Share

Nadia Mengamuk

Penulis: Sriayu23
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-19 14:00:14

"Arrgh! tikus ...."

"Tolong ...."

Brak!

Nadia berteriak nyaring. Disusul suara pintu yang dibanting. Lalu, benda kaca yang jatuh. Isi kepalaku membayangkan ekspresi ketakutan Nadia yang sangat lucu. Rasanya geli sendiri, jika diposisinya. Sekujur tubuh di peluk bahkan di cium tikus-tikus kecil. 

Zahwa mengikuti tingkahku yang konyol dan aneh. Hebat sekali dia, bisa memikirkan rencana sekeren ini. Beruntung, anakku tipe gadis tangguh. Dia bahkan berani menghamburkan sepuluh tikus sekaligus di dalam selimut Nadia.

"Mas Ilyas, ada tikus," teriak Nadia masih menggema.

"Mah, kayanya Ayah udah bangun dan nyamperin nenek gayung. Ayok, kita lihat. Awa gak sabar lihat ekpresinya. Pasti rambutnya awut-awutan."

"Masa sih, Nak? gak mungkinlah. Paling kamar tamu kita yang berantakan."

"Ih, mamah gak tau, ya. Tadi tuh, Awa sudah siapkan satu tikus kecil alias bencil, yang unyu-unyu, di atas kepalanya."

"Astagfirullohaladzim, hahaha," tawaku pecah seketika. Inginku guling-guling, sambil cekikikan sepuasnya.

"Hust, mamah jangan kenceng-kenceng ketawanya."

"Ups, keceplosan. Lagian, anak Mamah ini cerdasnya luar binasa. Mengalahkan komedian tingkat internasional."

"Anak Mamah gitu, Loh. Dari pada jambak-jambakan, atau cakar-cakaran, udah mainstream. Mending, kaya gini. Seru, main-main."

"Hahaha, betul. Yang penting, tak sampai melukai Nadia. Paling, dia sedikit geli-geli gimana gitu, digigit tikus."

Ada rasa sedikit kasihan. Namun, mengingat tingkahnya yang keterlaluan, membuatku geram. Kalau terlalu dibiarkan, maka akan semakin besar kepala. 

"Mah, pokoknya bagaimanapun respon nenek gayung, kita harus tetap tenang."

"Tentu Sayang. Lawan kita akan senang, jika kita terpancing dengan hasutannya."

"Nah, cocok. Mamah emang the Best. Gaskeun, kita tengok nenek gayung."

Tawa mengembang diantara anak dan ibu. Kami berjalan menuju kamar yang ditempati Nadia. Aku dan Awa tak bisa menahan Tawa. Kondisi Nadia seperti orang gila. Bajunya sedikit robek. Rambut awut-awutan. Dia terduduk karena terpeleset minyak. Satu tangan terus memegangi tulang punggung.

"Astaga, Tante cantik kenapa nangis gitu. Segala ngepel lantai lagi, hahaha," ledek Zahwa.

"Berisik anak nakal. Pasti ini perbuatan kamu dan ibumu."

"Ish, ish, sembarangan nuduh. Orang aku sama mamah abis tidur. Tante, agak sengklek yah? hahaha." Aku hanya bisa menahan tawa. Zahwa begitu puas melihat penderitaan nenek sihir yang sudah meracuni ayahnya.

Ayah hanya menggelengkan kepala. Dia nampak bingung dengan kondisi sang pujaan hati. Bukan menolong, suamiku malah mematung. Mungkin dia masih mencerna apa yang terjadi. Sambil mengumpulkan nyawa sehabis bangun tidur.

 

"Halah jangan ngelak. Mana mungkin rumah bagus kaya gini banyak tikus. Pasti perbuatan kalian. Dasar licik."

"Mbak Nadia, tolong dijaga mulutnya. Sudah numpang, bikin gaduh lagi. Jangan sampai, saya jahit mulutnya. Biar rapet," jawabku kesal.

"Berisik. Kalian malah bertengkar. Gak enak didenger tetangga.

"Tuh, anak dan istri kamu. Mas, malah diem aja. Buru tolongin. Sebelum tikus-tikus gila gerumutin aku lagi," sentak Nadia.

Tanpa perduli kehadiran kami, Ayah menuruti selingkuhannya. Nadia sengaja bergelayut manja dalam rangkulan suamiku. Dia menampakan ekspresi sangat menderita. Ayah, memapahnya duduk di sofa ruang keluarga. 

"Ih, Ayah biarin aja. Harusnya Ayah bela Mamah. Tante 'kan udah nuduh yang enggak-enggak." Putriku menarik ayahnya agar sedikit menjauh dari Nadia.

"Aku gak menuduh, Mas. Pasti ini ulah istri dan anakmu. Buktinya, dia malah pindah tidur ke kamar lain. Pasti, setelah menjahiliku, dia sengaja bersembunyi di kamar Zahwa.

"Mbak Nadia, kalau ngomong direm dong. Enak banget nyerucus kaya kereta butut. Saya  pindah ke kamar Zahwa, Karena berisik. Suami saya ngorok. Bukan karena Mbak. Enak saja menuduh tuan rumah," jawabku sewot.

"Halah, gak usah berkelit. Saya tahu, kamu pasti cemburu karena saya mantannya Mas Ilyas 'kan? mangkannya dendam, dan sengaja berbuat ulah."

Nadia lepas kendali. Wajahnya merah padam. Kilatan amarah seakan berkobar dari matanya. Tangannya mengepal kuat menahan kesal. Awalnya, aku hampir saja terbawa emosi. Seketika, Zahwa menggenggam tanganku. Serta memberi isyarat, supaya tetap tenang.

"Sudah berisik!" bentak Ayah Ilyas.

"Mah, jujur, apa kamu yang melakukan semua ini? tak mungkin minyak jatuh begitu saja di kamar tamu."

"Hahaha, lucu Ayah, Nih. Malah menuduh mamah dan mempercayai mantan Ayah. Inget, Yah. Mamah ini istri sah Ayah. Masa Ayah malah bela mantan."

"Hahaha, Ela, Ela. Asal kamu tau, aku bukan lagi mantan Mas Ilyas. Tapi kami sudah menikah siri."

Hatiku rasanya terhantam batuan tajam. Semakin remuk redam kalbu ini. Apa mereka sudah menikah? kapan? kenapa Rafli tidak menceritakan soal ini. Apa dia sengaja menutupinya dariku, atau memang sama-sama tak tahu.

Aku pikir, hubungan mereka masih ditahap pacaran. Namun, kenyataan pahit begitu memilukan. Persendian lemas. Kaki rasanya tak menapak di tanah.

"Hahaha, kamu sudah tau itu, Tante cantik. Aku yakin, Ayah tak akan memilihmu. Nenek lampir, ih."

Mata membeliak tak percaya menatap Zahwa. Apa benar Zahwa tahu rahasia Ayahnya lebih dari aku? bagaiman caranya dia bisa tahu semua ini?

Zahwa malah tersenyum miring ke arahku. Dia sama sekali tidak kaget. Putriku, menunjukan ekspresi biasa. 

"Oh, kalian sudah tahu. Baguslah. Tak masalah 'kan kalau aku tinggal di sini untuk selamanya?"

"Boleh dong, Tante. Coba tanya Ayah. Apa dia mengizinkan?" tantang Zahwa.

"Jawab, Mas. Mereka sudah tahu. Kita tak usah menyembunyikan hubungan ini lagi. Lihat saja, istrimu rela berbagi suami. Buktinya dia tak marah meskipun mengetahui semuanya."

Ayah hanya termenung memandang Aku dan Zahwa. Celah matanya mengembun. Mungkin, dia memang tak perduli perasaanku. Namun, aku tahu pasti, Ayah begitu menyayangi Zahwa. Hatinya pasti gundah, dan merasa bersalah. Mengetahui bahwa anaknya sendiri, tahu kebejatan Ayahnya.

"Jawab, yah. Silahkan izinkan Tante cantik ini tetap di sini. Kalau Ayah mau, Mbah Kakung tau semuanya," ancam Zahwa dengan wajah penuh kemenangan.

Mulutku terkunci. Masih berusaha mengontrol rasa yang berkecamuk di hati. Aku harus tegar. Sama seperti Zahwa, yang menyimpan luka lebih dalam dariku. 

"Zahwa .... Mamah .... maafkan Ayah." Suamiku bersimpuh di kaki kami. Air mata membanjiri pipinya. 

"Mas, ngapain kamu kaya gitu. Bangun." Nadia berusaha membangunkan suamiku. Namun, Ayah bergeming. Dia terus merengek maaf di kakiku.

"Diam, Nadia!" bentak Ayah. Nadia langsung terdiam.

"Tuh, Tante cantik liatkan? Ayahku lebih mencintai Mamahku. Tante cantik cari opah-opah aja. Mending, pergi, deh. Bikin rusuh tau, ih."

"Gak mungkin. Mas cepat bilang, kamu gak mungkin memilih istrimu yang bo*oh itu."

Plak!

Suamiku menunjukan raut jengkel. Beranjak berdiri, lalu mendaratkan tamparan. Zahwa tersenyum lebar. Aku hanya mematung. Tak percaya dengan kelakuannya.

"Pergi dari sini, Nadia. Cepat pergi!" teriaknya memekikan telinga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
lucu boleh ela tapi jgn dungu. bukannya jadi menarik sifat lucu mu klu udah sampai diselingkuhi. makanya jgn terlalu banyak drama tolol dg sikap konyol mu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Tamat

    “Mah, ayok kita ke sana, Mah. Awa mau liat Mah," rengekku setelah Kak Fauzi menutup sambungan telepon."Iya, Wa. Kita pasti ke sana," jawab Mamah."Ya Allah, Nadia, hiks, hiks."Tangisan Ayah pecah. Bagaimana pun, Nadia pernah mengisi hatinya. Memberi suka duka. Pasti kabar ini cukup menekan batinnya."Sabar, Pak. Semua yang bernyawa pasti menemui kematian. Tugas kita yang masih hidup, hanya bisa mendoakan. Semoga segala Dosa Nayla dan Mbak Nadia bisa dimaafkan. Sehingga, dilapangkan kuburnya.""Aamiin," jawab aku dan Mamah.Wajah Mamah juga berubah murung. Aku bisa memahami perasaannya. Masa lalu tentang Nadia pasti berputar-putar memenuhi pikirannya. Ada rasa kecewa, tapi rasa kasihan jelas lebih besar. Mamah bukan tipe orang pendendam. Dia pasti ikut kehilangan Nadia. Begitu pula denganku. Perjalanan kehidupan yang aku lalui dengan hadirnya Nayla dan Kakaknya terus melintasi di kepala. Memang banyak kesan buruk yang membekas. Berusaha aku ikhlaskan, walaupun berat. Semampu diriku,

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Ending Kejahatan

    Pov Zahwa“Kak Fauzi ….”“Zahwa, bidadariku, bangunlah. Kakak ada di sini.”Tubuhku rasanya remuk. Sulit digerakan. Mata remang-remang. Aku seakan melihat keberadaan Kak Fauzi. Apa ini hanya halusinasi. Yang aku ingat, dia tidak bersamaku."Mamah ... Ayah ...."Perlahan aku bisa menatap sekitar dengan jelas. Mamah mengalirkan hujan di pipi. Dia memelukku erat. Bagaikan sudah bertahun-tahun baru bertemu. Begitu pula dengan Ayah. Mengelus kepala dengan mata berkaca-kaca. "Mah, Awa di mana?""Awa di rumah sakit, Nak. Sudah seminggu kamu gak sadarkan diri. Alhamdulilah, Awa bisa kuat melawan rasa sakit. Mamah sayang sama Awa. Cepat sehat Nak."Satu Minggu? selama itu aku tertidur lelap. Perlahan aku ingat-ingat kejadian terakhir sebelum tak sadarkan diri.Setelah mendapat pesan dari Nayla, aku segera datang ke lokasi. Sebelum itu, menelepon Fika untuk menyusul, dan membawa pasukan detektif Arya. Namun, ternyata aku dijebak. Tak ada orang di rumah reyot yang aku datangi. Aku terus mencari

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Pertarungan Sengit

    POV FauziMulut ini tak henti melafalkan doa. Memohon pertolongan-Nya. Ruangan pengap, dengan pencerahan minim, jadi saksi bisu. Untukku bertaruh nyawa. "Hey, calon suamiku," sapa Nayla dengan seringai mengerikan.Mulutku dibekap kain yang dililitkan sampai belakang. Tangan dan kaki diikat kencang. Hanya mata yang bisa merespon kejahatan Nayla. Hati tak hentinya beristigfar. Tak menyangka, jika ada perempuan tak berperasaan seperti Nayla.Aku menyesal tidak mendengarkan penuturan Zahwa. Pujaan hatiku, yang malah diabaikan. Padahal, dia bicara sesuai kenyataan. Aku yang terlalu bodoh. Tidak menaruh sedikitpun rasa curiga pada Nayla.Memang kita tidak boleh berprasangka buruk kepada sesama manusia. Namun, berwaspada juga penting. Membela diri sendiri merupakan hal yang diharuskan dalam agama. Dari sini aku belajar. Supaya, tetap berhati-hati menghadapi setiap manusia dengan isi hati yang sulit dipahami.Manusia bukan hanya diciptakan dari tanah. Namun, ada amarah bagai api yang tersimp

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Bertukar Nyawa

    "Zahwa!""Mah, Kak Fauzi, hiks, hiks."Aku menangis di lantai. Kepala diletakan di sofa. Tubuh tak ada tenaga. Mengingat nasib Kak Fauzi. Aku tau, Nayla memang mencintainya. Tak mungkin menyakitinya. Namun, kalau Kak Fauzi dijebak, lalu disuruh menikahi Nayla, bagaimana denganku?"Tenang, putri Ayah. Kita pasti bisa menyelamatkan Fauzi."Ayah merangkul tubuhku. Untuk duduk di sofa. Aku sandarkan beban ini padanya. Mamah ikut memelukku. Raut khawatir juga tergambar jelas di wajahnya."Arya, apa Nayla sama sekali tidak meninggalkan jejak?""Tidak ada Pak Ilyas. Kami kehilangan jejaknya. Ponselnya juga tidak bisa dilacak. Sulit menemukan keberadaannya. Tapi tenang, saya dan para polisi, sedang berkeliling daerah sini. Mencari keberadaan Fauzi.""Om Arya, tolong temukan Kak Fauzi, hiks, hiks.""Insyalloh, Wa. Om akan berusaha semaksimal mungkin."Air hujan di pipi, tak henti menetes. Perasaanku bagai daun berguguran di musim semi. Kering kerontang. Layu, dan tak ada energi keceriaan.Mama

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Serangan Balik

    POV ZahwaKak Fauzi jahat. Dia bilang cinta. Mau melamarku jadi istrinya. Dulu saja, ketika aku terjebak narkoba, dia yang paling percaya aku bisa keluar dari benda haram itu. Namun, kenapa sekarang tidak? Nayla dan Nayla lagi yang dibela. Padahal, bukan aku yang melukainya. Pasti nenek lampir itu gila. Dia yang melukai dirinya sendiri."Sabar ponakan Aunty. Kita belum kalah.""Tapi Aunty, hati Awa rasanya cenat cenut. Sakit banget.""Hahaha, Aunty paham. Tenanglah, kita dan Fika bukankah sudah mengatur strategi?""Iya, sih, tapi ....""Hust, ada yang sedang mengawasi."Aunty menarikku ke lorong lain dari rumah sakit. Bukan jalur pulang. Lalu, kami bersembunyi di ruang praktek dokter. Untung, ruangannya kosong. Dari balik kaca, aku bisa melihat ada dua preman yang sedang celingukan. Mereka pasti mencari kami."Hati-hati. Aunty yakin, Si Nayla punya rencana jahat untuk kita.""Rencana jahat apa, Aunty?""Ya, mana Aunty tahu.""Yah, gimana dong. Mau sampe kapan kita di sini." "Sabar, A

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   POV Nayla

    Kenalkan, namaku Nayla. Kakakku adalah Nadia. Seorang perempuan yang hidupnya di porak porandakan keluarga Ilyas dan Ela. Dua tahun lalu, ketika tahu kakakku masuk rumah sakit jiwa, napas rasanya tercekat. Raga tersesat. Dunia seperti kiamat.Akibat kejahatan keluarga Ilyas. Tanggung jawab keluarga pindah ke pundakku. Biasanya, keluargaku mengandalkan uang Kak Nadia. Ibu yang sakit-sakitan terpaksa tidak bisa berobat. Bapak hanya seorang pengangguran. Keluarga kami miskin dan menderita ketika Kak Nadia gila. Aku yang belum siap dengan permasalahan yang pelik ini, hanya bisa menangis setiap malam. Menahan perut yang kelaparan. Di tambah lagi menyaksikan kedua orangtuaku harus menahan penyakit, dan lapar diusia senja. Kondisi saat itu, merupakan keadaan paling buruk yang pernah aku rasakan.Aku pernah mengunjungi rumah Ilyas. Meminta bantuan pada mereka. Namun, aku malah diusir oleh ibunya Ilyas. Sedangkan kakak iparku itu, sama sekali tidak peduli. Dia kabur ke luar negeri. Tidak melih

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status