Share

Rencana Anakku

Author: Sriayu23
last update Last Updated: 2022-06-15 17:15:34

"Ma-maksud kamu apa, Nak? sudahlah, lupakan masalah status w* Ayah. Dia pasti salah kirim. Paling itu rekan kerjanya."

"Gak usah ngelak, Mah. Awa udah gede. Paham tentang masalah kaya gini."

"Hehehe, sudahlah. serius amet ngomongnya, kaya pejabat negara. Nanti pala kita botak lagi. santai aja, Awa. Mamah baik-baik aja." Aku rangkul anakku. 

"Awa sudah tau semuanya Mah. Ayah selingkuhkan sama nenek sihir yang namanya Nadia."

Mataku membeliak tak percaya. Sejak kapan Zahwa tau semuanya. Kenapa selama ini dia nampak biasa-biasa saja?  ternyata anakku menyimpan beban masalah orang tuanya. Dia tetap tegar. Semoga anakku memang kuat, bukan pura-pura menerima. Namun, melampiaskan kekecewaannya dengan jalan yang salah. Seperti pergaulan bebas, apalagi ... Ya Tuhan, hilangkan pikiran negatifku.

"Awa tau dari mana?"

"Tak penting Awa tahu dari mana. Bagus kalau Mamah sudah tahu. Kita bisa susun rencana untuk memberi pelajaran pada Ayah dan nenek gayung itu," serunya penuh kilat kebencian.

"Sayang, jangan pikirkan masalah ini. Mamah bisa menghadapinya. Hidup harus dibuat santuy, Sayang. Jangan spaneng. ini cobaan rumah tangga."

"Hahaha, Mamah memang perempuan hebat. Masih kuat menyembunyikan luka. Padahal, sudah tersiksa sejak lama."

Aku hanya menelan Saliva. Tak menyangka dengan penuturan putriku. 

"Nak, tolong jangan benci Ayah. bagaimanapun kamu brojol, karena ada dia. Tanpa Ayah, tak akan terbentuk emberio lalu janin, dan kemudian menjadi gadis cantik sepertimu," bujukku berusaha tersenyum.

"Mamah tenang saja, aku pernah hidup di dalam rahim Mamah. Meminum air susu Mamah. Jadi, sikap kuat Mamah, juga tertanam pada diriku. Kita harus hadapi Ayah. Supaya dia sadar."

"Jangan pakai cara kasar Awa, percuma. Kita harus mencontoh Rosululloh. Dia selalu membalas musuh dan orang yang benci padanya dengan kebaikan."

Itulah prinsip yang aku tanamkan pada diri sendiri. selama ini, aku diam bukan karena lemah. Hanya ingin memepraktekan cara yang diajarkan sang panutan. Meskipun, setelah kenaikan kelas Zahwa, aku tetap akan meminta cerai. itupun, jika Zahwa mengizinkan.

"Hahaha, baikalah. Awa punya rencana halus untuk Ayah."

"Rencana apa sayang? jangan bilang, kamu berniat menukar Ayah dengan badak bercula satu dari Banten."

"Ih, serius Mah."

"Hehehe, Mamah tak ingin membuatmu kepikiran, Nak. Pikirkan saja sekolahmu. Biar masalah ini jadi urusan Mamah."

"Mamah mau tetap diam? jangan lemah, Mah. Mereka harus diberi pelajaran. Setelah itu, kita bilang Mbah kakung Handoko. Biar Mbah kakungku yang pensiunan tentara itu, pasti bakal mengobrak Abrik mereka. Enak saja, menyakiti mamahku."

Air mata jatuh. Anak gadisku yang mulai remaja, begitu merasakan penderitaan ibunya. Aku rangkul tubuhnya yang body goals. Putri kecilku yang cantik. Dialah semangat untukku tetap bertahan.

"Mamah gak boleh nangis. Biar para penghianat yang menangis."

Zahwa mengusap air mata yang berjatuhan di pipiku. Dia sangat tegar. Tak ada raut kesedihan dari matanya. Namun, aku merasakan aura dendam yang mendalam. Perlahan, akan aku beri pengertian, agar dia tak benci ayahnya.

"Setelah kenaikan sekolah, kalau kamu mau, kita pulang ke rumah Mbah Uti di Surabaya, ya, W*."

"Apapun keputusan Mamah, Awa akan selalu melindungi dan menemani Mamah."

Kami saling berpelukan dan menguatkan. Zahwa mulai memberi tahu rencana anehnya. Dia yang menyuruhku pura-pura marah. Saat Ayah bersimpuh memohon maaf. Kami sengaja, bersandiwara, seakan tak tahu semuanya. Akan ada masanya, kejutan itu akan datang. Waktu tiga bulan ini, akan aku gunakan untuk menyadarkan Ayah tentang kekeliruannya.

Rasanya aku ingin sekali segera berpisah. Namun, kata cerai tak semudah dalam novel serial rumah tangga. Ada yang harus dipertimbangkan. Terutama nasib anakku. 

Dibibir Zahwa, mungkin dia bisa menerima perceraian kami. Akan tetapi, aku tak yakin dengan hati dan mentalnya. Apalagi, kadang lingkungan tak mendukung, anak-anak korban broken home. Mereka lebih suka melakukan perundungan atau melontarkan ejekan. Dibandingkan support. 

Tak heran, banyak kasus kenakalan remaja yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Mulai dari komunitas anak punk, pergaulan bebas, sampai narkotika.

"Mah, nanti ka Fauzi bakal nyamar jadi ustaz. Mamah ikutin ajah rencana kami," ucap Zahwa di ruang tamu.

Entah sejak kapan dia merencanakan kekonyolan ini. Aktingnya begitu memukau. Mengalahkan artis era digital. Awa benar-benar seperti orang kesurupan. Sekuat tenaga, dia melampiaskan kekesalan pada ayahnya.

Rencana anakku berjalan sukses. Kami berhasil mengadakan pengajian. Sengaja memancing nenek gambreng hadir di sini. Lihatlah, tingkah Nadia seakan tak punya dosa. 

"Ela, boleh aku makan di sini?" tanya Nadia saat aku sibuk di dapur.

"Ya boleh dong, Mbak. Anggap aja rumah sendiri. Asal jangan anggap suami saya milik Mbak juga, hahaha," sindir halus.

Nadia tersenyum miring. Tak sungkan duduk di kursi meja makan. Dengan santai, dia makan sambil sesekali memperhatikanku yang sibuk menata kue basah ke piring. Untuk dibawa ibu-ibu tetangga ke depan.

"Gimana rumah tangga kamu, Ela? apa Mas Ilyas menyayangimu?" 

"Tentu dong Mbak, masa sayang janda sebelah. Kecuali, jandanya yang kegatelan, hehehe. Mbak, ada-ada aja pertanyaannya."

"Hahaha, kamu lucu, Ela. Pantas Mas Ilyas mencintaimu. Dia memang suka sesuatu yang berwarna," respon Nadia sok akrab.

Aku ikuti saja permainannya. Berlaga bodoh. Kita lihat, sampai mana rasa kepedean yang dimilikinya.

Dia terus bercerita tentang kedekatannya dengan Mas Ilyas semasa SMA. Sebenernya aku sudah tahu tentang masa lalu mereka, dari Rafli.  Ucapannya aku respon dengan ceria. Pura-pura tak tersinggung padahal berkali-kali dia memancingku untuk cemburu.

"Ela, bolehkan aku nginep di sini? dulu, Tante Nia, ibunya Mas Ilyas selalu memperbolehkanku bermain sampai menginap. Aku kesepian, tak ada teman tidur. Di sini rame, ada Mas Ilyas dan anaknya juga."

Hahaha, inginku jambak sambil tertawa terbahak-bahak. Inilah hakikat diberi hati malah minta kotoran sapi. Tanganku gatal ingin melumuri wajah Nadia dengan t*hi yang berwarna kehijauan. 

Sabar, Ela. Allah sedang menguji kadar keikhlasan dan kekuatan hatimu. Aku terus melafalkan istigfar. Agar tak terhasut syahwat amarah.

"Tentu, boleh dong. Dengan senang hati. Kita bisa bergibah ria, hahaha."

Ditengah perbincangan, Ayah menghampiri. Dia nampak keberatan dengan kedekatanku dan Ela.

"Mah, ngapain dia diizinin nginep di sini?" 

Ayah menarikku ke ruang keluarga. Sedikit menjauh dari Nadia. Dia amat tak suka dengan keputusanku menampung pujaan hatinya.

"Biar Ayah bahagia."

"Hah? ma-maksudnya?" Dia mulai panik.

"Biar hot. Dua perempuan cantik, dari masa lalu dan masa kini disatukan. Wah, mantul, Yah. Sensasinya kaya ceker setan level 100,"  Wajah suamiku mulai pucat pasi. 

"Benar kata, Ela, Mas. Kami sudah akrab. Jadi jangan khawtir."

"Ma-maksud kalian apa?" 

Suami bak kerupuk tersiram air got. Berada di tengah-tengah perempuan-perempuan penuh senyum misteri. Bendera perang, resmi dikibarkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Ayo el sindir terus biar makin mlempem krupuknya
goodnovel comment avatar
rozi yana
ya Allah...aku terasa banget thor. semoga aku sekuat ela
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Tamat

    “Mah, ayok kita ke sana, Mah. Awa mau liat Mah," rengekku setelah Kak Fauzi menutup sambungan telepon."Iya, Wa. Kita pasti ke sana," jawab Mamah."Ya Allah, Nadia, hiks, hiks."Tangisan Ayah pecah. Bagaimana pun, Nadia pernah mengisi hatinya. Memberi suka duka. Pasti kabar ini cukup menekan batinnya."Sabar, Pak. Semua yang bernyawa pasti menemui kematian. Tugas kita yang masih hidup, hanya bisa mendoakan. Semoga segala Dosa Nayla dan Mbak Nadia bisa dimaafkan. Sehingga, dilapangkan kuburnya.""Aamiin," jawab aku dan Mamah.Wajah Mamah juga berubah murung. Aku bisa memahami perasaannya. Masa lalu tentang Nadia pasti berputar-putar memenuhi pikirannya. Ada rasa kecewa, tapi rasa kasihan jelas lebih besar. Mamah bukan tipe orang pendendam. Dia pasti ikut kehilangan Nadia. Begitu pula denganku. Perjalanan kehidupan yang aku lalui dengan hadirnya Nayla dan Kakaknya terus melintasi di kepala. Memang banyak kesan buruk yang membekas. Berusaha aku ikhlaskan, walaupun berat. Semampu diriku,

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Ending Kejahatan

    Pov Zahwa“Kak Fauzi ….”“Zahwa, bidadariku, bangunlah. Kakak ada di sini.”Tubuhku rasanya remuk. Sulit digerakan. Mata remang-remang. Aku seakan melihat keberadaan Kak Fauzi. Apa ini hanya halusinasi. Yang aku ingat, dia tidak bersamaku."Mamah ... Ayah ...."Perlahan aku bisa menatap sekitar dengan jelas. Mamah mengalirkan hujan di pipi. Dia memelukku erat. Bagaikan sudah bertahun-tahun baru bertemu. Begitu pula dengan Ayah. Mengelus kepala dengan mata berkaca-kaca. "Mah, Awa di mana?""Awa di rumah sakit, Nak. Sudah seminggu kamu gak sadarkan diri. Alhamdulilah, Awa bisa kuat melawan rasa sakit. Mamah sayang sama Awa. Cepat sehat Nak."Satu Minggu? selama itu aku tertidur lelap. Perlahan aku ingat-ingat kejadian terakhir sebelum tak sadarkan diri.Setelah mendapat pesan dari Nayla, aku segera datang ke lokasi. Sebelum itu, menelepon Fika untuk menyusul, dan membawa pasukan detektif Arya. Namun, ternyata aku dijebak. Tak ada orang di rumah reyot yang aku datangi. Aku terus mencari

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Pertarungan Sengit

    POV FauziMulut ini tak henti melafalkan doa. Memohon pertolongan-Nya. Ruangan pengap, dengan pencerahan minim, jadi saksi bisu. Untukku bertaruh nyawa. "Hey, calon suamiku," sapa Nayla dengan seringai mengerikan.Mulutku dibekap kain yang dililitkan sampai belakang. Tangan dan kaki diikat kencang. Hanya mata yang bisa merespon kejahatan Nayla. Hati tak hentinya beristigfar. Tak menyangka, jika ada perempuan tak berperasaan seperti Nayla.Aku menyesal tidak mendengarkan penuturan Zahwa. Pujaan hatiku, yang malah diabaikan. Padahal, dia bicara sesuai kenyataan. Aku yang terlalu bodoh. Tidak menaruh sedikitpun rasa curiga pada Nayla.Memang kita tidak boleh berprasangka buruk kepada sesama manusia. Namun, berwaspada juga penting. Membela diri sendiri merupakan hal yang diharuskan dalam agama. Dari sini aku belajar. Supaya, tetap berhati-hati menghadapi setiap manusia dengan isi hati yang sulit dipahami.Manusia bukan hanya diciptakan dari tanah. Namun, ada amarah bagai api yang tersimp

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Bertukar Nyawa

    "Zahwa!""Mah, Kak Fauzi, hiks, hiks."Aku menangis di lantai. Kepala diletakan di sofa. Tubuh tak ada tenaga. Mengingat nasib Kak Fauzi. Aku tau, Nayla memang mencintainya. Tak mungkin menyakitinya. Namun, kalau Kak Fauzi dijebak, lalu disuruh menikahi Nayla, bagaimana denganku?"Tenang, putri Ayah. Kita pasti bisa menyelamatkan Fauzi."Ayah merangkul tubuhku. Untuk duduk di sofa. Aku sandarkan beban ini padanya. Mamah ikut memelukku. Raut khawatir juga tergambar jelas di wajahnya."Arya, apa Nayla sama sekali tidak meninggalkan jejak?""Tidak ada Pak Ilyas. Kami kehilangan jejaknya. Ponselnya juga tidak bisa dilacak. Sulit menemukan keberadaannya. Tapi tenang, saya dan para polisi, sedang berkeliling daerah sini. Mencari keberadaan Fauzi.""Om Arya, tolong temukan Kak Fauzi, hiks, hiks.""Insyalloh, Wa. Om akan berusaha semaksimal mungkin."Air hujan di pipi, tak henti menetes. Perasaanku bagai daun berguguran di musim semi. Kering kerontang. Layu, dan tak ada energi keceriaan.Mama

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Serangan Balik

    POV ZahwaKak Fauzi jahat. Dia bilang cinta. Mau melamarku jadi istrinya. Dulu saja, ketika aku terjebak narkoba, dia yang paling percaya aku bisa keluar dari benda haram itu. Namun, kenapa sekarang tidak? Nayla dan Nayla lagi yang dibela. Padahal, bukan aku yang melukainya. Pasti nenek lampir itu gila. Dia yang melukai dirinya sendiri."Sabar ponakan Aunty. Kita belum kalah.""Tapi Aunty, hati Awa rasanya cenat cenut. Sakit banget.""Hahaha, Aunty paham. Tenanglah, kita dan Fika bukankah sudah mengatur strategi?""Iya, sih, tapi ....""Hust, ada yang sedang mengawasi."Aunty menarikku ke lorong lain dari rumah sakit. Bukan jalur pulang. Lalu, kami bersembunyi di ruang praktek dokter. Untung, ruangannya kosong. Dari balik kaca, aku bisa melihat ada dua preman yang sedang celingukan. Mereka pasti mencari kami."Hati-hati. Aunty yakin, Si Nayla punya rencana jahat untuk kita.""Rencana jahat apa, Aunty?""Ya, mana Aunty tahu.""Yah, gimana dong. Mau sampe kapan kita di sini." "Sabar, A

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   POV Nayla

    Kenalkan, namaku Nayla. Kakakku adalah Nadia. Seorang perempuan yang hidupnya di porak porandakan keluarga Ilyas dan Ela. Dua tahun lalu, ketika tahu kakakku masuk rumah sakit jiwa, napas rasanya tercekat. Raga tersesat. Dunia seperti kiamat.Akibat kejahatan keluarga Ilyas. Tanggung jawab keluarga pindah ke pundakku. Biasanya, keluargaku mengandalkan uang Kak Nadia. Ibu yang sakit-sakitan terpaksa tidak bisa berobat. Bapak hanya seorang pengangguran. Keluarga kami miskin dan menderita ketika Kak Nadia gila. Aku yang belum siap dengan permasalahan yang pelik ini, hanya bisa menangis setiap malam. Menahan perut yang kelaparan. Di tambah lagi menyaksikan kedua orangtuaku harus menahan penyakit, dan lapar diusia senja. Kondisi saat itu, merupakan keadaan paling buruk yang pernah aku rasakan.Aku pernah mengunjungi rumah Ilyas. Meminta bantuan pada mereka. Namun, aku malah diusir oleh ibunya Ilyas. Sedangkan kakak iparku itu, sama sekali tidak peduli. Dia kabur ke luar negeri. Tidak melih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status