SUAMI WARISAN
59 – Mabuk dan Ceroboh
“Di mana Rika?” Mahesa bertanya begitu dia kembali ke meja, Rengganis duduk sendirian di sana.
“Tadi pergi ngecek backstage, kenapa?” Rengganis menaruh ponselnya kembali ke tasnya dan menoleh pada Mahesa yang mengambil duduk di sampingnya.
“Dia harus pergi ke toilet pria untuk jemput Sarah.” Mahesa mengambil gelas minumannya dan meneguk sedikit alkohol yang tersisa di sana.
“Maksudnya? Ngapain Bos di toilet pria?”
“She’s drunk and reckless.”
(Dia mabuk dan ceroboh.)
Alis Rengganis terangkat, walau dia tidak mengerti apa maksud Mahesa, lebih baik dia mencari tau saja sendiri.
“Aku aja yang cek.” Dia hendak berdiri, namun tangan Mahesa menahannya, “Jangan, enggak usah. Kamu di sini aja …. Sama aku.”
Rengganis tersipu, dia mengulum senyumn
SUAMI WARISAN 60 – Sebab Akibat Di tengah malam itu, ketika kebanyakan manusia larut dalam lelap mereka, Rengganis dan Mahesa bergegas pergi ke rumah sakit. Wajah pucat dan ekspresinya yang panik sungguh kentara, hingga satpam yang berjaga di depan pintu IGD langsung membukakan pintu untuknya. Rengganis menerjang masuk ke ruang IGD yang malam itu cukup ramai, matanya nyalang sementara kepalanya menengok kiri-kanan mencari-cari. “Sini ….” Mahesa menggamit lengannya dan membawa Rengganis ke sebuah konter. Mahesa tersenyum ramah pada seorang suster yang berjaga di sana “Permisi, selamat malam …. Kami kerabat dari Sarah Tanuwijaya.” “Oh, Nona Sarah di sebelah sana. Kasur ke dua dari kanan.” Suster itu menunjuk ke salah satu bagian. “Terima kasih.” Mahesa mengangguk padanya. Bersama-sama Rengganis dan Mahesa berjalan menuju tempat tidur yang ditutup oleh tirai sebagai pembatas dari satu kasur dengan kasu
SUAMI WARISAN61 – Jalinan Istimewa“Gimana hubungan kamu dengan Narendra ini? Di mana kamu kenal dia? Hubungan seperti apa yang kalian miliki?”Narendra yang hendak masuk kembali ke dalam ruangan setelah berganti baju menghentikan langkahnya. Matanya mengintip dari balik pintu dan melihat Rengganis memucat di bawah tatapan Mahesa.Suara bergema yang menjadi ciri khas isi pikiran Rengganis terdengar oleh telinganya.Uh, apa yang harus kukatakan? Kasih tau kalau Narendra itu suami yang diwariskan padaku? Kalau Narendra itu lelaki pengisap energi? Lelaki yang tidak bisa mati atau pun menua?Lelaki yang sedang mengabulkan permintaan demi permintaanku?Aduh, aku harus jawab apa?Gelombang kebingungan melayang dari pikiran Rengganis dan kini menyergap Narendra. Lelaki itu menarik napasnya dan mendorong pintu hingga terbuka, deritnya mengagetkan Rengganis dan Mahesa. Mereka berdua menoleh melihat kedat
SUAMI WARISAN62 – Dua Pasang ManusiaOperasi Sarah berhasil.Menjelang subuh, tubuhnya yang tergolek lemah dipindahkan ke ruang rawat inap VVIP. Keadaan cukup kacau ketika Rika yang tergopoh-gopoh datang dengan wajah panik.Hangover-nya cukup parah, namun asisten Sarah ini bersikeras ingin melihat keadaan bosnya. Alhasil, bukannya menengok, dia malah muntah-muntah mengotori lantai kamar.“Bawa ke IGD saja, kayanya dia perlu diinfus.” ujar Mahesa ketika dia melihat Rika tergolek lemah di atas sofa. Tubuhnya menguarkan bau tak sedap, antara bau muntahan dan alkohol yang basi.Rengganis mengangguk, “Aku akan minta suster untuk membawanya.”“Jangan, biar saya yang panggil suster, Nya—eh, Rengganis.” Narendra berjalan keluar untuk memanggil suster.Rengganis melipat dadanya sembari memandangi Rika, mereka memanggilnya untuk meminta bantuan mengabari keluarga Sarah, namun
SUAMI WARISAN63 – Pertentangan“Mau mandi bareng, Nyai?”Tawaran yang cukup menarik.Rengganis menatap Narendra yang berdiri polos di tengah ruangan dengan tangan terentang ke arahnya, terlihat mengundang. Perempuan itu menelan ludahnya susah payah, berusaha menyingkirkan hasratnya yang mulai menggelegak dalam tubuhnya.Matanya menyusuri inci demi inci tubuh lelaki yang berdiri di hadapannya ini. Tanpa malu-malu dia menikmati keindahan tubuh Narendra.“Nyai?”“Ehm, kamu duluan aja. Aku mau beresin kamar dulu.” Rengganis segera melangkah pergi ke kamarnya tanpa menoleh lagi, meninggalkan Narendra yang berdiri kebingungan.Rengganis menutup pintu kamar dan menyandar di daun pintunya sambil menghembuskan napas lega, seolah dia baru saja terbebas dari belenggu nafsu.Fiuh! Akhirnya dia cukup kuat untuk menolak pesona dan godaan dari pria ganteng itu.Rengganis m
SUAMI WARISAN64 – Majenun“Nyai tidak apa-apa? Kenapa tidur di sini?” tanya Narendra, nadanya terdengar khawatir.Rengganis tersenyum, tangannya perlahan membelai pipi Narendra kemudian turun ke rahangnya, ujung jarinya berlama-lama mengusap lembut bibir bawah lelaki itu.“Nyai…?” panggil Narendra, dia merasa ada yang aneh dengan gelagat Rengganis. Tatapan mata perempuan itu berbeda.Ujung mata Rengganis mengerling padanya, “Abdi sono ka Akang ….”(Saya rindu pada Akang.)Narendra terbeliak, sudah jelas ini bukan Rengganis, perempuan itu tidak pernah bersikap romantis seperti ini padanya, apalagi bicara bahasa Sunda dengan nada mendayu!“Si-siapa…?”“Kang~” suaranya terdengar lembut mengalun sementara tangannya mengelus-elus cambang Narendra, “kunaon kitu Akang téh kalakah jeun
SUAMI WARISAN65 – Rahasia yang Paling BeratAda jenis rahasia yang paling berat untuk ditanggung.Rahasia tersembunyi. Rahasia yang tidak banyak orang tau. Rahasia yang hanya diketahui oleh segelintir orang; bahkan bisa dihitung oleh jari.Rahasia yang diketahui, disimpan, kemudian dibawa mati.Jenis rahasia yang tidak ditemukan karena rahasia itu terlalu besar untuk diemban. Rahasia itu terlalu aneh, terlalu menakutkan untuk dipikirkan.Sesuatu yang tidak mampu dijangkau oleh ilmu pengetahuan, apalagi oleh pikiran manusia yang terbatas.Semenjak kepergian Nirmala, Narendra harus menanggung rahasia itu sendirian.Kematian tidak mendiskriminasi antara pendosa dan orang suci. Kematian terus mengambil, mengambil dan mengambil setiap perempuan yang berbagi rahasia dengannya.Mati itu mudah, menjalani hidup itu sulit.Selama perjalanan menuju Rumah Sakit, pikiran Narendra melayang kemana-mana. Dia
SUAMI WARISAN66 – Penyakit Para Pendosa“Non, main kuda-kudaan bareng, yuk?”Rengganis terlempar pada masa lalu. Dia celingukan melihat ke sekelilingnya; sebuah rumah mewah yang sepi dengan halaman luas yang rimbun oleh pepohonan. Semilir angin menyentuh lembut kulitnya, denting lonceng yang digantung di atas jendela menjadi satu-satunya suara di latar belakang. Sementara dia melihat dua orang manusia; seorang lelaki paruh baya dan seorang anak kecil berkepang dua berada tak jauh darinya.Rengganis melangkahkan kaki mendekat pada mereka.“Kuda-kudaan?” tanya si gadis cilik. Rengganis terperangah ketika menyadari garis wajah itu; gadis cilik itu adalah Sarah sewaktu kecil.“Sini, Non duduk di sini.”Seorang lelaki mengangkat Sarah kecil duduk di pangkuannya. Kemudian dia menggoyang-goyangkan kakinya hingga Sarah kecil terlonjak-lonjak seperti sedang naik kuda. Apalagi lelaki itu
SUAMI WARISAN67 – Air Mata DarahRengganis yang bugil setengah badan menghampiri Narendra, dia menunduk menatap milik Narendra dengan manik mata semerah darah. Dia berjongkok dan meraih milik Narendra, mengelusnya sebelum memasukkannya ke dalam mulutnya yang hangat.“Argh!” Narendra merintih ketika dia berada dalam mulut Rengganis yang basah dan hangat. Lidah Rengganis bermain-main dengannya, menikmatinya seperti menikmati es krim, tangannya memegang erat-erat batang Narendra, membuat lelaki itu mengerang dalam.Narendra menunduk memandang Rengganis yang sedang melakukan fellatio padanya. Sungguh pemandangan yang membangkitkan selera. Dia selalu senang memerhatikan ekspresi yang dibuat Rengganis ketika mereka bercinta. Namun, ekspresi Rengganis terlalu binal baginya.Ini bukan Rengganis.Narendra menarik kepala Rengganis hingga terlepas dari miliknya. Dia memberi kode agar Rengganis duduk di pangkuannya