Share

Sang Iblis

Author: ZEEFANN
last update Last Updated: 2024-08-16 03:19:30

Pesta pernikahan yang panjang itu akhirnya usai. Berjam-jam Rindu harus menjalani hari itu dengan seorang pria yang tampak seperti iblis di sisinya—Tristand Adhitama. Para tamu telah pergi, ruangan yang tadi penuh dengan keramaian kini sepi dan dingin. Gaun pengantin yang ia kenakan terasa semakin berat, tidak hanya karena lelah fisik, tapi juga beban di hatinya. Ia tahu, tatapan-tatapan penuh pertanyaan dari para tamu tadi tak akan mudah dilupakan. Mereka semua tahu, pria di sampingnya bukan Richard, calon suaminya yang wajahnya tercetak di undangan. Mereka juga tahu, Rindu tidak pernah memilih Tristand.

Rindu duduk di kursi rias, menatap bayangannya di cermin. Sekarang, dia harus berhadapan dengan kenyataan yang jauh lebih mengerikan: dia menikah dengan Tristand, kakak kandung Richard, yang sering disebut-sebut sebagai iblis oleh adiknya sendiri.

Pintu ruang rias terbuka dengan suara berderit, mengalihkan perhatian Rindu. Jantungnya berdegup kencang saat melihat sosok yang masuk ke dalam ruangan. Tubuh tinggi besar itu memenuhi pintu, membuat ruangan terasa lebih sempit. Tristand berdiri dengan tenang, tubuhnya tegap dengan bahu lebar yang kokoh. Otot-ototnya terlihat jelas di balik jas hitam yang ia kenakan, membuatnya tampak begitu kuat dan tak tergoyahkan. Wajahnya tegas dengan rahang kotak, alis tebal yang tampak seperti selalu mengernyit, dan brewok yang teratur menghiasi wajahnya. Hidungnya mancung, dan tatapan matanya tajam seperti pisau. Ada aura gelap yang memancar dari dirinya, seolah-olah setiap langkahnya membawa kehancuran.

Rindu menelan ludah, tubuhnya terasa kaku. "Dia benar-benar seperti iblis," pikirnya, teringat kata-kata Richard yang pernah berkata, “Kakakku itu tidak punya hati, Rindu. Dia kejam.”

Tristand melangkah mendekat, langkah kakinya pelan namun tegas, dan berhenti di depannya. Dia memandang Rindu dari atas, seolah-olah menilai sesuatu yang tidak penting. Udara di ruangan terasa mencekam, penuh dengan ketegangan yang membuat Rindu sulit bernapas.

“Kau sudah siap?” suara Tristand rendah, nyaris berbisik, tapi ada ketegasan yang tak bisa ditawar dalam nada bicaranya.

Rindu berusaha mengumpulkan keberanian, meski hatinya gemetar. “Siap untuk apa?” tanyanya, suaranya bergetar. Matanya bertemu dengan mata Tristand yang hitam kelam, seperti jurang tanpa dasar.

“Untuk pergi,” jawab Tristand dengan singkat. “Aku suamimu sekarang. Kau ikut denganku.”

Rindu menatapnya, mencoba mencari sedikit kelembutan, sedikit kemanusiaan di balik tatapan dingin itu. Tapi yang ia temukan hanyalah kehampaan. Wajah Tristand seolah diukir dari batu, tak menunjukkan emosi apa pun. Rindu menunduk, merasa tak berdaya.

“Aku… aku bahkan tidak mengenalmu,” gumamnya, berusaha untuk berbicara meski hatinya diliputi ketakutan. “Ini semua terasa salah. Aku seharusnya menikah dengan Richard… bukan denganmu.”

Tristand mendengus, sebuah senyuman dingin menghiasi bibirnya yang tipis. “Richard adalah pengecut. Dia selalu membuat onar dan aku selalu harus membereskannya. Jangan menyebut namanya lagi.”

Rindu merasakan gelombang kemarahan dan kesedihan bercampur dalam dirinya. Bagaimana bisa Tristand berbicara tentang Richard dengan begitu dingin, seolah-olah dia tidak lebih dari sekadar masalah kecil? “Dia kabur di hari pernikahan kami,” gumam Rindu, suaranya bergetar, air mata mulai menggenang di matanya. “Dia meninggalkanku begitu saja…”

Tristand mendekat, tubuhnya yang kekar semakin mendominasi ruang kecil di sekeliling Rindu. Tangannya terulur dan dengan cepat menangkap dagu Rindu, mengangkat wajahnya untuk menatapnya langsung. Sentuhannya tidak kasar, tapi juga jauh dari lembut. Ada kekuatan yang membuat Rindu tak mampu melawan.

“Lupakan Richard,” ucap Tristand, suaranya lebih rendah dan lebih tajam. “Sekarang, aku suamimu. Kau milikku. Itu satu-satunya hal yang harus kau ingat.”

Rindu menelan ludah, matanya bergetar saat bertemu dengan tatapan dingin Tristand. “Tapi… bagaimana bisa aku menjalani hidup dengan seseorang yang tidak aku cintai? Kau… kau bahkan hampir tidak pernah berbicara denganku sebelumnya.”

Tristand melepaskan dagunya dengan gerakan cepat, lalu berbalik, punggungnya yang besar dan kokoh tampak seolah-olah dia membawa beban dunia. “Kau tidak perlu mencintaiku. Pernikahan ini hanya soal kewajiban dan kehormatan. Aku tidak peduli apa yang kau rasakan. Ini bukan tentang cinta.”

Rindu merasa dadanya sesak mendengar kata-kata itu. Pernikahan ini, yang seharusnya menjadi hari bahagianya, kini terasa seperti penjara yang dingin dan tanpa harapan. “Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?” desaknya, perasaan kecewa membanjiri hatinya. “Pernikahan adalah tentang dua orang yang saling mencintai, bukan hanya tentang kehormatan atau kewajiban.”

Tristand menoleh sedikit, cukup untuk memperlihatkan setengah dari wajahnya yang keras dan berbayang di bawah lampu. “Itu hanya dalam dongeng, Rindu. Aku bukan pria yang kau inginkan, dan aku tidak peduli apakah kau menginginkanku atau tidak. Ini sudah selesai. Sekarang, kita harus melanjutkan hidup dengan apa yang kita miliki.”

Rindu menahan napas, merasakan dinginnya malam itu meresap ke dalam tulang-tulangnya. “Bagaimana aku bisa hidup dengan pria seperti ini?” pikirnya, menggigil dalam hati. Tatapan Tristand tidak pernah memberinya kehangatan, tidak pernah menunjukkan rasa empati.

Dia teringat lagi pada Richard. Senyum hangatnya, suaranya yang lembut saat mereka berdua merencanakan masa depan bersama. Tetapi kini, semuanya telah berubah. Richard telah pergi, dan yang tersisa hanyalah Tristand—seorang pria yang dingin, kejam, dan tak berperasaan.

Rindu menunduk, merasa air mata mulai mengalir di pipinya. Dalam hati, dia tahu bahwa hidupnya kini akan berubah selamanya. Tristand adalah suaminya, dan dia tidak bisa lari dari kenyataan itu.

“Baik,” gumam Rindu, suaranya hampir tidak terdengar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami tanpa Pilihan   Ceraikan aku

    Di suatu malam yang sunyi, di dalam kamar villa mereka, Rindu berdiri di dekat jendela, menatap gelapnya langit Bali. Hatinya dipenuhi oleh kelelahan yang menumpuk. Rasa kecewa yang tak pernah ia ungkapkan kini mendesak keluar. Sudah terlalu lama ia merasa tidak dipahami. Malam itu, perasaan itu mencapai puncaknya.Tristand sedang duduk di ranjang, sibuk dengan laptopnya, mengetik pesan atau mungkin menyelesaikan beberapa pekerjaan. Rindu menghela napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk berbicara.“Tristand,” Rindu memulai dengan suara pelan, namun tegas.Tristand mengangkat kepalanya sebentar, lalu kembali ke layar laptopnya. “Ada apa?” jawabnya singkat, seakan tak terlalu tertarik dengan percakapan ini.Rindu menggigit bibirnya, menahan kemarahan yang sudah menumpuk. Dia mengambil napas dalam lagi sebelum mengatakannya. “Aku sudah lelah. Aku ingin kita bercerai.”Tristand langsung menghentikan aktivitasnya. Dia menutup laptopnya dengan suara keras, menatap Rindu den

  • Suami tanpa Pilihan   Kalut

    Rindu dan Mario melangkah kembali ke dalam aula hotel, setelah insiden di luar tadi. Udara dingin dalam ruangan tak bisa menghilangkan kecanggungan yang menyelimuti Rindu. Pikirannya masih melayang-layang pada kejadian yang baru saja terjadi, bagaimana Mario menyelamatkannya dari serangan pria asing itu. Namun, saat mereka masuk ke aula, tatapan tajam yang datang dari kejauhan menyentakkan Rindu dari lamunannya. Tristand berdiri di sana, memandang mereka dengan wajah dingin.Rindu merasa ada sesuatu yang tidak beres. Mario tampak lebih tenang, namun saat Tristand mulai melangkah mendekat dengan cepat, Rindu bisa merasakan hawa ketegangan yang akan segera meledak."Darimana saja kamu?" Tristand bertanya dingin begitu sampai di depan Rindu, tanpa menunggu jeda.Rindu terkejut dengan nada bicaranya. "Aku—""Dan kenapa kau malah berjalan bersama Mario?" Tristand melanjutkan, suaranya semakin rendah namun penuh dengan kecurigaan.Mario, yang berdiri di samping Rindu, mencoba menjelaskan si

  • Suami tanpa Pilihan   Pria tidak dikenal

    Rindu merasakan hawa panas yang tidak biasa di lorong tempat dia berjalan. Tubuhnya terasa kaku, dan detak jantungnya berdegup semakin cepat. Malam itu, setelah merasa bosan karena Tristand lebih sibuk dengan urusan bisnisnya, Rindu memutuskan untuk mencari udara segar di luar hotel.Dia berjalan keluar sendirian, mengelilingi taman kecil di belakang hotel. Cahaya remang-remang dari lampu taman tidak terlalu membantu menghilangkan rasa gelisah yang tiba-tiba melanda. Suasana sepi, suara dedaunan yang tertiup angin menggores keheningan, membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.Kenapa aku ke sini? Seharusnya aku tetap di dalam ruangan, pikirnya sambil memegang erat gaunnya yang tipis. Perasaan takut tiba-tiba menyergapnya, membuat Rindu merasa ada sesuatu yang mengawasinya dari balik pepohonan.Langkah Rindu melambat saat dia mendengar suara ranting patah di belakangnya. Matanya menajam, mencoba mencari sumber suara. Namun, ketika ia menoleh, tidak ada siapa pun di sana.Mungkin hanya pe

  • Suami tanpa Pilihan   Bertemu kembali

    Rindu akhirnya menyerah pada ketakutannya. Pikirannya masih dilingkupi rasa takut sejak menonton film horor dan mendengar cerita hantu dari Tristand. Villa besar yang tadinya tampak indah kini terasa menyeramkan. Tidak ada pilihan lain, ia memutuskan untuk ikut Tristand ke acara bisnisnya. Daripada harus sendirian di villa, ia lebih baik bosan di acara pertemuan tersebut.Pagi itu, seperti biasa, Tristand membawanya ke sebuah butik mewah untuk makeover. Ia tahu betul bahwa Rindu tidak pernah terlalu peduli dengan penampilan. Sebagai putri kesayangan ayahnya, Pak Surya, Rindu terbiasa dengan kehidupan yang lebih santai dan sederhana. Jiwa bebasnya membuatnya sering kali menolak untuk berdandan, meskipun ia sadar bahwa sebagai istri dari seorang pria sukses seperti Tristand, penampilan sangat penting. Namun, ayahnya tidak pernah memaksanya. Pak Surya membiarkan Rindu menjalani hidup sesuai keinginannya, karena tidak ingin melihat putrinya yang ceria itu tertekan."Kenapa harus ke butik

  • Suami tanpa Pilihan   Jumpa fans

    Pagi itu, Rindu bangun dengan perasaan yang sangat segar. Udara di villa terasa sejuk, dan sinar matahari yang menerobos masuk lewat jendela kamar menambah semangatnya. Hari ini adalah hari pertama ia benar-benar bisa bersantai setelah tiba di Bali. Ia memutuskan untuk menikmati fasilitas villa yang luar biasa lengkap, termasuk gym pribadi yang tersedia di sana. Dengan senyum lebar, Rindu langsung berganti pakaian olahraga dan turun ke ruang fitness.Villa ini benar-benar mewah. Tidak hanya besar dan artistik, tetapi juga dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap—dari kolam rena⁵⁵ merasa betapa beruntungnya ia bisa tinggal di tempat seperti ini, setidaknya untuk seminggu ke depan. Di ruang gym, ia memulai rutinitas olahraga dengan menggunakan treadmill dan beberapa alat lainnya.Setelah selesai, tubuhnya terasa segar dan otot-ototnya lebih rileks. Keringat membasahi tubuhnya, tetapi Rindu senang. Dengan tubuh yang lebih bugar, ia berjalan menuju dapur untuk mengambil sarapan yang sudah

  • Suami tanpa Pilihan   Otak Bisnis

    Setelah panggilan Whilliam berakhir, suasana di meja makan menjadi sunyi. Tristand tetap tenang, mengunyah makanannya, sementara Rindu merasa sedikit canggung. Permintaan ayah mertuanya tentang cucu perempuan masih terngiang di telinganya, menciptakan perasaan aneh di antara mereka.Rindu memainkan garpunya, menatap piring tanpa nafsu makan. Dalam pikirannya, ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya dipikirkan Tristand tentang permintaan itu. Namun, seperti biasa, ia terlalu enggan untuk bertanya. Tristand, di sisi lain, tampak tidak terlalu memikirkan hal itu, seolah-olah percakapan tadi hanyalah hal kecil yang tak penting.Di tengah keheningan itu, Tristand tiba-tiba berbicara dengan nada datar. "Besok aku akan menghadiri pertemuan. Kau mau ikut atau tidak?"Rindu mendongak, terkejut dengan pertanyaan itu. "Pertemuan?" ulangnya, ingin memastikan ia tidak salah dengar."Iya, pertemuan bisnis," jawab Tristand sambil menyuap nasi goreng, masih tanpa menatap Rindu. "Kau pikir kita di sini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status