/ Historical / Suamiku Main Api / Bab 7 POV Arman

공유

Bab 7 POV Arman

last update 최신 업데이트: 2021-10-06 15:05:51

Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dan beranjak dari sofa yang menjadi tempat tidurku selama dua malam ini. Bukan karena aku tak ingin tidur di ranjang, hanya saja karena pertengkaran hebat yang terjadi kemarin aku malas untuk tidur bersama istriku lagi.

Semakin hari istriku terlihat membosankan, wajahnya tak terawat, kulitnya kusam, kucel, dekil dengan penampilan daster belelnya yang lusuh. Tidak ada yang menarik lagi di mataku.

Pernah aku menyuruhnya untuk perawatan, tapi dia menolak nya mentah-mentah. Istriku lebih memilih uangnya di tabung. Aku tidak menyalahkan keputusannya, hanya saja kecewa. Seharusnya dia bisa menyenangkan hati suaminya ini. Aku akan senang melihat istriku terawat.

"De, ini uang untukmu, belilah pakaian yang baru dan pergilah ke salon kecantikan." ucapku sambil memberikan uang.

"Banyak banget Mas, tapi bajuku masih banyak yang bagus, aku juga ga terbiasa ke salon kecantikan malas antrinya, lebih baik aku tabung aja yah!" pinta Salma dengan senyum.

"Ya, udah deh, gimana kamu aja." Berat hati Aku mengucapkannya. "Tapi sekali-kali nyenengin hati suami, gpp kok." Lanjutku

"Jadi, Mas ga seneng sama aku selama ini?" Salma jadi salah paham.

"Eh, bukan begitu maksudku." Aku jadi serba salah, karena umur pernikahan kami masih seumur jagung, aku tidak mau menimbulkan keributan. Selama ini, aku berusaha membuka hatiku untuk Salma. Meskipun aku belum bisa melupakan Mira mantanku. Mantan yang sangat aku cintai. Kami berpisah karena orang tuaku tidak merestui hubungan kami. Mira dengan sedih menerima perjodohan dari orang tuanya. 

Aku terpaksa menikahi Salma dengan setengah hati. Salma gadis pilihan ibuku. 

"Salma itu gadis baik, cantik, berpendidikan, orang kaya lagi, ga kaya mantanmu, ibu yakin kamu akan sukses bersamanya." Ibu sangat berharap aku menikahi Salma. 

"Mira juga baik, Bu! Walaupun dia bukan berasal dari keluarga kaya, dan tidak sarjana seperti Salma." belaku. 

Ibu menatapku dengan tatapan tidak suka. Netranya membulat, seperti mau keluar dari tempatnya.

"Oh jadi kamu lebih pilih si Mira itu, silahkan tapi ibu tidak akan menyetujuinya sampai kapanpun." Ancam ibu.

Aku tidak bisa menolak permintaan ibu. Akhirnya aku menerima Salma. Aku tidak ingin mengecewakan, wanita yang telah membesarkan dan melahirkanku.

Aku berharap aku bisa mencintainya dengan sepenuh hati suatu hari nanti.

Mau tidak mau, aku menuruti keinginannya. Semoga suatu saat nanti dia mau memperhatikan penampilannya. Aku nggak mau ribut sama Salma, pasti dia akan tersinggung. Aku takut ucapanku menyakiti hatinya.

Istriku juga tidak memperhatikan penampilan, meskipun hanya di rumah aku berharap dia bisa memakai baju yang sedikit modis, setidaknya modelnya tidak seperti model baju emak-emak. Sungguh aku merasa sudah menikah puluhan tahun, padahal baru lima tahun pernikahan.

Uang yang ku berikan selalu lebih, tidak pernah kurang. Aku berharap istriku dengan senang hati melakukan perawatan demi memanjakan mata suaminya ini. Ternyata aku yang terlalu berharap.

Aku mencintainya apa adanya, bukan berarti dia tidak merawat dirinya. Sebagai laki-laki normal aku ingin istriku tampil cantik, bersih dan wangi meskipun di rumah.  

Aku jadi berpikir belum punya anak saja istriku tidak mau merawat dirinya, apalagi punya anak. Setiap pagi daster belelnya bau asap kompor. Aku jadi enggan untuk melakukan ritual cium kening sebelum berangkat kerja.

Tubuhnya penuh lemak, membuatku tidak bernafsu sama sekali melihatnya, apalagi menjamahnya. Ku putuskan untuk selalu lembur malam agar dia tidak meminta haknya dan aku bebas darinya.

Sebenernya Salma adalah istri yang baik, tidak pernah menuntut apapun dariku. Dia rela meninggalkan kebiasaan mewahnya demi menemaniku dari nol. Meskipun berasal dari keluarga kaya Salma bukan tipikal wanita yang sombong. Hal itulah yang membuat ibuku menyukai Salma, dia berhasil merebut hati wanita yang telah melahirkan ku. 

Aku mencoba melupakan Mira perlahan-lahan, mengarungi bahtera rumah tangga kami dengan cinta. Aku berharap kami bisa memiliki buah hati. Membayangkannya sangat indah, menggemaskan. Rumah kami tak kan sepi lagi dengan adanya suara bayi.

"Semoga kita cepat diberi keturunan yah, istriku." Aku memeluknya dengan hangat.

"Aamiin, Mas." Wajah istriku tampak teduh.

Lima tahun kami menjalani kehidupan rumah tangga, ternyata Salma tak kunjung hamil. Salma mulai cemas dia memintaku untuk periksa kesehatan, aku menolaknya. 

"Mas, sebaiknya kita periksa kesehatan sebelum promil, supaya kita tahu kondisi kita berdua." Salma membujukku.

"Alah ga perlu lah Sal, aku sehat, kamu aja yang periksa," jawabku Aku yakin, aku tidak memiliki masalah kesehatan. 

Akh... memikirkan istriku tak kan ada habisnya, membuat otakku pusing saja, apa salahnya dia merubah penampilannya untukku. Tapi dia tak pernah melakukannya, aku tak suka.

Semakin hari hubungan kami semakin tidak harmonis. Aku tidak ingin menyentuh istriku lagi, aku merasa bersalah, aku sudah mengkhianati dirinya.

Bayangan Mira menari-nari di atas kepalaku. Bagaimana kabarnya dia sekarang? Bahagiakah bersama suaminya?Apakah dia sudah melupakan diriku atau dia sudah tak mengingatku lagi? Apakah dia merasakan hal yang sama seperti diriku? 

Dalam lubuk hatiku yang paling terdalam aku masih membuka hatiku untuk Mira, kapanpun ia membutuhkan diriku. Tapi kenapa dia tak pernah menghubungiku? Apa dia sudah benar-benar move on? Apakah setelah menikah Mira tak terawat juga seperti Salma?

Aku terus memikirkan Mira, berharap bertemu wanita yang pernah mengisi hatiku dahulu. Kucari informasi tentangnya. Aku bertanya pada teman-teman tentang keberadaannya sekarang, tak ada satupun jawaban. Mereka seolah-olah menyembunyikan sesuatu dariku. Entah apa.

Aku terus berusaha mencari informasi Mira, meskipun nihil. Aku tak peduli. Aku tak kan menyerah. Aku terus menggali informasi tentangnya. Firasat ku mengatakan Mira sedang tidak baik. 

"Kay, kamu kan sahabat, Mira, kamu tahu dimana dia tinggal sekarang," ucapku yang kebetulan bertemu dengan teman akrab Mira di sebuah Cafe. Namanya kayla, dia bekerja paruh waktu disana.

"Kamu, Arman, mantan Mira?" seolah-olah tak percaya bertemu diriku.

Aku mengangguk.

"Maaf, Aku tidak boleh mengatakannya." Dia berlalu begitu saja.

Aku kesal, ingin rasanya marah tapi kutahan.

Sebulan berlalu, aku menyerah mencari informasi tentang Mira lagi, mungkin aku harus benar-benar melupakannya. 

"Huwa...Huwa." Ku dengar suara balita menangis. Aku beranjak dari tempat duduk kebetulan aku sedang berada di taman, tempatku bertemu dengan Mira dahulu.

Aku langsung mencari sumber suara itu. Tak lama aku terkejut melihat balita kisaran 1 tahun sedang duduk menangis.

"Jangan menangis, sini om belikan permen," ujarku.

Kugendong balita mungil berparas cantik dengan senang hati. Kubawa balita itu berjalan di sekitar taman. Naluriku sebagai ayah tiba-tiba menginginkannya.

"Berhenti...." suara wanita itu terdengar lantang, aku seperti mengenalnya.

Aku menoleh, mata kami saling beradu. Aku tak percaya benarkah dia?

"Mira...."

"Kamu, " ucapnya.

Semenjak kami bertemu kembali aku semakin dekat dengannya.  

Gegas aku berangkat menepati janjiku.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Suamiku Main Api   Part 19

    "Ardi sudah menceraikanku, Mas!" teriak Sarah kegirangan karena sebentar lagi dia akan menjadi nyonya Arman. Segala yang ia inginkan akan terpenuhi. Siapa yang tak ingin jadi istri Mas Arman, dia sangat royal dan baik."Syukurlah semuanya berjalan dengan baik," Mas Arman menikmati secangkir kopi late yang dipesannya. Dia sekarang bersama Sarah setelah ribut dengan istrinya."Mas tenang aja aku pasti jadi istri yang baik buat Mas, lebih baik tentunya dari Salma," Senyum mengembang di wajah cantik Sarah. Wanita itu selalu berhasil meluluhkan hati Arman. Dengan manja dia meraih tangan Mas Arman meyakinkan laki-laki yang ada dihadapannya bahwa dia layak menjadi nyonya Arman. Sedangkan Arman menikmati sentuhan yang diberikan wanita cantik yang merajai hatinya.Sarah lagi-lagi hanya kamu yang mampu menenangkan hatiku.Tapi Arman masih memikirkan kata-kata tetangga depan rumahnya. Tetangga itu tak sengaja melihat Salma pergi

  • Suamiku Main Api   Part 18

    Pernikahan suamiku tinggal dua hari lagi. Aku sudah menghubungi pihak wedding organizer yang dipesan Mas Arman. Tentu saja akan kuberikan kejutan spesial dihari H nya itu."Permisi Mbak, dengan siapa?" tanya pemilik nomor jasa wedding.Sengaja kuberikan nama samaran dan menceritakan apa yang kuinginkan, untungnya pihak wedding organizer tak keberatan. Karena aku membayarnya lebih untuk misiku. Tak sia-sia aku menyadap ponsel suamiku.Setelah menghubungi pihak Wedding, segera aku berangkat ke kantor."Jangan lupa makan yah permaisuri," chat hasil sadapanku."Iyah tenang aja pangeran," balas Sarah. Jijik sekali aku melihat chat mereka berdua. Benar-benar sampah.Rencananya hari ini aku pergi ke kantor seperti biasa. Banyak kerjaan yang melambai ingin dituntaskan."Kemarin waktu aku jenguk

  • Suamiku Main Api   Bab 17 POV Arman

    Hubunganku dengan Sarah makin lama makin intim. Aku kira Sarah sudah bercerai dengan Ardi. Ternyata nasibnya digantung karena seorang anak. Keterlaluan Ardi tega-teganya dia berbuat seperti itu. Nasib Sarah tak jelas, aku berusaha membujuk Sarah agar dia bisa membuat Ardi menceraikannya. Dengan begitu aku bisa masuk ke dalam kehidupannya lagi.Bedanya kali ini aku sebagai suaminya. Setiap hari aku berusaha memikirkan cara agar bisa terus bersama Sarah meskipun akhir-akhir ini Salma terlihat berbeda. Perempuan itu sepertinya sudah pandai merawat dirinya sekarang. Kulihat Salma semakin fresh dan sudah berani meminta jatah belanjanya. Andai dia seperti itu dari dulu.Tiba saatnya aku bertemu Sarah kembali, tapi tetap nasibnya masih digantung. Sungguh aku kecewa maunya Ardi apa sih?Hanya karena Anak dia sampai tak melepaskan Sarah. Aku ingin segera memilikinya. Padahal kalau Ard

  • Suamiku Main Api   Bab 16 Pria Asing

    Assalamualaikum Readers terimakasih yang masih setia menunggu ceritaku Semakin hari banyak fakta yang terungkap, Satu demi per satu pasti akan terbongkar. Aku pasti selangkah lebih maju darimu, Mas! Mobil baruku tiba di halaman rumah. Sesuai kesepakatan mobil dikirim saat aku memintanya. Sengaja supaya hatiku terhibur dengan kepedihan yang melanda. Banyak tetangga yang datang melihat. Ibu-ibu menoleh ke arah rumahku. Mereka saling berbisik. Entah apa yang mereka bicarakan. Wajah mereka penuh senyum. "Mobil baru, nih Bu," celetuk Rosita tetanggaku. Entah sejak kapan dia ada di halam rumahku. "Eh, iya...Bu," ujarku salah tingkah seraya memegang sapu. Biar tampak sedang menyapu halaman rumah. Iseng sambil kusapu daun-daun yang berserakan di halaman rumah. "Pasti hadiah dari suaminya, senengnya punya suami kaya Bu Salma,"&n

  • Suamiku Main Api   Bab 15 Sarah Hamil

    Assalamualaikum teman-teman jangan lupa suscribe dan like dan ikuti ceritaku. Biar makin semangat nulisnya❤️ Setelah aku mengetahui tanggal pernikahan suamiku dengan mantannya. Aku merasa ada yang tidak beres disini. Entah hanya perasaanku saja. Rencananya hari ini aku pergi ke kantor seperti biasanya. Lama-lama nggak ke kantor Papa bisa curiga. Sebelum berangkat aku menunggu tukang sayur keliling. Stok sayur dan lauk pauk di kulkas sudah habis. "Mang, ikan, ayam dan sayurnya ya, seperti biasa," kataku sambil melihat-lihat yang lain. "Bu Salma, makin cantik aja ya, sekarang," celetuk Rosita tetangga sebelah rumahku. "Makasih, ibu bisa aja," balasku tersenyum seraya melirik ke arahnya. "Bu Salma emang cantik kelewatan aja kalau diduain," cebik Bu Rum. Aku hanya tersenyum mendengar oce

  • Suamiku Main Api    Bab 14 POV Sarah Miranti

    Semenjak aku bertemu dengan Mas Arman kembali. Aku jadi mantap untuk menyelesaikan perceraianku dengan Ardi. Laki-laki itu tak sama sekali peka. Cinta? Mana yang suamiku sebut cinta. Perhatiannya selalu lebih dengan pekerjaannya. Bahkan sekedar mengajakku untu berjalan-jalan saja tak ada waktu. Rumah tangga macam apa ini? Beda halnya dengan Mas Arman yang kini bersamaku. Tentu saja Ardi tidak tahu aku sering bertemu dengan mantan kekasihku. Hanya saja karena kedua orangtuanya tak setuju dengan hubungan kami. Aku terpaksa melepasnya meskipun aku tak rela. Suatu saat aku akan merebut Mas Arman kembali. Kecantikanku tak akan mengalahkan istrinya Mas Arman. Walaupun aku kecewa dengan Mas Arman yang tak bisa membantah keinginan ibunya. Dengan alasan takut menjadi anak durhaka. Ibu macam apa itu tega-teganya memaksa anaknya menikah dengan pilihannya. "Sarah," panggila

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status