Share

Menjahili Nadia

Penulis: Sriayu23
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-19 13:59:35

"Hahaha, Ayah, ko, tegang gitu? kaya ketauan poligami aja."

"Ma-mah, lebih baik Nadia suruh pulang aja. Gak enak sama tetangga," bujuk suamiku.

Raut wajahnya masih tegang. Suamiku ini, bernyali melempem saja, berencana punya dua istri. Padahal, aku belum cakar-cakaran dengan Nadia. Namun, Suamiku sudah panik setengah mati.

"Gak papa, Ayah. Cuman semalem doang. Sekalian Ayah bernostalgia. Mbak Nadia ini 'kan sahabat sekaligus mantan Ayah pas SMA."

"Betul itu, Mas. Istrimu ini sangat baik. Dia tak akan cemburu, meskipun kita punya kisah masa lalu," jawab Nadia penuh percaya diri.

"Oh tentu, Mbak. Masa lalu 'kan sudah berlalu. Yang terpenting, aku istri Ayah. Kami juga sangat bahagia. Benar tidak Ayah?"

Aku yakin, Nadia curiga kalau aku mengetahui perselingkuhannya. Dia terus memancing. Agar membongkar apa yang aku ketahui tentang mereka.

"Ya pasti bahagia dong. Apalagi ada Awa."

Putriku datang, langsung memposisikan diri di tengah. Merangkul aku dan Ayahnya. Nadia mengungkapkan cemburu.

"Tentu sayang. Awa adalah hadiah terindah untuk pernikahan Mamah dan Ayah. Mamah masih ingat sekali, ketika Ayah harus duduk sambil menjaga kamu saat bayi."

"Ya ampun, Ayah emang tipe pria yang sangat sayang keluarga. Awa bangga punya Ayah," ucap putriku sambil merangkul Ayahnya.

"I-iya, Nak."

"Oke, kalau gitu, Awa mau dengar kisah masa kecil dulu. Malam ini, Ayah dan Mamah harus bercerita di kamar sama Awa."

Zahwa berkacak pinggang. Sambil mengerucutkan maksud. Pertanda kemauannya harus dituruti. Tumben sekali, anak gadisku bermanja-manja pada kami. Pasti ada rencana lain yang siap menyambut kedatangan Nadia.

"Ide bagus, Nak. Kita bisa seru-seruan bareng. Ayah, emak dan anak, cocok. Bagaimana Yah, pasti setuju'kan?" sekilas melirik Nadia. Ayah hanya diam. Nampaknya dilema.  

Wajah Nadia muram. keberadaanya sama sekali tak dianggap. Dia hanya bisa diam, gak candi Borobudur. Aku bersorak di hati. 

"Ayah kadang mikir, kaya Aristoteles aja. Otw kamar, yuh. Waktunya waktu keluarga."

"Tapi Nak, kita belum bereskan rumah, piring-piring dan lainnya."

"Piring sudah ditumpuk di dapur, yah. Tadi ibu-ibu tetangga sebelah yang sudah bantu, Mamah. Nyucinya bisa besok."

"Karpet depan belum digulung, Mah. Biar Ayah yang beres-beres." Ayah terus beralasan. Dia pasti tak mau membuat pujaan hati cemburu.

"Sudah Rapih, Yah. Tadi Awa sama Ka Fauzi yang beresin." Aku senggol anakku. Dia pasti keceplosan.

"Fauzi?"

"Maksudnya ustad Fauzi."

"Oh ustadz itu namanya Fauzi." Aku dan Zahwa serempak mengangguk. Untung sebelumnya ayah belum sempat bertanya kepada ustaz yang membantu akting kami.

"Udah, Yah. Kalian ke kamar duluan. Awa mau kita cerita bareng, titik." Zahwa mendorongku masuk ke kamar. 

"Hai, tunggu. Tidak sopan. Aku tamu kalian. Kenapa malah ke kamar," ucap Nadia tentang langkah kami.

"Ya ampun, aku lupa ada Tante cantik. Silahkan Tante kalau mau pulang," usir Zahwa pada Nadia.

"Aku mau nginap di sini, anak manis."

"Emang rumah Tante kebanjiran? kok nginep di rumah orang, sih."

"Nak, jangan berkata begitu sama Tante Nadia," bela Ayah.

"Ih, Ayah gimana sih, Awa cuman nanya doang."

"Rumah Tante tidak kebanjiran anak manis. Hanya saja, di sana sepi. Tante ingin di sini, bersama anak cantik sepertimu." Nadia berusaha menarik simpati anakku.

"Sudah-sudah. ​​Ela, siapkan kamar untuk Nadia. Kamu sudah mengizinkan dia menginap. Maka, sambutlah dia," ucap suamiku seeak jidat. Kalau bukan karena terpaksa, tak sudi aku menampung pelakor di rumahku. 

"Biar Awa yang menyiapkan kamar untuk Tante cantik ini. Mamah dan Ayah, istirahat duluan. Oke?"

"Oke anak Mamah. Makasih. Ayo, Yah. Badan Mamah udah pegel-pegel. Nanti tolong pijitin ples ples, yah," godaku mengerling genit. 

Lengan Ayah aku gandeng ke kamar. Tak peduli wajah cemburu dari Nadia. Kasihan sekali, dia yang berusaha membuatku terbakar api cemburu. Malah membalikkan dirinya sendiri.

Aku tak tahu apa rencana Zahwa selanjutnya. Setelah tiga puluh menit, Zahwa masuk ke kamarku. Dia merengek minta diceritakan masa kecilnya, yang belum diceritakan. Entah apa maksudnya. 

"Mamahmu ngidam pengen ngelu-ngelus singa. Ayah sampe pusing sama ngidamnya yang aneh." 

Suamiku terus menceritakan pengalamannya, saat usia kandunganku masih tiga bulan. Zahwa ada di tengah kami. Dia letakan kepala di atas paha ayahnya. Tangan Ayah diarahkan untuk mengelus kepalanya. Sedangkan aku, di suruh sketsa-nepuk halus pahanya. Beginilah kebiasaan manjanya, yang melekat sejak umur lima tahun.

"Wah, serem amet. Terus terus gimana, Yah?"

"Ya mau gak mau, Ayah ajak dia ke taman safari di Bogor. Parahnya, saat sampai di sana, malah Ayah yang suruh ngelus-ngelus singa."

"Tapi Ayah malah kesenengan. Abis itu selfi-selfi sendiri. Gak ngajak-ngajak Mamah lagi."

"Hahaha, soalnya, singanya lucu, dan penurut. Ayah jadi gak takut."

"Untung singanya gak PMS ya, yah. Kalau PMS, bisa-bisa galaknya melebih Zahwa."

"Ih, Mama." Kami tergelak bersama, karena berhasil meledek putri kami.

Hati kecilku begitu bahagia dengan momen ini. Andai, tak ada penghianatan. Pasti kami adalah keluarga paling bahagia.  

Anakku, sebenarnya apa maksudmu melakukan semua ini? apa dia sengaja, ingin menikmati keharmonisan keluarga. Sebelumnya, rumah tangga orang tuanya, resmi diporakporandakan. Cepat atau lambat, semuanya memang akan berakhir. Ketika kepalanya sudah mendua, maka perlahan-lahan kebahagiaan keluarga akan runtuh.

"Mah....bangun," bisik Awa. 

Dia meletakkan jati telunjuk di tempat, sebagai tempat agar aku diam. Suamiku sudah tidur pulas setelah lelah bercerita. Awa yang tadinya tidur di tengah, sudah berdiri di sampingku.

"Mau ke mana, W*?" bertanya terduduk.

"Kita jailin nenek gayung, Mah. Ayok, ikut Awa."

"Jailin gimana, Nak? mau pindahin dia ke kandang macan?"

"Ih, mamah jangan bercanda. Udah ikutin kata Awa."

Dengan kebingungan, aku turuti kemauan putriku. Melangkah keluar kamar meninggalkan Ayah yang sedang ngorok.

"Astagfirullah!" teriakku saat melihat sepuluh ekor tikus di dalam kandang besi yang biasa dipakai untuk tempat kucing.

"Hust, mamah jangan berisi."

"Kamu mau ngajak mamah bikin bakso tikus malem-malem gini?"

"Bukan, Mah. Gila aja, bikin bakso tikus. Ini tikus kita masuk ke kamar nenek gayung. Terus mamah tolong ambilin minyak sayur."

"Apa lagi?" 

"Udah, pokonya beres."

"Oke, deh."

Zahwa mengendap-endap masuk ke kamar Nadia. Aku mengambil minyak sayur. Saat Zahwa sudah keluar, anakku memberi instruksi untuk menyiram minyak ke lantai depan pintu.

"Beres, Nak?"

"Beres, Mah. Ayok, kita pura-pura tidur di kamar Zahwa."

Aku mencari ke kamar Zahwa. Menunggu pertunjukan apa yang akan terjadi. kembali, Nadia harus diberi pelayanan tamu yang terbaik. Biar dia tak kesepian, maka kami hadirkan tikus-tikus lucu, hahaha. Maaf, Nadia. Apa yang aku lakukan, tak sebanding dengan luka yang kau torehkan. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Hahahahaha, penasaran gimana reaksi pelakor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Tamat

    “Mah, ayok kita ke sana, Mah. Awa mau liat Mah," rengekku setelah Kak Fauzi menutup sambungan telepon."Iya, Wa. Kita pasti ke sana," jawab Mamah."Ya Allah, Nadia, hiks, hiks."Tangisan Ayah pecah. Bagaimana pun, Nadia pernah mengisi hatinya. Memberi suka duka. Pasti kabar ini cukup menekan batinnya."Sabar, Pak. Semua yang bernyawa pasti menemui kematian. Tugas kita yang masih hidup, hanya bisa mendoakan. Semoga segala Dosa Nayla dan Mbak Nadia bisa dimaafkan. Sehingga, dilapangkan kuburnya.""Aamiin," jawab aku dan Mamah.Wajah Mamah juga berubah murung. Aku bisa memahami perasaannya. Masa lalu tentang Nadia pasti berputar-putar memenuhi pikirannya. Ada rasa kecewa, tapi rasa kasihan jelas lebih besar. Mamah bukan tipe orang pendendam. Dia pasti ikut kehilangan Nadia. Begitu pula denganku. Perjalanan kehidupan yang aku lalui dengan hadirnya Nayla dan Kakaknya terus melintasi di kepala. Memang banyak kesan buruk yang membekas. Berusaha aku ikhlaskan, walaupun berat. Semampu diriku,

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Ending Kejahatan

    Pov Zahwa“Kak Fauzi ….”“Zahwa, bidadariku, bangunlah. Kakak ada di sini.”Tubuhku rasanya remuk. Sulit digerakan. Mata remang-remang. Aku seakan melihat keberadaan Kak Fauzi. Apa ini hanya halusinasi. Yang aku ingat, dia tidak bersamaku."Mamah ... Ayah ...."Perlahan aku bisa menatap sekitar dengan jelas. Mamah mengalirkan hujan di pipi. Dia memelukku erat. Bagaikan sudah bertahun-tahun baru bertemu. Begitu pula dengan Ayah. Mengelus kepala dengan mata berkaca-kaca. "Mah, Awa di mana?""Awa di rumah sakit, Nak. Sudah seminggu kamu gak sadarkan diri. Alhamdulilah, Awa bisa kuat melawan rasa sakit. Mamah sayang sama Awa. Cepat sehat Nak."Satu Minggu? selama itu aku tertidur lelap. Perlahan aku ingat-ingat kejadian terakhir sebelum tak sadarkan diri.Setelah mendapat pesan dari Nayla, aku segera datang ke lokasi. Sebelum itu, menelepon Fika untuk menyusul, dan membawa pasukan detektif Arya. Namun, ternyata aku dijebak. Tak ada orang di rumah reyot yang aku datangi. Aku terus mencari

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Pertarungan Sengit

    POV FauziMulut ini tak henti melafalkan doa. Memohon pertolongan-Nya. Ruangan pengap, dengan pencerahan minim, jadi saksi bisu. Untukku bertaruh nyawa. "Hey, calon suamiku," sapa Nayla dengan seringai mengerikan.Mulutku dibekap kain yang dililitkan sampai belakang. Tangan dan kaki diikat kencang. Hanya mata yang bisa merespon kejahatan Nayla. Hati tak hentinya beristigfar. Tak menyangka, jika ada perempuan tak berperasaan seperti Nayla.Aku menyesal tidak mendengarkan penuturan Zahwa. Pujaan hatiku, yang malah diabaikan. Padahal, dia bicara sesuai kenyataan. Aku yang terlalu bodoh. Tidak menaruh sedikitpun rasa curiga pada Nayla.Memang kita tidak boleh berprasangka buruk kepada sesama manusia. Namun, berwaspada juga penting. Membela diri sendiri merupakan hal yang diharuskan dalam agama. Dari sini aku belajar. Supaya, tetap berhati-hati menghadapi setiap manusia dengan isi hati yang sulit dipahami.Manusia bukan hanya diciptakan dari tanah. Namun, ada amarah bagai api yang tersimp

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Bertukar Nyawa

    "Zahwa!""Mah, Kak Fauzi, hiks, hiks."Aku menangis di lantai. Kepala diletakan di sofa. Tubuh tak ada tenaga. Mengingat nasib Kak Fauzi. Aku tau, Nayla memang mencintainya. Tak mungkin menyakitinya. Namun, kalau Kak Fauzi dijebak, lalu disuruh menikahi Nayla, bagaimana denganku?"Tenang, putri Ayah. Kita pasti bisa menyelamatkan Fauzi."Ayah merangkul tubuhku. Untuk duduk di sofa. Aku sandarkan beban ini padanya. Mamah ikut memelukku. Raut khawatir juga tergambar jelas di wajahnya."Arya, apa Nayla sama sekali tidak meninggalkan jejak?""Tidak ada Pak Ilyas. Kami kehilangan jejaknya. Ponselnya juga tidak bisa dilacak. Sulit menemukan keberadaannya. Tapi tenang, saya dan para polisi, sedang berkeliling daerah sini. Mencari keberadaan Fauzi.""Om Arya, tolong temukan Kak Fauzi, hiks, hiks.""Insyalloh, Wa. Om akan berusaha semaksimal mungkin."Air hujan di pipi, tak henti menetes. Perasaanku bagai daun berguguran di musim semi. Kering kerontang. Layu, dan tak ada energi keceriaan.Mama

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Serangan Balik

    POV ZahwaKak Fauzi jahat. Dia bilang cinta. Mau melamarku jadi istrinya. Dulu saja, ketika aku terjebak narkoba, dia yang paling percaya aku bisa keluar dari benda haram itu. Namun, kenapa sekarang tidak? Nayla dan Nayla lagi yang dibela. Padahal, bukan aku yang melukainya. Pasti nenek lampir itu gila. Dia yang melukai dirinya sendiri."Sabar ponakan Aunty. Kita belum kalah.""Tapi Aunty, hati Awa rasanya cenat cenut. Sakit banget.""Hahaha, Aunty paham. Tenanglah, kita dan Fika bukankah sudah mengatur strategi?""Iya, sih, tapi ....""Hust, ada yang sedang mengawasi."Aunty menarikku ke lorong lain dari rumah sakit. Bukan jalur pulang. Lalu, kami bersembunyi di ruang praktek dokter. Untung, ruangannya kosong. Dari balik kaca, aku bisa melihat ada dua preman yang sedang celingukan. Mereka pasti mencari kami."Hati-hati. Aunty yakin, Si Nayla punya rencana jahat untuk kita.""Rencana jahat apa, Aunty?""Ya, mana Aunty tahu.""Yah, gimana dong. Mau sampe kapan kita di sini." "Sabar, A

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   POV Nayla

    Kenalkan, namaku Nayla. Kakakku adalah Nadia. Seorang perempuan yang hidupnya di porak porandakan keluarga Ilyas dan Ela. Dua tahun lalu, ketika tahu kakakku masuk rumah sakit jiwa, napas rasanya tercekat. Raga tersesat. Dunia seperti kiamat.Akibat kejahatan keluarga Ilyas. Tanggung jawab keluarga pindah ke pundakku. Biasanya, keluargaku mengandalkan uang Kak Nadia. Ibu yang sakit-sakitan terpaksa tidak bisa berobat. Bapak hanya seorang pengangguran. Keluarga kami miskin dan menderita ketika Kak Nadia gila. Aku yang belum siap dengan permasalahan yang pelik ini, hanya bisa menangis setiap malam. Menahan perut yang kelaparan. Di tambah lagi menyaksikan kedua orangtuaku harus menahan penyakit, dan lapar diusia senja. Kondisi saat itu, merupakan keadaan paling buruk yang pernah aku rasakan.Aku pernah mengunjungi rumah Ilyas. Meminta bantuan pada mereka. Namun, aku malah diusir oleh ibunya Ilyas. Sedangkan kakak iparku itu, sama sekali tidak peduli. Dia kabur ke luar negeri. Tidak melih

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status