang, khusus untuk para pelayan. Tampak pelayan yang tanpa sengaja berpapasan dengan mereka terlihat menundukkan kepala hormat. Leah merasa canggung meski dia tahu jika dia adalah nyonya rumah ini. Setelah selesai Leah dan Leon duduk di kursi yang berada dekat kolam setelah berkeliling rumah, hari ini bintang-bintang tidak diselimuti awan membuat pemandangan langit dari sana sungguh sangat indah."Kak, bolehkah aku bertanya?" tanya Leon membuka perbicaraan."Boleh." Leah kini menatap Leon."Apakah kakak mencintai kakakku? Aku tahu kakak terpaksa kan menikah dengan Kak Nero? Aku tidak tahu apa alasan di balik kakak menyetujui pernikahan ini. Tapi, aku tahu kakak orang baik. Kakak tidak akan menyakitinya kan?" ucap Leon."Kenapa kamu bertanya seperti itu? Tentu saja aku tidak akan meninggalkannya, aku akan jadi istri yang baik seperti ibu

  • Suami Tantrum   Makan Malam Bersama

    Leon menatap kakaknya dengan mata memicing, banyak sekali pertanyaan yang harus dia tanyakan. Dia melihat kakaknya yang sedang duduk di kursi malah sedang santai makan aneka buah-buahan."Katakan, Kak!" Leon bersuara dengan nada yang lumayan tinggi.Nero menatap adiknya sekilas, lalu kembali fokus pada buah kiwi yang segar dan dingin."Kakak." Kali ini suara Leon merengek."Kau ini kenapa?" Nero tampak acuh menjawab adiknya."Kenapa kakak ipar memakai baju yang kakak ambil di rak?""Kenapa? Apa ada yang salah dengan itu?""Tidak, tidak ada," ucap Leon. Kakaknya adalah suami Leah, tentu saja bisa melakukan apapun. Pantas saja Leon dilarang masuk ke kamar, ternyata benar jika kakak iparnya tidak memakai baju. Seketika wajah Leon memerah lalu dia menatap kakaknya lagi yang wajahnya masih terlihat tenang."Bagaimana rasanya, Kak?" tanya Leon yang kini duduk mensejajari kakaknya."Apa?" Yang ditanya malah balik bertanya

  • Suami Tantrum   Kecelakaan Kecil

    Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Nero keluar dari dalam kamar. Sebelum keluar, sekali lagi dia menoleh ke belakang, memastikan Leah tidak mengikutinya.Nero menatap Ken seolah memberi isyarat jika keadaan sudah aman dan mereka bisa meletakkan barang-barang itu ke dalam kamar.“Satukan saja dengan pakaianku,” perintah Nero yang ditanggapi dengan tatapan bingung Ken. Namun, pria bertubuh tinggi itu menganggukkan kepalanya, menuruti apapun yang tuannya inginkan.Hanya seorang karyawan laki-laki yang berstatus sebagai menager di galeri tersebut dan Ken beserta kepala pelayan yang masuk untuk menyusun semua barang-barang yang akan menjadi milik nyonya rumah. Leon yang mencoba untuk ikut masuk ditahan oleh Nero di depan pintu.“Mau apa kau masuk?” Nero menatap sinis adiknya.“Aku mau bertemu kakak ipar,” kata Leon, pria itu melirik ke arah kamar yang pintunya terbuka.“Aku akan memanggilnya na

  • Suami Tantrum   Semua Baru

    "Kakak ipar?" Nero duduk di sofa, memandang adiknya dengan tatapan menyelidik."Iya, dia kan istrinya kakak tentu saja harus aku panggil kakak ipar. Bukankah begitu?" Leon ikut duduk di sofa mensejajari kakaknya."Aku sudah cuci tangan." Leon seolah mengerti arti tatapan kakaknya."Di mana kakak ipar?" tanya Leon."Di kamar." Nero menjawab singkat."Kenapa di kamar?" Kini tatapan Leon yang menyelidik, dia tersenyum seolah mengerti apa yang telah terjadi dan apa yang membuat kakak iparnya berada di dalam kamar."Jadi bagaimana?" Leon mendekati kakaknya, meminta review atas malam pertama semalam."Apa?" Nero manatap sinis."Itu," jawab Leon."Itu apa? Bicara yang benar." Nero berkata ketus."Malam pertamanya lah, Kak." Leon menyerah, dia baru sadar jika kakaknya adalah manusia paling kaku di dunia."Ya, begitulah." Nero tidak perlu menjelaskan apa yang terjadi, karena memang tidak ada yang terjadi diantara me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status