Share

Misi Pertamaku

last update Last Updated: 2021-09-18 22:29:23

Mas Arman sudah kembali ke rumah. Aku sudah menyiapkan air hangat untuk mandi. Suamiku segera membersihkan diri. Dia turun ke lantai bawah. Dia terlihat lapar. Tidak seperti biasanya. Matanya mencari sesuatu. Dia menuju meja dapur. Mas Arman membuka tudung saji, dan tidak ada makanan disana. 

Aku pura-pura duduk manis di sofa, dan menyetel televisi. Sesekali aku tertawa, padahal tidak ada sinetron yang lucu.

"Salma...." Suara bariton Mas Arman terdengar memekik telingaku. Pasti dia mencari makanan.

"Apa, sih teriak-teriak segala," jawabku ketus. Moodku berubah tidak manis lagi padanya. Aku jadi mudah sensitif, mengingat kelakuannya.

"Kamu, lihat nggak,  ini nggak ada makanan apapun!" Mas Arman sangat marah. Tangannya memegang tudung saji sambil menunjuk ke arah meja. Matanya menatap tajam ke arahku, seakan dia ingin menerkamku.

Mataku mendelik, aku mengumpulkan kekuatan untuk berbicara. 

Selama menikah suamiku selalu manis tidak pernah dia marah, dan sekasar ini. Kalau dulu aku tahu sifatnya seperti ini, tak akan mau aku di pinangnya.

Aku harus kuat, melawannya. Maafkan hamba ya Allah.

"Biasanya, kamu pulang kerja sudah makan di luar, yah jadi aku nggak masak apapun," ucapku santai. Sengaja, aku tidak masak untuknya. Supaya dia mencari makanan di luar dengan begitu aku mudah menjalankan misiku.

"Oh, terus kerjaanmu, ngapain di rumah saja, cuma ongkang-ongkang kaki saja." Dia terlihat tak suka. Matanya membulat. Seakan bola matanya mau keluar. Aku ngeri melihatnya.  kupalingkan wajahku darinya. Tanganku memegang kursi. Kututup tudung saji di hadapan matanya. 

Aku tak membalas perkataannya. Semakin aku layani, semakin dia tersulut emosi. Bisa-bisa rencanaku gagal. Biarlah dia marah, aku tidak peduli. 

"Ya udah, Mas, makan di luar aja." Aku melembutkan suara, dengan senyum terpaksa. Sebisa mungkin aku tidak memperkeruh suasana.

Mas Arman melirikku, ia pergi keluar rumah dengan penuh emosi. ia segera mengambil kunci motor dan keluar.

Brakk.

Ini saatnya aku beraksi. "Kalau lagi lapar, cepat emosi juga yah. " gumamku. Bagaimana rasanya jadi aku yang kau abaikan. Rasain, nggak ada makanan, aku balas mengabaikanmu, segitu saja sudah marah kaya singa kepanasan.

Pintu depan dibanting olehnya. Aku tidak menghiraukannya. Aku segera ke atas, mencari ponsel Mas Arman. Aku langsuk masuk ke ruang tempat kami bersantai, sekedar berkeluh kesah. Tampak jalanan sepi dan langit pun tak dihiasi bintang dari jendela. Biasanya kalau sekedar makan di dekat komplek, dia tidak ingat membawa ponsel. Baginya tidak penting.

 "Orang, cuma cari makanan deket komplek aja, bawa hp," ujarnya. 

 Suamiku selalu membungkus makanannya untuk dibawa pulang. "Aku ga suka, makan di pinggir jalan, kecuali ada tempatnya, itu pun yang bersih nggak kumuh. " kilahnya sombong. Padahal aku sendiri yang terlahir dari keluarga yang kaya, tidak pernah berpikiran seperti Mas Arman. Aku suka makan di kaki lima sambil memandang suasana jalanan, apalagi di malam hari. Senangnya bukan main. 

Suamiku selalu berkata seperti itu, setiap kami beli makanan di kaki lima. Kuakui suamiku memang resik orangnya. Dari segi berpakaian, makanan hingga kebersihan rumah. Berbeda dengan diriku, yang biasa saja. Tak seperfect dirinya. Makanya dia tidak mau ada pembantu dirumah, bukan tidak sanggup membayarnya tapi dia nggak suka kalau orangnya tidak bagus kerjaannya, lebih baik istrinya yang turun tangan.

Sudah 10 menit aku mencarinya belum ketemu juga. 'Dimana, sih?" batinku. Kesal juga, belum nampak benda pipih yang ku cari.

Aku nggak boleh lengah, aku harus berusaha terus sebelum Mas Arman pulang. Kulihat jendela, jalanan masih sepi belum ada tanda-tanda suamiku pulang. Aku kembali mencarinya. 10 menit berlalu.

Aku terus mencarinya, kubuka meja kecil yang ada di samping sofa, kubuka lacinya satu persatu. Nihil, belum juga menemukan benda pipih milik suamiku. Mataku tertuju pada tas kantor, yang dia selalu bawa. "Semoga ada disini," gumamku. 

Aku membuka tas kerja Mas Arman. Ketemu. Aku senang sekali. Bagaikan anak kecil yang dibelikan permen. Ponselnya saja, masih dia taruh disini. Pantas saja kalau dihubungi susah. Dia memang bukan tipe cowok yang candu Hp. Salah satu kelebihannya yang aku syukuri, dia bukan tipe cowok yang suka nge-game berlama-lama di hp, yang bikin para istri jengkel naik darah.

Aku segera membuka ponselnya. Kucoba membuka sandinya. Salah, kucoba lagi, salah lagi. Ayo berpikir, berpikir. Aku harus bisa memecahkannya. Haduh... aku mulai deg-degan. Cukup lama, aku tidak bisa membukanya. Kudengar suara bising, detak jantungku tidak karuan. Berpikir Salma, ayo berpikir. Aku melihat ke arah jendela lagi, karena hanya dari sinilah tampak gerbang rumahku.

Jantungku serasa mau lepas dari tempatnya. Bukan Mas Arman. Ternyata suara bising motor tetangga. Syukurlah. Aku kembali berpikir. Tiba- tiba aku teringat sesuatu. Tidak akan salah, pastinya. 

Oh, ya. Aku ingat kalau bukan tanggal nikah kami, tanggal ulang tahunnya. Berarti, tanggal pertama kali dia masuk kerja di perusahaan impiannya. Suamiku sangat bersyukur, dari sekian ribuan orang, Mas Arman terpilih menjadi staff di kantor. Dia hampir tidak percaya, dia lulus seleksi dan di terima. Sampai dia meneleponku saking girangnya. 

"Sal, Aku diterima kerja, aku akan bahagiakan kamu," ucapnya. Aku pun turut senang mendengarnya, karena dia sangat senang sekali.

"Kamu jangan masak yah, kita makan di luar." lanjutnya.

 Aku tidak masalah. Sandi Hp adalah hak masing-masing, jadi mau pakai tanggal apapun terserah. Berhasil. Akhirnya, kebuka juga sandinya. Aku langsung menyadap ponsel suamiku dan tak lupa aku memasang Gps di ponselnya. Supaya dengan mudah aku mengetahui dimana keberadaannya. 

"Maaf yah, Mas aku lancang." batinku. Tapi aku ga akan senekat ini, kalau nggak kamu yang mulai duluan.

Kudengar suara deru motor memasuki gerbang rumah. Kutaruh Ponsel Mas Arman kembali di tempat nya.

Kurapihkan seperti semula, agar dia tak curiga.

Aku langsung menyalakan televisi dan duduk di sofa dengan manis. Mas Arman membuka pintunya. Ia tak melihatku sama sekali. Aku tak peduli. Ia langsung saja ke dapur dan menyantap makanan yang ia beli. Bodo amat deh, yang penting misiku berhasil. 

Tumben-tumbenan ia tidak makan di luar hari ini, apa karena banyak kerjaan?

Hari ini, dia pulang agak larut. Aku biasanya menstok makanan jadi alias Frozen untuknya. Aku tak perlu repot-repot masak lagi, tinggal goreng saja sesuai kebutuhan, karena biasanya dia sudah makan di luar, dia akan makan lagi agak larut sebelum tidur . Tapi tidak berlaku hari ini, demi menjalankan misiku. Aku sengaja tak memasak apapun. Kebetulan stok Frozennya juga sudah habis. Aku senang misiku berhasil.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Main Api   Part 19

    "Ardi sudah menceraikanku, Mas!" teriak Sarah kegirangan karena sebentar lagi dia akan menjadi nyonya Arman. Segala yang ia inginkan akan terpenuhi. Siapa yang tak ingin jadi istri Mas Arman, dia sangat royal dan baik."Syukurlah semuanya berjalan dengan baik," Mas Arman menikmati secangkir kopi late yang dipesannya. Dia sekarang bersama Sarah setelah ribut dengan istrinya."Mas tenang aja aku pasti jadi istri yang baik buat Mas, lebih baik tentunya dari Salma," Senyum mengembang di wajah cantik Sarah. Wanita itu selalu berhasil meluluhkan hati Arman. Dengan manja dia meraih tangan Mas Arman meyakinkan laki-laki yang ada dihadapannya bahwa dia layak menjadi nyonya Arman. Sedangkan Arman menikmati sentuhan yang diberikan wanita cantik yang merajai hatinya.Sarah lagi-lagi hanya kamu yang mampu menenangkan hatiku.Tapi Arman masih memikirkan kata-kata tetangga depan rumahnya. Tetangga itu tak sengaja melihat Salma pergi

  • Suamiku Main Api   Part 18

    Pernikahan suamiku tinggal dua hari lagi. Aku sudah menghubungi pihak wedding organizer yang dipesan Mas Arman. Tentu saja akan kuberikan kejutan spesial dihari H nya itu."Permisi Mbak, dengan siapa?" tanya pemilik nomor jasa wedding.Sengaja kuberikan nama samaran dan menceritakan apa yang kuinginkan, untungnya pihak wedding organizer tak keberatan. Karena aku membayarnya lebih untuk misiku. Tak sia-sia aku menyadap ponsel suamiku.Setelah menghubungi pihak Wedding, segera aku berangkat ke kantor."Jangan lupa makan yah permaisuri," chat hasil sadapanku."Iyah tenang aja pangeran," balas Sarah. Jijik sekali aku melihat chat mereka berdua. Benar-benar sampah.Rencananya hari ini aku pergi ke kantor seperti biasa. Banyak kerjaan yang melambai ingin dituntaskan."Kemarin waktu aku jenguk

  • Suamiku Main Api   Bab 17 POV Arman

    Hubunganku dengan Sarah makin lama makin intim. Aku kira Sarah sudah bercerai dengan Ardi. Ternyata nasibnya digantung karena seorang anak. Keterlaluan Ardi tega-teganya dia berbuat seperti itu. Nasib Sarah tak jelas, aku berusaha membujuk Sarah agar dia bisa membuat Ardi menceraikannya. Dengan begitu aku bisa masuk ke dalam kehidupannya lagi.Bedanya kali ini aku sebagai suaminya. Setiap hari aku berusaha memikirkan cara agar bisa terus bersama Sarah meskipun akhir-akhir ini Salma terlihat berbeda. Perempuan itu sepertinya sudah pandai merawat dirinya sekarang. Kulihat Salma semakin fresh dan sudah berani meminta jatah belanjanya. Andai dia seperti itu dari dulu.Tiba saatnya aku bertemu Sarah kembali, tapi tetap nasibnya masih digantung. Sungguh aku kecewa maunya Ardi apa sih?Hanya karena Anak dia sampai tak melepaskan Sarah. Aku ingin segera memilikinya. Padahal kalau Ard

  • Suamiku Main Api   Bab 16 Pria Asing

    Assalamualaikum Readers terimakasih yang masih setia menunggu ceritaku Semakin hari banyak fakta yang terungkap, Satu demi per satu pasti akan terbongkar. Aku pasti selangkah lebih maju darimu, Mas! Mobil baruku tiba di halaman rumah. Sesuai kesepakatan mobil dikirim saat aku memintanya. Sengaja supaya hatiku terhibur dengan kepedihan yang melanda. Banyak tetangga yang datang melihat. Ibu-ibu menoleh ke arah rumahku. Mereka saling berbisik. Entah apa yang mereka bicarakan. Wajah mereka penuh senyum. "Mobil baru, nih Bu," celetuk Rosita tetanggaku. Entah sejak kapan dia ada di halam rumahku. "Eh, iya...Bu," ujarku salah tingkah seraya memegang sapu. Biar tampak sedang menyapu halaman rumah. Iseng sambil kusapu daun-daun yang berserakan di halaman rumah. "Pasti hadiah dari suaminya, senengnya punya suami kaya Bu Salma,"&n

  • Suamiku Main Api   Bab 15 Sarah Hamil

    Assalamualaikum teman-teman jangan lupa suscribe dan like dan ikuti ceritaku. Biar makin semangat nulisnya❤️ Setelah aku mengetahui tanggal pernikahan suamiku dengan mantannya. Aku merasa ada yang tidak beres disini. Entah hanya perasaanku saja. Rencananya hari ini aku pergi ke kantor seperti biasanya. Lama-lama nggak ke kantor Papa bisa curiga. Sebelum berangkat aku menunggu tukang sayur keliling. Stok sayur dan lauk pauk di kulkas sudah habis. "Mang, ikan, ayam dan sayurnya ya, seperti biasa," kataku sambil melihat-lihat yang lain. "Bu Salma, makin cantik aja ya, sekarang," celetuk Rosita tetangga sebelah rumahku. "Makasih, ibu bisa aja," balasku tersenyum seraya melirik ke arahnya. "Bu Salma emang cantik kelewatan aja kalau diduain," cebik Bu Rum. Aku hanya tersenyum mendengar oce

  • Suamiku Main Api    Bab 14 POV Sarah Miranti

    Semenjak aku bertemu dengan Mas Arman kembali. Aku jadi mantap untuk menyelesaikan perceraianku dengan Ardi. Laki-laki itu tak sama sekali peka. Cinta? Mana yang suamiku sebut cinta. Perhatiannya selalu lebih dengan pekerjaannya. Bahkan sekedar mengajakku untu berjalan-jalan saja tak ada waktu. Rumah tangga macam apa ini? Beda halnya dengan Mas Arman yang kini bersamaku. Tentu saja Ardi tidak tahu aku sering bertemu dengan mantan kekasihku. Hanya saja karena kedua orangtuanya tak setuju dengan hubungan kami. Aku terpaksa melepasnya meskipun aku tak rela. Suatu saat aku akan merebut Mas Arman kembali. Kecantikanku tak akan mengalahkan istrinya Mas Arman. Walaupun aku kecewa dengan Mas Arman yang tak bisa membantah keinginan ibunya. Dengan alasan takut menjadi anak durhaka. Ibu macam apa itu tega-teganya memaksa anaknya menikah dengan pilihannya. "Sarah," panggila

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status