Share

Kerjasama

Author: Dewanu
last update Last Updated: 2024-09-12 15:20:38

Malam harinya, Isabel sudah menunggu di pelataran rumah Andra dengan sabar. Di tangannya, tergenggam sebuah tas berisi pakaian. Andra yang sudah bersiap dengan jas mahalnya segera menghampiri Isabel.

"Tuan Muda, Anda sudah siap?" sapa Isabel sopan, sambil tersenyum.

Andra membalas senyum Isabel, namun pandangannya tertuju pada pakaian yang dibawa Isabel. "Ini apa, Isabel?" tanyanya heran.

Isabel tersenyum tipis, "Anda harus memakai pakaian ini, Tuan Muda. Ini penting untuk rencana kita."

Alis Andra bertaut bingung. "Baju ini? Aku harus pakai baju supir?"

Isabel mengangguk mantap. "Benar. Ini hanya penyamaran sementara. Ingat, kita sedang menjalankan sebuah drama."

Andra semakin bingung, "Drama apa lagi ini? Kau ini atasan atau asistenku sih?"

Sementara itu Andra melihat penampilan Isabel yang mencolok dan berlagak.

"Maafkan aku, Tuan," kata Isabel menunduk hormat.

Andra berfikir sebentar, sepertinya ada sesuatu yang tidak ia ketahui dari Isabel. Wanita ini bisa berbuat semaunya meskipun tau bahwa dirinya adalah atasannya.

"Apa kau serius?" tanya Andra tak yakin.

"Anda akan melihat siapa Riko sebenarnya. Aku akan menunjukkan pebisnis seperti apakah dia."

Andra melirik arlojinya, waktunya tak banyak lagi untuk berbicara.

"Baiklah, terserah kamu saja. Kau harus bertanggung jawab jika ada masalah."

Selesai mengganti pakaiannya, Andra duduk di belakang kemudi. Ia semakin terkejut saat melihat Isabel duduk di jok belakang dan berlagak seperti atasannya.

Andra merasa konyol sehingga ia tertawa kecil, "Lagipula kau lebih dipercaya ayahku daripada aku yang putranya sendiri," ujarnya mendengkus lalu melirik padanya lewat spion, "Kau cocok dengan penampilan itu."

Isabel tersenyum tipis, "Terimakasih Tuan. Akan tetapi ada hal lain yang harus Anda lakukan, kita harus bertukar panggilan."

"Hah, apa aku memanggilmu Tuan?"

"Bukan begitu, tapi Anda akan memanggilku Nona Muda."

"Hahahaha," Andra sungguh terkekeh sekarang, "Ini sangat menarik, tapi aku masih tak mengerti tujuan kita melakukan semua ini. Sepertinya kau akan merusak rencanaku untuk menghancurkan Riko dan Sofi."

"Saya rasa itu belum saatnya," jawab Isabel tegas.

Pertemuan dengan Perusahaan Ardene berada di sebuah kapal pesiar milik keluarga Riko di Kovitage beach, sebuah resort yang terkenal dengan deretan kapal pesiar mewah.

Sesampainya di sana Isabel turun dan berjalan dengan sangat elegan diikuti Andra di belakangnya.

Andra sempat mengomel saat Isabel berjalan begitu jumawa seakan dialah yang seorang bos.

"Aku merasa mendapatkan firasat buruk malam ini, kau tau aku selalu dipermalukan keluarga Sofi kan? Aku akan mengambil kesempatan ini tapi kau malah mengacau," celotehnya, kekesalan tergambar di wajahnya.

"Tuan Muda, ayah Anda Daren bukanlah seseorang yang suka pamer demi untuk membalas dendam. Dia sangat tenang dan hati-hati dalam bertindak," pungkas Isabel memrotes Andra yang banyak mengeluh.

Ucapan itu sontak membuat Andra mengerutkan keningnya, "Kau sedang menasehatiku?"

Isabel tak menjawab, hanya saja ini adalah kemauan Tuan Daren. Tuan Daren menginginkan Andra memimpin perusahaan dengan mental yang kuat. Mereka sangat yakin Sofi dan Riko adalah cobaan terbesar bagi Andra.

Andra mengikuti Isabel di sebuah aula besar sebagai pusat pesta yang diselenggarakan Riko.

Mereka disambut dengan hangat oleh seorang wanita muda berparas cantik tepat di depan dak pesiar.

"Nona Isabel, Tuan Riko sudah ada di pantry selatan, saya akan mengantar Anda ke sana."

Isabel mengangguk singkat dan mengikuti wanita tadi.

Benar saja, pantry khusus di kapal pesiar itu cukup besar dan mewah.

Pantry itu sungguh luar biasa. Porselen-porselen mahal menghiasi ruangan, berkilau lembut di bawah cahaya lampu. Andra takjub melihat kemewahannya. Tak heran jika Sofi dan keluarganya menginginkan kekayaan Riko.

Riko berdiri di sudut ruangan, senyum tipis terukir di wajahnya. "Nona Isabel," sapanya, matanya menyapu tubuh Isabel dari atas ke bawah. "Saya tak menyangka Andromeda mengirim utusan secantik Anda." Nada suaranya terdengar sinis. Ia melirik Andra sekilas, lalu kembali fokus pada Isabel. "Apakah Nona Isabel juga perlu rekomendasi untuk membuat keputusan, seperti Anda?" sindirnya, kecewa karena bukan pemilik Andromeda yang datang.

Sosok di balik nama Isabel masih menjadi misteri. Siapa sebenarnya wanita yang begitu dipercaya oleh Andromeda?

Isabel menatap tajam Riko, suaranya tegas, "Keputusan ada di tangan saya, Tuan Riko. Tidak perlu diragukan."

Riko tersenyum kecut, "Baiklah, baiklah. Saya hanya mengagumi kecakapan Anda. Bisakah kita mulai sekarang?"

"Tentu," jawab Isabel singkat. Waktu baginya sangat berharga.

Riko mengamati kepergian Isabel. Wanita itu memang luar biasa, cantik dan cerdas. Namun, sikapnya yang terlalu formal membuatnya sedikit jengkel.

Saat Andra hendak mengikuti Isabel, Riko menghentikannya dengan tangan terulur. "Maaf, saya ingin berbicara dengan atasan Anda sebentar. Anda bisa menunggu di sini."

Andra mengerutkan kening. Nada bicara Riko terdengar sedikit meremehkan. Sejak kapan dia punya hak untuk mengatur-atur? Dia tak tau siapa aku?

Hampir saja lidahnya kelu, hendak mengungkapkan identitas aslinya. Namun, peringatan Isabel tadi masih terngiang di telinganya.

Isabel yang melihat kejadian itu langsung bersuara tegas, "Dia asisten saya, Tuan Riko. Anda tidak berhak menghalangi."

Riko terdiam sejenak, matanya tak lepas dari Isabel. Aura percaya diri wanita itu cukup memukau. Jujur saja, ia mulai tertarik pada sosok misterius ini.

Akhirnya, Riko mengangguk pasrah. "Baiklah. Silakan," katanya, memberi jalan bagi Andra.

Di dalam ruang rapat yang sunyi di kapal pesiar itu, Riko mengantar mereka ke sebuah meja bundar. Di atas meja, beberapa berkas rancangan pembangunan real estate di pusat kota terhampar.

Isabel dan Andra sama-sama mengamati denah-denah tersebut dengan seksama. Setelah beberapa saat, raut wajah Isabel berubah menjadi kerutan.

"Bagaimana pendapat Nona Isabel?" tanya Riko, matanya tertuju pada Isabel.

Isabel melirik Andra yang terlihat sedang merenung. "Andra, apa pendapatmu tentang proyek ini?" tanyanya, seolah-olah meminta pendapat seorang ahli.

Andra menghela napas. "Menurut saya, Nona, proyek ini memiliki banyak kekurangan. Desainnya terlalu monoton dan tidak efisien," jawabnya tegas.

Riko mengerutkan kening, jelas tidak senang dengan kritik Andra. Namun, Isabel hanya tersenyum tipis, matanya bertemu dengan tatapan Riko. "Anda dengar sendiri, Tuan Riko. Pendapat Andra sangat berbobot."

"Tapi Nona..."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami yang Dikhianati kini Mendominasi   Siapa Aku Bagimu

    "Untung saja aku lewat sini dan melihat salah satu pengawal ayahmu. Kalau tidak, kalian pasti kewalahan melawan anjing gila hanya dengan cangkul." Isabel sempat kebingungan karena Andra tiba-tiba muncul dengan beberapa orang. "Apa yang kau lakukan di sini? Bukannya kau..." "Itulah sebabnya aku tidak mau menemani ayahmu di klub, itu karena aku tidak mau kamu melakukannya sendirian." Entah mengapa, udara dingin yang tadinya mencekam berubah menjadi hangat dan penuh keberanian. Kehadiran Andra membuatnya penuh semangat untuk melanjutkan misinya. "Di mana lokasinya?" tiba-tiba Andra bertanya. Isabel memandu langkah menuju jalan setapak yang dipenuhi belukar. Cahaya bulan mengiringi langkah mereka. Setelah Isabel menunjukkan tempatnya, beberapa orang diantara mereka mulai menggali tanah. Mereka sangat waspada, akan tetapi Isabel terlihat gelisah dan mengeluarkan air mata. "Andra, aku ingin memindahkan jasad ayahku," lirihnya. "Tidak Isabel, ini bukan waktu yang tepat. Tuj

  • Suami yang Dikhianati kini Mendominasi   Bantuan

    Untuk beberapa saat Isabel hanya bisa terdiam cemas. Tidak mudah melalui semua ini sendirian, dia sungguh membutuhkan Andra. "Nanti malam, bisakah kau meminta ayahku datang mengunjungimu? Aku ingin kau mengecoh ayah untuk beberapa waktu," kata Isabel pelan. "Apa maksudmu? Memangnya apa yang mau kau lakukan?" "Tentu saja aku akan membongkar makam ayahku dan menemukan chip itu sebelum ayahku mendapatkannya." Andra merenung, lalu menatap Isabel. "Aku tidak bisa, sebaiknya kau meminta Zein saja mengobrol dengan ayahmu. Aku bisa meyakinkan Zein tanpa dia tau apapun." Isabel benar-benar tak menduga jawaban Andra yang menolak membantunya. "Tapi..." "Serahkan saja soal Zein padaku dan aku sebenarnya tidak setuju kalau kau yang membongkar makam ayahmu." "Kenapa tidak? Inilah satu-satunya jalan untuk menemukan kebenaran pembunuhan ayah, aku putrinya, aku yang akan bertanggung jawab sepenuhnya," pungkas Isabel. Andra menatapnya datar, "Benarkah? Ah ya, kau memang seorang pember

  • Suami yang Dikhianati kini Mendominasi   Harapan

    Jika dipikirkan kembali, Sofi merasa menyesal membuat hubungan mereka hancur berantakan. Akan tetapi Sofi juga bersyukur Andra bukanlah pendendam. Siapa tau hubungan mereka bisa diperbaiki kembali, Sofi tak keberatan. Pada dasarnya Andra terlihat sangat memperhatikan dirinya, meskipun sudah tahu mereka sudah bercerai dan menjalin hubungan dengan Riko. "Kamu keren," tiba-tiba Sofi memuji Andra membuat Andra tersenyum tipis. "Dulu kau juga memujiku begitu, tapi sepertinya aku pantas dibilang keren." Sofi terdiam sebentar, memikirkan dulu saat dia memuji Andra si bintang kelas yang tampan. Cerdas, cool dan juga tampan wajahnya. "Kau memang pantas." Sofi menatap Andra yang tidak memberikan respon lebih baik. Pria itu malah melemparkan pandangan ke arah lain tanpa bersuara. Lalu Andra segera mengambil makanan yang tadi sudah dipesan untuk melahapnya. Sofi sedikit canggung, Andra terlihat murung. "Kamu terlihat sedih, apa ada masalah?" Sejenak Andra menatapnya, "Ya, ayah

  • Suami yang Dikhianati kini Mendominasi   Kemampuan

    Daren mengerutkan dahinya, berpikir soal jalan pikiran Andra yang selangkah lebih maju dibandingkan dengannya. Dia sedikit menyesal karena bersikap kasar pada putranya. "Aah... seharusnya kau bilang sejak awal..." "Ayah nggak nanya dulu. Lagipula ayah sudah mempercayakan Andromeda untukku, tapi Ayah masih juga menganggap aku anak kecil." "Ekhem... bukan begitu. Setidaknya kau ceritakan saja rencanamu, jadi ayah nggak akan protes." Andra sudah merapikan berkas lalu duduk di sofa dengan wajah berkerut seolah memikirkan sesuatu. "Apa yang kau pikirkan?" tiba-tiba sang ayah menegurnya. Andra menatap sejenak ayahnya, "Ayah, jasad Paman Burhan, bagaimana kita menemukannya? Aku penasaran bagaimana paman Gendon menyembunyikan." "Kita akan lihat nanti, sepertinya dia sudah mulai gelisah karena Isabel mulai ketahuan menyelidiki kematian ayahnya." Andra tertegun, "Bukankah itu terlalu berbahaya?" "Lalu harus bagaimana, dia pasti menduga akulah yang memprovokasi Isabel. Itulah

  • Suami yang Dikhianati kini Mendominasi   Sadar?

    "Setelah semua kesalahan yang kita lakukan, ternyata Andra masih membantumu juga membantuku. Tidakkah kamu merasa aneh?" katanya dengan mimik wajah serius, "Aku memikirkannya, apakah mungkin dia sebaik itu?" Riko tertegun, Andra memang tidak terkesan mendendam. Andai semua itu terjadi pada dirinya, bisa saja dia membunuh lelaki itu atau bahkan wanitanya. Andra punya kemampuan untuk melakukannya tapi dia sangat baik dan sempurna untuk berlapang dada. "Benar juga, aku hanya merasa dia lelaki lemah yang tidak berani melakukan apapun pada orang lain. Tapi siapa yang tau kalau dia merencanakan sesuatu?" Sofi juga Riko terdiam, mengenang betapa besar jasa Andra terhadap perusahaan mereka. "Aku sadar sekarang, sepertinya kita sudah dalam jeratan yang disiapkan Andra untuk menjadi bagian dari Andromeda...," tiba-

  • Suami yang Dikhianati kini Mendominasi   Berubah

    Dulu Andra tak seperti ini. Pria ini lemah lembut dan tidak mudah marah. Sangat aneh karena perubahan karakter terjadi hanya karena dia berkuasa. Perubahan emosi yang menggebu biasa dikarenakan ketidak puasan atas sesuatu tapi apa yang diharapkan Andra saat ini? Dokter Mark juga merasakan perubahan sikap Isabel yang semakin cerewet dan membantah ucapan Andra tanpa merasa bersalah. Seolah membuat Andra marah adalah sebuah cara untuk menunjukkan keterikatan dan menguji seberapa jauh Andra perduli dengannya. Saat ini dokter Mark justru sengaja membuat Andra meledak dengan mencoba memprovokasi Andra menyebutkan betapa perhatiannya Zein pada gadis ini. "Eh eh, kenapa kau bilang itu kolaborasi bodoh?" Andra tak menggubris lalu melenggang pergi meninggalkan dokter Mark bersama Isabel. Isabel terkekeh, merasa mendapatkan pembelaan dari dokter Mark. Saat dokter Mark melihatnya, Isabel hanya mengedikkan bahunya. "Kau bisa dipecat karenanya," dokter Mark memperingatkan. "Memang itul

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status